Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryo Tedjo
"Fotometer Sederhana sebagai Alat Bantu Pengukuran Glukosa Darah. Pengukuran glukosa darah secara non- invasif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM). Untuk yang berbasis spektoskopi reflektansi NIR, penerapannya secara non-invasif terkendala nilai standar error of prediction yang tinggi. Namun demikian metode ini secara teori masih dapat dipakai untuk memprediksi kadar glukosa darah pada kondisi tertentu seperti keadaan hipoglikemia (<55 mg/dL), gula darah puasa (GDP) terkendali (70-115 mg/dL), dan hiperglikemia (>225 mg/dL). membantu pemantauan glukosa darah (PGDM pada kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase jumlah hari dengan kondisi GDP harian terkendali yang lebih besar pada PGDM yang dibantu dengan fotometer dibandingkan PDGM yang dilakukan hanya satu kali sehari (28% berbanding 18%, p = 0,344).

Measurement of non-invasive blood glucose is one way to increase the frequency of self-monitoring of blood glucose (SMBG). For NIR reflectance spectroscopy, its application in non-invasive constrained by high value of standard error of prediction. The mean standard error of prediction was 25 mg/dL. Theoretically, NIR reflectance spectroscopy still can be used to predict blood glucose levels in certain conditions such as hypoglycemia (<55 mg/dL), controlled fasting blood glucose (FBG) (70-115 mg/dL), and hyperglycemia (>225 mg/dL), which the difference between the three conditions is more than 25 mg/dL. The results showed that there were significant differences in standards values of photometer measurement between controlled FBG and hyperglycemic conditions (p = 0.002). The results also showed that the photometer can be used to assist the monitoring of blood glucose in FBG under control and hyperglycemic conditions. It can be seen from the average percentage of the daily controlled FBG conditionsin patients conducting SMBG in photometer-assisted compared to in patientsonly use SMBG once a day (28% versus 18%, p = 0.344)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Measurement of non-invasive blood glucose is one way to increase the frequency of self-monitoring of blood glucose
(SMBG). For NIR reflectance spectroscopy, its application in non-invasive constrained by high value of standard error
of prediction. The mean standard error of prediction was 25 mg/dL. Theoretically, NIR reflectance spectroscopy still
can be used to predict blood glucose levels in certain conditions such as hypoglycemia (<55 mg/dL), controlled fasting
blood glucose (FBG) (70-115 mg/dL), and hyperglycemia (>225 mg/dL), which the difference between the three
conditions is more than 25 mg/dL. The results showed that there were significant differences in standards values of
photometer measurement between controlled FBG and hyperglycemic conditions (p = 0.002). The results also showed
that the photometer can be used to assist the monitoring of blood glucose in FBG under control and hyperglycemic
conditions. It can be seen from the average percentage of the daily controlled FBG conditionsin patients conducting
SMBG in photometer-assisted compared to in patientsonly use SMBG once a day (28% versus 18%, p = 0.344).
Fotometer Sederhana sebagai Alat Bantu Pengukuran Glukosa Darah. Pengukuran glukosa darah secara noninvasif
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM). Untuk
yang berbasis spektoskopi reflektansi NIR, penerapannya secara non-invasif terkendala nilai standar error of prediction
yang tinggi. Namun demikian metode ini secara teori masih dapat dipakai untuk memprediksi kadar glukosa darah pada
kondisi tertentu seperti keadaan hipoglikemia (<55 mg/dL), gula darah puasa (GDP) terkendali (70-115 mg/dL), dan
hiperglikemia (>225 mg/dL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna standar nilai
pengukuran fotometer antara kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia (p = 0,002). Fotometer yang digunakan dapat
membantu pemantauan glukosa darah (PGDM pada kondisi GDP terkendali dan hiperglikemia). Hal ini dapat dilihat
dari rata-rata persentase jumlah hari dengan kondisi GDP harian terkendali yang lebih besar pada PGDM yang dibantu
dengan fotometer dibandingkan PDGM yang dilakukan hanya satu kali sehari (28% berbanding 18%, p = 0,344)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Robby Gunawan
"ABSTRAK
