Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sari Rahayu Setyaningsih
"Tablet cepat hancur adalah tablet jenis baru yang cepat hancur dan /atau larut ketika dimasukkan kedalam rongga mulut. Tablet jenis ini dapat dengan mudah hancur walau hanya dalam sedikit air, seperti adanya saliva dalam rongga mulut. Oleh karena itu, dalam formulasi tablet cepat hancur diperlukan adanya superdisintegrant. Pada penelitian ini, dibuat tablet cepat hancur dengan menggunakan pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan penghancur dan Avicel sebagai bahan pengikat. PPSS merupakan pati singkong termodifikasi secara fisika dan kimia. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi optimum PPSS dalam kombinasinya dengan Avicel yang memberikan hasil evaluasi tablet yang memberikan hasil evaluasi tablet yang memenuhi syarat atau kriteria. Proses optimisasi dilakukan dengan metoda permukaan respon, yaitu kurva hubungan non-linear antara faktor-faktor formulasi dengan masing-masing respon farmasetik. Dalam hal ini, faktor formulasi adalah konsentrasi PPSS dan Avicel, sedangkan respon farmasetiknya adalah parameter-parameter kekerasan, keregasan, waktu hancur dan waktu pembasahan tablet cepat hancur. Dari hasil penelitian ini diperoleh konsentrasi optimum PPSS adalah 26,94 - 27,85% dengan menggunakan Avicel sebanyak 20,44 - 24,29% sebagai pengikat.

Fast disintegrating tablet is a kind of tablet that can disintegrate and /or dissolve rapidly when it is entered into oral cavity. Fast disintegrating tablet can easily disintegrate with a small amount of water, like saliva in oral cavity. Thus, in the formulation of fast disintegrating tablet is required an excipient, which has superdisintegrant characteristic. In this study, the fast disintegrating tablets were formulated using pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) as a disintegrant and Avicel as a binder. PCSS is a physically and chemically modified starch. Moreover, the purpose of the research is to obtain the optimum concentration of PCSS, which is combined with Avicel in the formulation that fulfills the criteria or requirements of the fast disintegrating tablet. The formulation optimization was carried out by response surface methodology, which is the non-linier relationship between formulation factors and individual pharmaceutical responses. In this study, formulation factor is the concentration of PCSS and Avicel, whereas the pharmaceutical responses are hardness, friability disintegration time and wetting time of the fast disintegrating tablet. The results show that the optimum concentration of PCSS and Avicel are 26,94 - 27,85 % and 20,44 - 24,29 % respectively in the formulation of the fast disintegrating tablet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S33057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Prabowo
"Tablet terdisintegrasi cepat merupakan salah satu teknologi farmasi yang sedang berkembang saat ini. Tablet terdisintegrasi atau FDT (fast disintegrating tablet) merupakan tablet yang ketika diletakkan pada lidah akan terdisintegrasi secara instan serta melepaskan obat dengan bantuan saliva. Teknologi ini dapat memecahkan permasalahan pemberian obat secara oral pada pasien-pasien seperti pediatri, geriatri ataupun pada keadaan dimana pasiennya tidak dapat menelan tablet secara konvensional dengan bantuan air.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimasi kecepatan disintegrasi dan rasa pada tablet terdisintegrasi dengan memvariasikan konsentrasi sodium starch glycolate dan manitol. Optimasi kecepatan disintegrasi menggunakan sodium starch glycolate dengan konsentrasi 8%, 12% dan 16% dan kemudian diuji waktu disintegrasinya. Setelah diketahui kecepatan disintegrasi yang paling optimum maka dilakukan optimasi rasa dengan menggunakan manitol pada konsentrasi 32%, 36% dan 40%. Evaluasi tentang rasa dilakukan dengan menggunakan uji kesukaan (hedonitas) dan dianalisis dengan yang baik pada tablet terdisintegrasi cepat adalah 27±1 detik. Waktu disintegrasi paling baik tercapai pada tablet yang mengandung konsentrasi sodium starch glycolate sebesar 16%. Tidak ada perbedaan bermakna antara formulasi tablet yang mengandung konsentrasi manitol 32%, 36% dan 40% sehingga tidak dapat diketahui formulasi tablet yang disukai konsumen.

Fast disintegrating tablet is one of advanced pharmaceutical technologies. Fast disintegrating tablets is a tablet when placed on the tongue will be instantly disintegrated and releases the drug with the help of saliva. This technology can solve the problem of using oral drug in patients such as pediatrics, geriatrics or in circumstances where the patient can not swallow tablets conventionally with the help of water.
