Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sutji Rochani D., author
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh beberapa variabel sosial ekonomi dan demografi terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh wanita migran risen dan wanita non migran risen di DKI Jakarta. Data yang digunakan dalam menganalisis bersumber pada Survai Prevalensi Indonesia 1987 untuk daerah DKI Jakarta.
Dasar yang digunakan untuk menganalisis, adalah kerangka pemikiran Ronald Freedman (1975) yang mengembangkan suatu model yang disebut The sosiological analysis of fertility levels. Freedman menggunakan dasar pemikiran Davis and Blake dalam ruang lingkup sosiologis yang lebih luas. Variabel independen terdiri dari variabel sosial ekonomi, antara lain adalah pendidikan isteri/responden, pendidikan suami, pekerjaan suami, status bekerja isteri, tempat tinggal isteri waktu berumur kurang dari 12 tahun, status migrasi isteri/responden dan variabel demografi lainnya adalah umur isteri, umur kawin pertama, serta lama kawin. Sedangkan yang digunakan sebagai variabel dependen adalah jumlah anak yang dilahirkan hidup sampai saat survai.
Hasil analisis tesis ini adalah
1. Umur dan lama kawin mempunyai hubungan positif dengan paritas yang dipunyai baik wanita migran risen maupun wanita non migran risen.
2. Umur kawin pertama mempunyai hubungan negatif dengan paritas yang dipunyai baik wanita migran risen maupun wanita non migran risen.
3. Pendidikan isteri, wanita migran risen yang tamat SMA atau lebih mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan dengan paritas wanita migran risen yang tamat SMP atau kurang. Sedangkan wanita non migran risen dengan pendidikan yang lebih rendah yaitu tamat SMP atau lebih cenderung mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan dengan wanita non migran risen yang berpendidikan tamat SD atau kurang.
4. Pendidikan suami dari wanita migran tampaknya tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap paritasnya, sedangkan pendidikan suami wanita non migran cenderung mempunyai hubungan negatif terhadap paritasnya.
5. Wanita migran yang tidak pernah bekerja cenderung mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan paritas wanita migran status kerja lainnya. Dan wanita non migran yang bekerja terus (maksud bekerja terus adalah sebelum kawin sampai saat wawancara masih bekerja) mempunyai paritas lebih sedikit dibandingkan dengan paritas wanita non migran status kerja lainnya.
6. Pekerjaan suami terlihat tidak mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap paritas yang dimiliki wanita migran maupun wanita non migran.
7. Tempat tinggal waktu kecil dari wanita migran cenderung tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap paritasnya, sedangkan wanita non migran yang waktu kecil tinggal di kota besar mempunyai paritas lebih banyak dibandingkan dengan paritas wanita non migran yang waktu kecil tidak tinggal di kota besar.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ikan bujuk (Bluespotted snakehead) (channa cyanospilos) is a a native spesies inhabiting musi river in Sumatera, Kapuas river in west Kalimantan and is also fpound in Malaysia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adiwirahyu Sasmoyo
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah dibuktikan bahwa peningkatan suhu testis menyebabkan kerusakan sel germinal. Kerusakan baru tampak beberapa hari setelah perlakuan dan bersifat sementara (reversibel). Steinberger dan Dixon (1959) memperlihatkan bahwa perendaman testis tikus bersama skrotumnya di dalam air yang bersuhu 41°C selama 15 menit belum menyebabkan kerusakan sel germinal, sedangkan pada suhu 42°C dan 43°C spermatosit primer rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanasan testis bersama skrotumnya terhadap kesuburan tikus, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Pemanasan dilakukan pada suhu 41°C, 42°C dan 43°C selama 15 menit, dengan penangas air, terhadap tikus albino 'Wistar derived LMR'. Perkawinan dengan tikus betina fertil dilakukan 2 tahap, 12 hari dan 24 hari pasca perlakuan; setelah perkawinan, tikus betina tersebut dipisah dari yang jantan. Anak-anak tikus yang lahir ditimbang, dihitung jumlah jantan dan betina, dan pada umur 2 bulan diamati kemungkinan adanya kelainan kongenital bentuk luar. Sediaan histologi dibuat dari testis tikus jantan yang dimatikan 5, hari setelah perkawinan tahap kedua.