Obesitas merupakan penurun kualitas hidup, menggangu emosi dan keuangan individu, keluarga dan sosial mereka. Subjek juga akan mengalami peninhgkatan resiko yang berkaitan dengan kondisi seperti penyakit jantung koroner, dibetes tipe II, stroke, osteoartritis dan kanker. Waist hip ratio (WHR), gambaran gula dan insulin dan skor kualitas hidup merupakan indeks yang sering digunakan dalam mengontrol obesitas. Modifikasi diet, intervensi gaya hidup, intervensi farmakologi dan pembedahan merupakan pilihan terapi obesitas, namun pilihan terapi yang aman dan efektif sangat diperlukan. Terapi akupunktur  secara signifikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dengan mereduksi jaringan lemak viseral abdomen, yang mengarah ke regulasi metabolisme lemak. Laserpunktur  merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur tradisional mengguankan terapi laser. Dibandingkan dengan akupunktur manual, laserpunktur memiliki berbagai kelebihan seperti aplikasi yang mudah, dosis yang dapat tepat diukur , tidak  nyeri dan tidak invasif. Penelitian ini menilai efek kombinasi laserpunktur dan intervensi diet terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pasien obesitas. Tiga puluh delapan pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok laserpunktur dan intervensi diet (n=19) dan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet (n=19). Kedua kelompok menerima intervensi diet dan sesi  laserpunktur yang sama, 3 kali/minggu selama 4 minggu. Pengukuran kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada waist hip ratio (WHR) (p=0,000, CI 95%) dan skor kualitas hidup (p=0,000, CI 95%) antara kelompok laserpunktur dan intervensi diet dengan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet. Kelompok laserpunktur dan intervensi diet juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar gula darah puasa  (p=0,000, CI 95%) dan insulin (p=0,000, CI 95%) sebelum dan sesudah sesi terapi.  Penemuan ini menunjukkan bahwa kombinasi laserpunktur dan intervensi diet memberikan efek yang baik terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pada pasien obesitas.
ABSTRAK

ABSTRACT
Obesity is a detriment to quality of life, places emotion and financial burden on the individual, their families, and society. Subjects also have an increased risk of associated conditions, such as coronary heart disease, type II diabetes, stroke, osteoarthritis, and cancers. Waist hip ratio (WHR), Glucose and insulin levels, and quality of life score are the indices commonly used for controlling obesity. Dietary modification, lifestyle interventions, pharmacological interventions, and surgery are treatment choices for obesity, but more safe and effective treatment options are needed. Acupuncture therapy significantly reduces body mass index by reducing the abdominal visceral adipose tissue content, which lead to regulating lipid and glucose metabolism. Laserpuncture is an intervention that stimulates traditional acupoints using laser therapy. Compared to manual acupuncture, laserpuncture has multiple advantages, including ease of application, dose measurement precision, painlessness, and noninvasiveness. This study investigates the effect of combined laserpuncture and diet intervention on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient. Thirty eight patients were divided randomly into two groups, laserpuncture with diet intervention group (n=19) and sham laserpuncture with diet intervention group (n=19). Both group received the same diet intervention and sessions of laserpuncture, 3 times/week for 4 weeks. Fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score were assessed before and after the treatment course. The result shows there is a statiscally significant difference on waist hip ratio (p=0,000, CI 95%) and quality of life score (p=0,000, CI 95%) between the laserpuncture with diet intervention group and sham laserpuncture with diet intervention group. The laserpuncture with diet intervention group also shows a statiscally significant difference on blood glucose levels (p=0,000, CI 95%) and insulin level (p=0,000, CI 95%) before and after treatment course. These findings suggest that combined laserpuncture and diet intervention has good effect on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient."
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Octaviani Salim
"Latar Belakang: Keterbatasan obat antidiabetes menjadi salah satu rintangan dalam upaya mengatasi masalah diabetes di Indonesia. Kekayaan tumbuhan medikasi Indonesia dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut, termasuk pengembangan Tithonia diversifoliasebagai antidiabetes.
Tujuan: Mengetahui efek ekstrak daun Paitan Tithonia diversifolia terhadap kadar glukosa darah dan perubahan histologis pankreas pada tikus Sprague dawleyyang diinduksi aloksan.