The purpose of this study was to optimize the speed of disintegration and to optimize taste in fast disintegrating tablet formulations both with varying concentrations of sodium starch glycolate and mannitol. Optimization the speed of disintegration was done by using sodium starch glycolate with concentration of 8%, 12% and 16% and then disintegration time was tested. After the optimum speed decided, the next step was optimizing the taste using various manitol concentration of 32%, 36% and 40% and evaluation of the taste was conducted by using hedonity test and analyzed with SPSS program. Disintegration of good fast disintegrating tablet was 27 ± 1 second. The best disintegration time was achieved in tablet using sodium starch glycolate of 16%. No significant taste differences among tablet formulations that contain manitol concentrations of 32%, 36% and 40%, thus it can’t be decided which one of tablet formulation was preffered by customers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Fahira D.
"Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) merupakan penyakit gangguan paru yang diderita oleh mayoritas pasien geriatri. Terdapat keterbatasan administrasi obat yang dialami oleh pasien populasi khusus, pasien disfagia, pediatri, dan geriatri. Pirfenidon digunakan sebagai agen terapi fibrosis paru idiopatik dengan dosis besar untuk satu kali konsumsi. Ketersediaan pirfenidon dalam bentuk tablet konvensional menjadi salah satu permasalahan dalam regimen terapi, terutama pada pasien disfagia. Oleh karena itu, pengembangan tablet cepat hancur (TCH) yang dirancang untuk hancur dalam mulut setelah kontak dengan sedikit air menjadi alternatif sediaan tablet konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi TCH yang memiliki waktu hancur kurang dari 1 menit, keregasan kurang dari 1%, dan kekerasan dalam rentang 1-3 kP melalui metode cetak pelarut. TCH pirfenidone dibuat dalam 3 (tiga) formulasi yang memiliki variasi pada jumlah disintegrant yang digunakan, yaitu variasi konsentrasi croscarmellose sodium 18 mg (F1), 28 mg (F2), dan 38 mg (F3). Evaluasi dilakukan setelah pencetakan tablet yang meliputi evaluasi penetapan kadar, keseragaman sediaan, kekerasan, keregasan, organoleptis, waktu pembasahan, waktu hancur, uji disolusi, dan uji stabilitas. TCH F2 menghasilkan hasil tablet paling baik dengan waktu disintegrasi 29,31 detik dan waktu pembasahan 27,26 detik. Sedangkan uji stabilitas TCH ketiga formulasi tidak menunjukkan perubahan yang signifikan selama penyimpanan 4 minggu.

Idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) is a pulmonary disorder that affects the majority of geriatric patients. There are limitations to drug administration experienced by special populations of patients, especially dysphagia, pediatrics, and geriatrics. Pirfenidone is used as a therapeutic agent for idiopathic pulmonary fibrosis in large doses. The availability of pyrphenidone in conventional tablet form is one of the problems in the therapeutic regimen, especially in patients with dysphagia. Therefore, the development of rapidly disintegrating tablets (TCH), which are designed to disintegrate quickly in the mouth upon contact with a small water amount, is an alternative to conventional tablet preparations, less than 1% and a hardness in the range of 1-3 kP through the solvent impression method. Pirfenidone TCH was made in three formulations that had variations in the amount of disintegrant used, namely variations in the concentration of croscarmellose sodium (18 mg (F1), 28 mg (F2), and 38 mg (F3)).  The three formulations produce a flat tablet with a slightly rough surface and uniform size. TCH F2 produced the best tablet results with a disintegration time of 29.31 seconds and a wetting time of 27.26 seconds. While the TCH stability test of the three formulations did not show significant changes during 4 weeks of storage. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Kurnianto
"Tablet cepat hancur (TCH) adalah tablet yang didesain untuk segera hancur di rongga mulut tanpa bantuan air sehingga dibutuhkan eksipien penghancur yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) sebagai penghancur tablet yang digunakan dalam formula TCH. PPSFt merupakan pati yang termodifikasi melalui proses pragelatinisasi sempurna dan esterifikasi dengan asam ftalat anhidrida dalam medium berair. PPSFt yang dihasilkan dikarakterisasi dan diformulasikan menjadi TCH dengan metode kempa langsung. TCH yang dihasilkan dievaluasi dan diuji kesukaan terhadap penampilan, rasa, dan waktu hancur pada 30 orang responden. Hasil karakterisasi PPSFt diperoleh serbuk dengan derajat substitusi sebesar 0,054, memiliki laju alir yang baik, kelarutannya dalam akuades sebesar 680,72 mg/100 ml, dan mampu mengembang sampai 2 kali lipat dalam waktu 2 menit. Evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 4 yang mengandung PPSFt sebesar 40% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 4 memiliki kekerasan 2,71 Kp, keregasan 0,82 %, waktu hancur in vitro 47,77 detik, dan waktu pembasahan 113,59 detik. Hasil uji kesukaan menunjukkan 86,67% reponden menyukai penampilan , 83,33% responden menyatakan rasanya manis, dan rata-rata waktu hancur TCH di rongga mulut responden 54,87 detik. Oleh karena itu, PPSFt dapat digunakan sebagai eksipien penghancur pada tablet cepat hancur.

