Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elda Nazriati
Abstrak :
Salah satu indikator kualitas fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP) adalah rendahnya rujukan nonspesialistik. Rujukan nonspesialistik adalah rujukan dari 144 penyakit yang seharusnya dapat diatur di FKTP. Kenyataannya, masih banyak kasus nonspesialistik yang dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder. Penelitian deskriptif dengan metode campuran kuantitatif dan kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui pola dan penyebab kasus penyakit nonspesialistik yang dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat sekunder di Kota Pekanbaru. Gambaran kasus penyakit nonspesialistik dikumpulkan dari data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kota Pekanbaru periode Desember 2014 - April 2015, sedangkan faktor penyebab rujukan diperoleh dari focus group discussion yang diikuti oleh 40 dokter berdasarkan jenis FKTP. Penelitian ini menampilkan 20 kasus nonspesialistik yang paling sering dirujuk, di antaranya hipertensi esensial, miopia ringan, dan diabetes melitus. Penyebab rujukan kasus penyakit nonspesialistik antara lain kesalahan kode serta terbatasnya fasilitas, sumber daya manusia, manajemen pelayanan, dan kompetensi dokter. Semua faktor keterbatasan tersebut perlu diantisipasi agar upaya rujukan dapat diminimalkan

One of primary healthcare facility quality indicators is the low non-specialistic referral. Non-specialistic referral is referral of 144 diseases that should be arranged in primary healthcare facilities. In fact, there are many non-specialist cases referred to secondary health care facilities. This descriptive study using quantitative and qualitative method aimed to determine patterns and causes of non-specialist diseases referred to secondary primary health care in Pekanbaru City. Depiction of non-specialistic disease cases was collected from data of the state health insurance scheme in Pekanbaru City on December 2014 - April 2015 period, meanwhile causes of referral were obtained from focus group discussion participated by 40 doctors based on types of primary healthcare facilities. This study showed 20 non-specialistic cases oftenly referred including essential hypertension, mild myopia and diabetes mellitus. Causes of non-specialistic disease referrals were code error as well as limited facilities, human resources, service management and competence of doctors. Such limitations need to be anticipated in order to minimalize act of referrals.
Universitas Riau, Fakultas Kedokteran, Departemen Pendidikan Kedokteran, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Grace Amanda Maria
Abstrak :
Kelainan refraksi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi secara global dan banyak terjadi di negara dengan penghasilan menengah kebawah. Kondisi ini termasuk ke dalam masalah kesehatan mata yang dapat dicegah dan ditangani dengan adanya pelayanan kesehatan yang komprehensif. Namun, faktor sosioekonomi menjadi salah satu kendala yang dialami oleh para penderita kelainan refraksi. Sehingga, integrasi pelayanan kelainan refraksi ke dalam pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat primer menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan model IPO. Pencarian studi yang relevan dilakukan dengan beberapa database, yaitu PubMed, Proquest, ScienceDirect, dan Wiley Online Library. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan kelainan refraksi sudah terintegrasi sebagai suatu pelayanan di fasilitas kesehatan primer berbagai negara meskipun dengan beberapa keterbatasan, khususnya dari sisi ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan kesehatan dan ketersediaan alat bantu optik. Upaya yang dilakukan berkaitan dengan task-shifting kepada tenaga kesehatan dan penggunaan kacamata siap pakai. Namun, untuk jaminan asuransi kesehatan, belum ditemukan adanya penjaminan untuk pelayanan kesehatan mata secara komprehensif, khususnya untuk biaya alat bantu kacamata. Kesimpulan dari penelitian ini adalah belum adanya pelaksanaan pelayanan kelainan refraksi yang komprehensif di berbagai negara.
Refractive error are public health problems that occur globally and in many middle to low-income countries. This condition is categorized as can be prevented and treated with comprehensive health services. However, the socioeconomic factor is one of the obstacles experienced by people with refractive error. Thus, integration of refractive error into services at primary health facilities is important. This study uses the literature review method with the IPO model. The search for relevant studies was carried out with several databases, namely PubMed, Proquest, ScienceDirect, and Wiley Online Library. The results of this study indicate that refractive error services delivery has been integrated into primary health facilities in various countries, although with some limitations, especially in terms of the availability of health workers, medical equipment, and the availability of optical aids. Efforts are made relating to task-shifting health workers and the use of ready-made glasses. However, for the health insurance coverage scheme, there has not yet been found a comprehensive guarantee for eye health services, especially for the cost of glasses. The conclusion of this research is the absence of comprehensive refraction services in various countries.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library