Metode: Sebanyak 24 tikus Sprague dawley, yang bergula darah normal, dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok normal tanpa perlakuan, kelompok kontrol positif yang diberikan Metformin, kelompok kontrol negatif yang diberikan aquades, serta tiga kelompok perlakuan lainnya yang diberikan ekstrak daun Paitan Tithonia diversifolia dengan dosis 200mg/kgBB, 400mg/kgBB, 600mg/kgBB. Aloksan dengan dosis 120mg/kgBB disuntikan secara intraperitoneal kepada semua tikus kecuali kelompok normal. Setelah 4 hari, kadar gula darah puasa GDP tikus diperiksa. Tikus dengan kadar GDP >200mg/dL akan diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya selama 16 hari. Pemeriksaan kadar GDP dilaksanakan pada hari ke 4, 8, 12, dan 16. Selanjutnya, pankreas tikus akan diambil untuk pemeriksaan histologi secara kualitatif dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Data kadar GDP yang diperoleh dianalisis dengan one way ANOVA.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun paitan Tithonia diversifolia dapat menurunkan kadar GDP dari tikus yang diabetes. Dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar GDP tikus adalah 200mg/kgBB. Sedangkan, ekstrak daun paitan Tithonia diversifolia dengan dosis 600mg/kgBB mampu memperbaiki struktur histologi pankreas dari tikus.
Kesimpulan: Ekstrak daun paitan Tithonia diversifolia mampu menurunkan kadar GDP tikus dan memperbaiki struktur histologi pankreas pada tikus.

Background: The limitation of antidiabetic medication is one of the obstacles to overcome diabetes problem in Indonesia. The wealth of Indonesian medical plants can be a solution to solve that problem, including the development of Tithonia diversifolia as an antidiabetic agent.
Objective: Determining the effect of Paitan Tithonia diversifolia leaf extract on blood glucose levels and histological changes in alloxan induced Sprague dawley rats pancreas.
Methods: There were 24 Sprague dawley rats, with normal blood glucose levels, divided into 6 groups, namely normal group without any intervention, positive control group was treated with Metformin, negative control group was treated with aquades, and other three groups were treated with Paitan extract at dose of 200mg/kgBB, 400mg/kgBB, 600mg/kgBB. Alloxan with a dose 120mg/kgBB injected via intraperiotenal to all rats, except the normal group. After 4 days, the rats blood glucose level were checked. Rats with fasting blood glucose FBG level>200mg/dL treated according to their groups for 16 days. FBG checked on day 4, 8, 12, and 16. Then, pancreas of the rats will be taken for qualitative histological examination with Hematoxilin Eosin staining. The FBG level were analyzed with one way ANOVA test.
Results: This research showed Paitan Tithonia diversifolia leaf extract could decrease FBG level of diabetic rats. The most effective dose to reduce rats FBG level was 200mg/kgBB. Extract of paitan (ithonia diversifolia leaf at 600mg/kgBB was able to improve histological structure of rats pancreas.
Conclusion: Extract of paitan Tithonia diversifolia leaf was able to decrease diabetic rats FBG level and improve the histological structure of rats pancreas.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Agung Handriawan
"Latar Belakang: Bekerja di lingkungan offshore berpotensi menimbulkan stres kerja. Menurut penelitian sebelumnya stres kerja dapat meningkatkan kadar glukosa darah, Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa tinggi dan DM dengan stres kerja serta faktor risiko lainnya pada pekerja offshore.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 156 orang responden. Variabel yang diteliti adalah usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, dislipidemia,tekanan darah, jabatan pekerjaan, masa kerja, dan stres kerja. Data diperoleh dari penilaian tingkat stress melalui Survei Diagnostik stres dan hasil medical check up tahun 2017. Analisis data menggunakan univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Prevalensi glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus sebesar 12.2 . Berdasarkan uji Fisher terdapat hubungan yang bermakna antara usia, dislipidemia, jabatan pekerjaan dan masa kerja dengan kadar glukosa darah puasa tinggi dan Diabetes Mellitus , namun pada analisis multivariat hanya faktor jabatan pekerjaaan supervisor merupakan yang paling dominan mempengaruhi dgn OR=7,051 95 CI 1,963-25,325. Tidak ditemukan adanya hubungan antara hasil SDS dengan kadar glukosa darah tinggi dan DM.