Fast disintegrating tablets (FDT) are solid dosage forms which disintegrate in the patient?s mouth rapidly without the need of water thus FDT?s need appropriate disintegrant excipient. The aim of this study was to study pregelatinized cassava starch phthalate?s (PCSPh) characteristics as tablet disintegrant to be applied in FDT?s formulas. PCSPh produced by gelatinization and esterificaton of cassava starch using phthalate anhydride in aqueous medium. PCSPh was characterized and then formulated into FDT using direct compresion method. The obtained FDT were evaluated. FDT?s hedonic responses to appearance, taste, and disintegration time in oral cavity of 30 renponders were tested. The results showed that substitution degree of PCSPh was 0.054, had good flow rate, solubility in aquadest was 680.72 mg/100 ml, and 2 fold swelled in 2 minutes. The FDT?s evaluation showed that formula 4 containing 40% of PCSPh had the best characteristic as FDT. Formula 4 exhibited 2.71 Kp of hardness, 0.82% of friability, 47.77 seconds of in vitro disintegration time and 113.59 seconds of wetting time. The hedonic test results showed that 86.67% and 83.33% responders like the appearance and taste, respectively. FDT?s disintegration time in responders oral cavity was 54.87 seconds. Therefore, PCSPh may be used as an disintegrant excipient in FDT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42016
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Prabowo
"ABSTRAK
Serbuk mucilago Hibiscus rosa-sinensis L. (MHR) merupakan salah satu eksipien alami yang menjadi superdisintegran. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi serbuk MHR, mendapatkan konsentrasi optimum dan membandingkan waktu disintegrasi antara formulasi tablet terdisintegrasi cepat (TDC) yang menggunakan konsentrasi optimum serbuk MHR dengan sodium starch glycolate (SSG). Serbuk MHR dilakukan karakterisasi fisik, kimia dan fungsional. TDC domperidon diformulasikan dengan memvariasikan konsentrasi serbuk MHR, digunakan SSG sebagai pembanding, kemudian hasil uji waktu disintegrasi dan pembasahannya dibandingkan. Serbuk MHR yang dihasilkan berupa serbuk kecokelatan, beraroma khas, tidak berasa, mempunyai swelling ratio 25 kali dibanding volume awal, kelarutan 0,426 ± 0,034 mg/ml, viskositas 1360 cps, ukuran partikel berkisar 0,991 ? 380 μm, tidak dapat mengalir, dan indeks kompresibilitas 26,75 ± 1,79%. Konsentrasi optimum serbuk MHR untuk pembuatan TDC domperidon adalah 1%. Evaluasi TDC domperidon menggunakan superdisintegran serbuk MHR 1% adalah waktu disintegrasi 39,67 ± 4,73 detik dan waktu pembasahan 66,33 ± 14,29 detik, waktu disintegrasi dan pembasahan tersebut lebih cepat dibanding formulasi TDC domperidon menggunakan superdisintegran SSG 1% yaitu 109,33 ± 18,8 detik dan 120,00 ±

ABSTRACT
Hibiscus rosa-sinensis L. mucilage (MHR) powder is a natural superdisintegrant. This experiment?s purposes is to characterize MHR powder, get the optimum concentration of MHR powder and compare disintegration and wetting time between fast disintegration tablet that used optimum concentration's MHR powder and SSG as superdisintegrant. Characterization was consisted of physical, chemistry and function. TDC formulation was prepared by varied MHR powder's concentrations and sodium starch glycolate as comparison and then compared its disintegration and wetting time test. Characterization?s results were brownish powder, spesific odor, tasteless, swelling ratio 25 times bigger than initial volume, solubility 0.426 ± 0.034 mg/ml, particle size 0.991 ? 380 μm, flowless, and index
compressibility 26.75 ± 1.79%. Optimum concentration of MHR powder in TDC
domperidon formulation was 1%. Disintegration time and wetting time of TDC
domperidone that used 1% MHR powder were 39.67 ± 4,.73 seconds and 66.33 ± 14.29 seconds respectively, those results was faster than disintegration time and wetting time of formulation that used SSG 1% were 109.33 ± 18.8 seconds and 120.00 ± 3.00 seconds respectively."