Hasil dan Kesimpulan: Jumlah anak yang dihasilkan dari tikus jantan yang diberi perlakuan pada suhu air 41°C, baik dari perkawinan tahap pertama maupun tahap kedua, menunjukkan adanya penurunan, meskipun belum dapat dikatakan bermakna secara statistik. Keadaan yang sama terjadi pula pada perkawinan tahap pertama dari tikus jantan dengan perlakuan suhu air 42°C dan 43°C. Sedangkan perkawinan tahap kedua tidak ada tikus yang menghasilkan anak. Tidak terjadi perubahan berat badan, rasio seks, dan tidak ada kelainan congenital pada anak-anak tikus yang dihasilkan, baik dari perkawinan tahap pertama maupun tahap kedua.

ABSTRACT
Early investigators had shown that increased temperature of the testis may cause damage on the germinal epithelium. The damage could only be observed a few days after treatment, with recovery a few weeks later. Stein Berger and Dixon (1959) showed that immersion of the rat scrotum containing the testis, in a water bath of 41°C for 15 minutes, did not cause damage on the germinal epithelium, however, at 42°C and 43°C, most of the primary spermatocytes was damaged: The purpose of this experiment was to know the effect of heating of the rat testis on its fecundity, which has never been reported. Male albino rats of the strain Wistar derived LMR were chosen, the scrotum containing the testis was immersed in a thermo stated water bath of 41°C, 42°C and 43°C, for 15 minutes, respectively. The mating was done in 2 steps, 12 days and 24 days after treatment; after mating the females were separated from the males. The newborn rats were counted and weighed, the sex were distinguished and counted, and the youngs were observed until 2 months old, to look for any morphological congenital malformation. The male rats were killed 29 days after treatment and the testis were removed and weighed for histological study.
Findings and Conclusions: The number of offspring produced by the male rats subjected to temperature of 41°C, either from the first or from the second mating, showed a reduction, although not statistically significant. The same was found on the number of offspring produced by the male rats subjected to temperatures of 42°C and 43°C of the first mating, while no offspring was produced on the second mating. There was no change in body weight, sex ratio, and also no morphological con-genital malformation was found on the offspring, either of the first or the second mating."
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pentaklorofenol is one of the AOX compounf components found in pulp bleachingefluents....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ikan serandang (Channa pleourophythalmus) is a native species of Musi catchments area, Batanghari,Kapus and Barito which have important economics value as consumption's fish and also ornamental fish...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Research of food habit and spawning season of snakehead fish (Channa straita Bloch) were conducted in reserve fishery sungai sambujur during June until December 2004 . ..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Meria Tirsa Gundo
"Reproduction characteristic of female egg-carrying buntingi, Xenopoecilus oophorus had been studied. This research
was conducted at Lake Poso, Central Sulawesi, Indonesia. Specimens were collected monthly from August 2012 to July
2013 at four sampling stations around the lake. Macroscopic observations of ovarian maturity level and gonadosomatic
index revealed a long reproductive period during the rainy season, with four spawning peaks in November, January,
February and April. The highest total fecundity was 135 oocytes, and the highest batch fecundity was 36 oocytes.
Analysis of the oocyte diameter frequency distribution showed X. oophorus is a multiple spawner. Batch fecundity was
correlated (r = 0.78) with body weight.
Karakteristik Reproduksi Ikan Endemik Rono, Xenopoecilus oophorus betina, di Danau Poso, Sulawesi Tengah.
Penelitian ini mempelajari karakteristik reproduksi ikan betina endemik rono, Xenopoecilus oophorus, betina di Danau
Poso, Sulawesi Tengah. Penelitian dilakukan di Danau Poso Sulawesi Tengah, Indonesia. Sampel dikumpulkan setiap
bulan mulai bulan Agustus 2012 sampai bulan Juli 2013 di empat stasiun. Berdasarkan pengamatan tingkat kematangan
ovarium secara makroskopis dan pengukuran indeks kematangan gonad, diketahui ikan rono memiliki waktu reproduksi
yang panjang yang terjadi selama musim hujan. Pada periode reproduksi ini didapati empat puncak waktu pemijahan
yakni bulan November, Januari, Februari dan April. Fekunditas tertinggi 135 oosit, sedangkan gugus fekunditas
tertinggi 36 oosit. Berdasarkan analisis sebaran frekuensi ukuran diameter oosit diketahui tipe pemijahan ikan rono
pemijah berulang. Hubungan gugus fekunditas dengan bobot tubuh tanpa gonad berkorelasi positif (r = 0,78)."
Institut Pertanian Bogor, Aquatic Resources Management Programe, Post-Graduate School., 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library