Kesimpulan dan saran: Faktor risiko paling dominan terhadap glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus adalah faktor jabatan pekerjaan oleh karena itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu skrining hasil MCU untuk pekerja khususnya jabatan supervisor, melakukan pemeriksaan berkala kadar glukosa darah, memperbanyak aktivitas fisik ketika bekerja dilapangan serta program peningkatan kesadaran kesehatan, terutama mengenai pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

Background: Working in offshore environments where workers are placed in remote locations will potentially cause work stress. According to previous researches, work stress can increase blood glucose levels. This study aims to prove Relation of High Fasting Blood Glucose level and DM with Job Stress and Other Risk Factors In Offshore Workers.
Method: This study used cross sectional design with total 156 respondents. The studied variables were age, body mass index, abdominal circumference, dyslipidemia, and blood pressure as well as job risk, job position, working period, and work stress. The tools used to evaluate the stress level were Stress Diagnostic Survey and results of periodic Medical Check up in 2017. The analysis of research data used univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression.
Study Results: The prevalence of high fasting blood glucose anad Diabetes Meliitus is 12,2 . Using Fisher statistic test, an association was found between age, dyslipidemia, job position,woking period and high fasting blood glucose or diabetes mellitus. But multivariate analyses showed that only job title supervisor is the most dominant influential factor Oradj 7,051 95 CI 1,963 25,325. There was no correlation between SDS results with high fasting blood glucose level and DM.
Conclusion and Suggestion: The employee's job function is the most dominant factor in high fasting blood glucose Diabetes Mellitus, therefore it is important to conduct several activities such as screening on MCU record, particularly on Supervisors conducting routing blood glucose check increasing physical activities at work and carrying out the health awareness program, especially awareness on DM prevention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa Permatahati
"Prediabetes merupakan keadaan berisiko tinggi untuk perkembangan diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan hiperglikemia. Fasting-Mimicking Diet (FMD) baru-baru ini telah ditemukan sebagai alternatif pendekatan terapi untuk hiperglikemia, tetapi FMD menggunakan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia belum diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh FMD terhadap glukosa darah puasa (GDP), berat badan (BB), dan kadar kolesterol total pada 16 tikus jantan galur Sprague-Dawley. Tikus model hiperglikemia diinduksi dengan high-fat diet (HFD) selama 4 minggu dan streptozotosin dosis rendah (35 mg/kg) 2 tahap. Sedangkan, kelompok kontrol diberikan pakan normal diet (ND). Kelompok HFD (n=4) diberikan perlakuan secara oral sehari sekali dengan 0,5% CMC, metformin (250 mg/kg), setiap siklus FMD diberikan 4 hari FMD dan ND selama 10 hari. GDP, BB, dan kadar kolesterol total diamati selama 4 minggu. Setelah itu, tikus dikorbankan pada 10 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian FMD tidak secara signifikan menurunkan GDP pra-perlakuan dan setelah perlakuan (p=0,055), tetapi mengalami trend penurunan. Data menunjukkan pemberian FMD tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap BB dan cenderung menurunkan kadar kolesterol total sehingga nilainya mirip kelompok ND. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD menggunakan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia menyebabkan tren penurunan terhadap GDP, cenderung menurunkan kadar kolesterol total, tetapi tidak menurunkan BB secara signifikan.