2016
T46169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amadea Ayu Ashira Putri
"Biji nangka yang kaya akan pati masih minim pemanfaatannya dalam industri farmasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dinyatakan bahwa pati biji nangka berpotensi untuk digunakan sebagai eksipien dalam pembuatan sediaan farmasi yaitu sebagai pengikat dan penghancur, tetapi tidak ditemukan data yang cukup terkait penggunaannya sebagai superdisintegran dalam pembuatan tablet cepat hancur. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh eksipien pati biji nangka (JFSS) dan pati biji nangka tertaut silang (CL-JFSS) serta menganalisis pengaruh reaksi taut silang pada pati biji nangka terhadap kemampuan pembengkakan serta waktu hancur tablet isoniazid. Pati diisolasi melalui ekstraksi secara basa dan kemudian dilakukan reaksi taut silang dengan menggunakan sodium trimetafosfat (STMP) sebagai agen penaut silang dengan konsentrasi 0,1% dan 10%. Konfirmasi atas terjadinya reaksi taut silang pada tepung pati ditentukan dengan FTIR dan derajat substitusi fosfat (DS). Sifat fisikokimia dan fungsional pati juga dievaluasi. Tablet cepat hancur (TCH) isoniazid dibuat dengan metode kempa langsung dan dilakukan evaluasi tablet pada umumnya. Pati biji nangka yang diperoleh memiliki kandungan amilosa sekitar 29,5%. Perubahan pada spektrum inframerah serta nilai DS sebesar 0,006 dan 0,0254 untuk CL-JFSS-0,1%STMP dan CL-JFSS-10%SMTP mengkonfirmasi bahwa telah terjadi reaksi taut silang. Nilai kemampuan pembengkakan untuk JFSS, CL-JFSS-0,1%STMP, dan CL-JFSS-10%STMP masing-masing adalah sebesar 198,32%±2,08%; 198,37%±1,46%; dan 130,22%±0,61% dari berat awal sehingga diketahui bahwa reaksi taut silang belum mampu meningkatkan kemampuan pembengkakan tepung pati. Waktu hancur TCH isoniazid yang menggunakan CL-JFSS-10%STMP lebih lambat dibanding tablet yang menggunakan JFSS. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reaksi taut silang pada pati biji nangka belum mampu meningkatkan kecepatan waktu hancur TCH.

Jackfruit seeds, rich in starch, have potential to be used in the pharmaceutical industry as binder and disintegrant, but still minimally utilized as mentioned in previous research. However, there is limited data on its use as a superdisintegrant in fast disintegrating tablets (FDT). This study aimed to obtain excipients from jackfruit seed starch (JFSS) and cross-linked jackfruit seed starch (CL-JFSS) and analyze the effect of crosslinking reaction on starch's swelling ability and disintegration time of isoniazid FDT. Starch was isolated from jackfruit seed using alkaline extraction. The crosslinking was performed using 0,1% and 10% sodium trimetaphosphate (STMP) as crosslinking agent. FTIR and the degree of phosphate substitution were used to confirm the crosslinking reaction. Additionally, the physicochemical and functional properties of starch were also evaluated. Isoniazid FDT formulations were prepared using a direct compression method. Jackfruit seed starch which was obtained has an amylose content of around 29.5%. Changes in the infrared spectrum and DS values of 0.006 and 0.0254 for CL-JFSS-0.1%STMP and CL-JFSS-10%SMTP confirmed that a cross-linked reaction had occurred. Swelling ability values for JFSS, CL-JFSS-0.1%STMP, and CL-JFSS-10%STMP were respectively 198.32%±2.08%; 198.37%±1.46%; dan 130.22%±0.61% times the initial weight. The crosslinking reaction had not yet increase starch flour's swelling ability. Evaluation of FDT using JFSS and CL-JFSS as superdisintegrant resulted in a quick disintegration time of 5-8 seconds, fulfilling the disintegration time requirement of FDT. The isoniazid FDT using JFSS and CL-JFSS shares similar characteristics as FDT using crospovidone as its superdisintegrant. Thereby, it can be concluded that crosslinking reaction in jackfruit seed starch had not yet improve the disintegration time of FDT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library