Prediabetes is high-risk state for the development of type 2 diabetes mellitus, and it is characterized by hyperglycemia. Fasting-mimicking diet (FMD) has recently been found to be an alternative treatment of hyperglycemia, however FMD with Indonesian ingredients haven’t been studied. This study aimed to evaluate effect of FMD on fasting blood glucose (FBG), body weight (BW) and total cholesterol (TC) in 16 male Sprague-Dawley rats. The hyperglycemic model was induced by 4 weeks of high-fat diet (HFD) and multiple low doses of streptozotocin (35 mg/kg). Meanwhile, normal rats fed a normal diet (ND). HFD group (n=4) were assigned to one-daily oral treatment with 0,5% CMC, metformin (250 mg/kg), and each FMD cycle entails 4-day FMD and 10 days of refeeding ND. FBG, BW and TC were monitored in 4 weeks. Rats were sacrificed at 10 weeks. Results showed that GDP didn’t decrease significantly before and after FMD treatment (p=0,055) but showed a downward trend. Data showed that FMD not significantly difference in BW and decrease in TC, so the value was similar to the ND group. In conclusion, FMD treatment with available materials in Indonesia resulted in downward trend in FBG, tended to lower TC but not significantly lower BW."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cikariska Arifin
"Latar Belakang: Dosen, tenaga kependidikan, dan staf lainnya di perguruan tinggi seringkali menghadapi beban kerja yang besar dalam melaksanakan pekerjaannya. Beban kerja yang besar dapat mengarah ke pengabaian perilaku sehat seperti istirahat yang cukup, olahraga, makan teratur, dan pengelolaan stress. Kebiasaan kurang sehat tersebut dapat menyebabkan gangguan keseimbangan otonom sebagai regulator fungsi organ internal yang kemudian mengarah ke kondisi patologis seperti gangguan metabolik, salah satunya pada regulasi glukosa darah.  Studi ini mengeksplorasi hubungan antara status fungsional sistem saraf otonom berdasarkan Index of Regulation System Activity (IRSA) sebagai salah satu alat ukur status fungsional sistem saraf otonom yang praktis digunakan dan faktor-faktor lainnya terhadap glukosa darah puasa pada pegawai perguruan tinggi sehingga dapat menyajikan pendekatan baru dalam mendeteksi risiko gangguan metabolisme glukosa. Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional potong lintang pada karyawan Fakultas X, Universitas Y. Pengambilan data melibatkan pengukuran IRSA dan profil glukosa darah dari data sekunder pemeriksaan kesehatan tahun 2022. Analisis statistik menggunakan metode univariat, bivariat, dan multivariat untuk menilai hubungan antara variabel studi. Hasil: Hasil pemeriksaan IRSA didapatkan sebanyak 151 pegawai (67,4%) memiliki status fungsional kondisi prenosologis-premorbid, 48 pegawai (21,4%) pada status fungsional fisiologis normal, dan 25 pegawai (11,2%) pada status fungsional kegagalan adaptasi. Pada pemeriksaan glukosa darah puasa, didapatkan 36 pegawai (16,1%) memiliki glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL. Status fungsional kegagalan adaptasi (p=0,001; OR=26,43; 95% CI = 3,10-225,25) dan juga status fungsional prenosologis-premorbid (p=0,001 OR=9,78; 95% CI = 1,29-74,08) memiliki hubungan yang bermakna dengan glukosa darah puasa. Kesimpulan: Pekerja  dengan IRSA abnormal memiliki kecenderungan lebih besar memiliki glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL jika dibandingkan dengan pegawai dengan status fungsional IRSA fisiologis normal. Diperlukan tidak lanjut dari hasil pemeriksaan kesehatan secara berkesinambungan dan holistik baik untuk individu maupun kelompok yang disesuaikan dengan karakteristik dan resiko sasaran demi kesehatan serta produktivitas pekerja.

Background: Faculty members, educational staff, and other university personnel often face significant workloads in performing their duties. Work overload can lead to unhealthy behaviors and stress which can disturb the autonomic balance. These unhealthy habits can disturb the autonomic balance leading to pathological conditions such as metabolic disorders, including blood glucose metabolism. This study aims to find the relationship between the functional status of the autonomic nervous system based on the Index of Regulation System Activity (IRSA) to fasting blood glucose (FBG) levels in university employees. Method: This observational cross-sectional study used the secondary data of university employees medical checkups (MCU) in 2022 with total sample of 242 people. Variables included were IRSA from Heart Rate Variability (HRV) examination, FBG level, and other sociodemographic profiles. The MCU was conducted in the university hospital. Results: The examination results of IRSA indicated that 151 employees (67.4%) had a prenosologic-premorbid functional status and 25 employees (11.2%) had a failure of adaptation functional status. FBG examination revealed that 36 employees (16.1%) had FBG levels of ≥ 100 mg/dl. Failure of adaptation functional status had a significant relationship with FBG (p=0.003; OR=26.43; 95% CI = 3.10-225.25), as well as prenosological-premorbid functional status (p=0.03; OR=9.78; 95% CI = 1.29-74.08). Conclusion: Employees with abnormal IRSA were more likely to have FBG levels ≥ 100 mg/dL compared to those with normal physiological functional status. Ongoing and holistic monitoring of health examination outcomes is essential, catered to the specific characteristics and risk profiles of both individual and group targets, aiming to maintain and enhance worker health and productivity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilya Roza Werdani
"Peningkatan kadar gula darah memicu peningkatan produksi hormon in-
sulin yang erat hubungannya dengan diabetes melitus. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi diabetes melitus di Indonesia meningkat dari 1,1%
(2007) menjadi 2,1% (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fak-
tor dominan yang berhubungan dengan kadar gula darah puasa pegawai
pemberdayaan masyarakat & keluarga dan pegawai sekretariat daerah
Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dan
melibatkan 105 sampel. Variabel independen penelitian meliputi karakte-
ristik individu, asupan zat gizi, hipertensi, aktivitas fisik, status gizi dan
pengetahuan gizi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat,
analisis bivariat menggunakan uji korelasi dan uji beda dua mean, serta
analisis multivariat menggunakan uji regresi linear ganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula darah puasa adalah
95,14±10,863 pada keseluruhan responden, sedangkan 94,07±11,55
mg/dl pada perempuan, dan 96,47±9,92 mg/dl pada laki-laki. Diabetes
melitus (≥126 mg/dl) ditemukan sebesar 2,9% dan impaired fasting glucose
(100-125 mg/dl) sebesar 22,9%. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terda-
pat hubungan antara usia, asupan karbohidrat, dan aktivitas fisik dengan
kadar gula darah puasa (p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan
bahwa asupan karbohidrat merupakan faktor dominan yang berhubungan
kadar gula darah puasa.
Increased blood glucose levels lead to excess insulin secretion that is close-
ly associated with diabetes mellitus. Based on Riskesdas, prevalence of di-
abetes mellitus in Indonesia has increased from 1,1% (2007) to 2,1%
(2013). This study was aimed to find dominant factor associated with fast-
ing blood glucose level. Cross sectional design were used to conduct this
study and involved 105 samples. Independent variables in this study were
individual characteristics, nutrients intake, history of hypertention, physical
activities, nutritional status and nutritional knowledge. Bivariate analysis
was performed by correlation test and two different test mean. Multivariate
analysis was performed by multiple linear regression test. Result showed
that the average of employees? fasting blood glucose level is 95.14±10.863,
94.07 ± 11.55 mg/dL for woman and 96.47 ± 9.92 mg/dl for man. This study
found 2.9% employees with diabetes mellitus (≥126 mg/dl) and 22.9% em-
ployees with impaired fasting glucose (100-125 mg/dl). Result of bivariate
analysis showed that associated between age, carbohydrate intake, physi-
cal activities with fasting blood glucose level. Result of multivariate analysis
showed that carbohydrate intake was a dominant factor related to fasting
blood glucose level."
Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lukito Ongko
"ABSTRAK
Infeksi oleh soil transmitted helminth masih menjadi permasalahan utama di Indonesia terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kotaseperti di Kecamatan Nangapanda.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi kronis oleh soil transmitted helminth ini dapat memberikan efek protektif terhadap berbagai penyakit metabolik. Penelitian ini merupakan sebuah studi cross-sectional yangbertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi helminth dengan parameter metabolik. Sebanyak 285 responden diukur tinggi badan, berat badan, glukosa darah puasa fasting blood glucose dan oral glucose tolerance test OGTT .Status infeksi pada responden ditentukan dengan pemeriksaan tinja melalui metode Kato Katz. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian di analisis dengan program SPSS 20.0 for Windowsmelalui uji Mann-Whitney untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna pada parameter metabolik antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok yang tidak terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang terinfeksi oleh spesies Trichuris trichiura memiliki body mass index BMI yang lebih rendah, tetapi memiliki nilai glukosa darah puasa fasting blood glucose yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terinfeksi oleh spesies tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok yang terinfeksi oleh 1 spesies helminth memiliki nilai oral glucose tolerance test yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak terinfeksi maupun kelompok yang terinfeksi oleh lebih dari 1 spesies. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara infeksi oleh soil transmitted helminth dengan parameter metabolik.

ABSTRACT
Soil transmitted helminth infections still become a major concern in Indonesia especially in rural and suburban areas such as Nangapanda. Mostly, infections by the soil transmitted helminth remain asymptomatic and may last for a long time. Studies had shown that such chronic infections by soil transmitted helminth may confer beneficial effects such as protection against metabolic diseases for the host. The objective of this cross sectional research is to study the effects of soil transmitted helminth infections on metabolic paramaters.As many as 285 people participated in the study and their stool samples were analysed to determine the infection status through Kato Katz method. We also collected the anthropometry measurements height and weight and also metabolic parameters fasting blood glucose and oral glucose tolerance test . Data that had been collected were analyzed using SPSS 20.0 for Windows through Mann Whitney test to find out any significant differences in the metabolic parametersbetween the infected group and non infected group regarding. The results showed that people who are infected by Trichuris trichiura have lower body mass index BMI but higher fasting blood glucose value. Moreover, this study also shows that people who were infected by only 1 species of soil transmitted helminth have lower oral glucose tolerance test value. As the conclusion, this study indicatedthat infection by soil transmitted helminths may affect the metabolic parameters of the host."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahirania Sekarayu Astawan
"Latar Belakang Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebagai salah satu kondisi prediabetes berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur karena pengaruh kandungan serat dan antioksidan terhadap kesehatan pankreas dan metabolisme glukosa darah. Penelitian mengenai hubungan konsumsi buah citrus dan sayur merah-oranye dengan GDPT pada wanita usia subur (WUS) masih terbatas. Metode Penelitian analisis sekunder dari dataset penelitian potong lintang berjudul ‘Hubungan Asupan dan Status Gizi dengan Jumlah Mikrobiota dan Marker Metabolik pada Wanita Suku Minangkabau dan Sunda’ ini melibatkan 360 WUS yang dipilih melalui Population Proportional Sampling. Konsumsi buah citrus (jeruk) dan sayur merah-oranye (wortel dan tomat) diperoleh dari wawancara ahli gizi terlatih menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. Setelah berpuasa 12-14 jam, 10 ml darah WUS diambil dari vena fossa cubiti dan dimasukkan vacutainer EDTA. Glukosa darah puasa diukur menggunakan kolorimetri enzimatik dengan glukosa oksidase-fenol aminofenazon. Hasil Rerata usia WUS 36 tahun, mengonsumsi buah citrus saja 14,4%, sayur merah-oranye saja 21,4%, keduanya 57,8%, dan tidak keduanya 6,38%. Setelah dikontrol dengan aktivitas fisik dan indeks massa tubuh, konsumsi sayur merah-oranye berhubungan bermakna dengan kejadian GDPT yaitu sebagai faktor protektif. (OR=0,403, p=0,043). Konsumsi buah citrus tidak berhubungan bermakna dengan kejadian GDPT (p=0,138). Konsumsi keduanya tidak berhubungan bermakna dengan kejadian GDPT (p=0,655). Kesimpulan Konsumsi sayur merah-oranye mampu menurunkan risiko GDPT secara bermakna pada populasi WUS suku Minangkabau dan Sunda. Edukasi gizi disarankan untuk meningkatkan konsumsi sayuran tersebut dalam pola makan harian beraneka ragam.

Introduction Impaired fasting blood glucose (IFBG) as a prediabetes condition is associated with fruit and vegetable consumption because of the influence of fiber and antioxidant content on pancreatic health and blood glucose metabolism. Research on the relationship between consumption of citrus fruit and red-orange vegetables with IFBG in women of reproductive age (WRA) is still limited. Method This secondary analysis of research dataset entitled 'Relationship of Intake and Nutritional Status with the Number of Microbiota and Metabolic Markers in Minangkabau and Sundanese Women' involved 360 WRA who were selected using the Population Proportional Sampling. Consumption of citrus fruits (oranges) and red-orange vegetables (carrots and tomatoes) was obtained from interviews with trained nutritionists using Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. After the subject fasted for 12- 14 hours, 10 ml of blood was taken from the cubital fossa vein, placed in EDTA vacutainer. Fasting blood glucose was measured using enzymatic colorimetry with glucose oxidase-phenol aminophenazone. Results The average age of WUS was 36 years, 14.4% consumed only citrus fruit, 21.4% only consumed red-orange vegetables, 57.8% both, and 6.38% neither. After controlling for physical activity and body mass index, consumption of red-orange vegetables was significantly related to the incidence of GDPT, namely as a protective factor. (OR=0.403, P=0.043). Consumption of citrus fruit was not significantly related to the incidence of GDPT (P=0.138). Consumption of both was not significantly related to the incidence of GDPT (P=0.655). Conclusion Consumption of red-orange vegetables can significantly reduce the risk of GDPT in the Minangkabau and Sundanese WRA populations. Nutrition education is recommended to increase consumption of these vegetables in their daily diverse diet."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>