Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qatra Dini Seprida
Abstrak :
Infeksi menular seksual hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, balk di negara maju maupun di negara berkembang. Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi bersifat lokal di tempat inokulasi. Waria merupakan kelompok risiko tinggi untuk terkena gonore faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian besar bersifat asimtomatis, maka sering tidak disadari sehingga dapat menjadi somber penularan. Penelitian ini merupakan survei potong lintang analitik, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi gonore faring dan gonore rektum pada populasi waria, serta hubungan antara perilaku seksual dengan kedua infeksi di atas. Diagnosis gonore faring dan rektum ditegakkan berdasarkan pemeriksaan PCR. Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai dengan Juli 2006. Pemeriksaan dilakukan terhadap 43 SP, yaitu waria yang berkunjung ke klinik PKBI Jakarta Timur yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan spesimen dari daerah faring dan rektum untuk pemeriksaan gonore dengan PCR. Setelah itu dilakukan pencatatan, perhitungan, dan analisis statistik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resky Mustafa
Abstrak :
Latar Belakang: Obstruksi saluran nafas atas merupakan salah satu kelainan saluran nafas atas yang disebabkan karena terjadinya sumbatan. Proses obstruksi yang terjadi mempengaruhi morfologi, fisiologis dan patologis yang merupakan predisposisi terhambatnya pernafasan saluran atas. Secara anatomis faring yang merupakan bagian dari saluran nafas atas dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring dan hipofaring. Perubahan morfologi dan patologis faring pada penderita gangguan nafas yang berhubungan dengan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan struktur kraniofasial dan morfologi dentofasial. Salah satu modalitas yang digunakan untuk menilai perubahan pada saluran nafas atas adalah sefalometri lateral yang dapat memperlihatkan saluran nafas dalam perspektif dua dimensi dalam mengevaluasi jaringan keras dan jaringan lunak kraniofasial termasuk faring, bila terjadi penyempitan. Tujuan: Untuk membandingkan ukuran normal saluran nafas atas pada populasi sehat kelompok usia 20-30 dan 31-40 tahun pada populasi laki-laki dan perempuan di Indonesia melalui analisis sistematis radiograf sefalometrik lateral. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder radiograf sefalometri lateral pada usia 20-40 tahun di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSKGM FKG UI dan RSKGM FKG TRISAKTI. Pengukuran saluran nafas atas dilakukan dengan analis sefalometri lateral yang diukur menggunakan variabel nasofaring (PNS-ad1, PNS-ad2), variabel orofaring (Ve1-Ve2, U1-U2, RL1-RL2) dan variabel hipofaring (Va1-Va2). Hasil: Pengukuran saluran nafas atas variable Ve1-Ve2 dan Va1-Va2 menujukkan ada perbedaan bermakna (p value < 0.05) antara jenis kelamin. Sedangkan variable PNSAd1, PNS-Ad2, U1-U2 dan RL1-RL2 (p value > 0.05) menujukan tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin. Sementara pada pengukuran saluran nafas atas yang membandingkan antar kelompok usia pada seluruh jenis kelamin, yang menunjukkan perbedaan bermakna (p value < 0.05) pada variabel pengukuran PNS-Ad1 dan PNSAd2. Sedangkan variabel Ve1-Ve2, U1-U2, RL1-RL2 dan Va1-Va2 tidak berbeda bermakna (p value > 0.05). Kesimpulan: Penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada jenis kelamin untuk ukuran saluran nafas atas yaitu ukuran orofaring variabel Ve1-Ve2 dan hipofaring variabel Va1-Va2. Jika dikaitkan dengan peningkatan usia ukuran saluran nafas atas hanya variabel nasofaring yang memiliki perbedaan secara bermakna yaitu melebar seiring bertambahnya usia ......Background: Upper airway obstruction is one of the upper airway disorders caused by obstruction. Obstructive processes that occur affect the morphology, physiology and pathology which predisposes to obstructed upper respiratory tract. Anatomically, the pharynx, part of the Upper airway, is divided into three parts: the nasopharynx, oropharynx and hypopharynx. Pharyngeal morphology and pathological changes in patients with respiratory disorders associated with deviations in the growth and development of craniofacial structures and dentofacial morphology. One of the modalities used to assess changes in the Upper airway is lateral cephalometrics which can show the airways in a two-dimensional perspective in evaluating the craniofacial hard and soft tissues including the pharynx, if narrowing occurs. Objective: To compare the normal size of the upper respiratory tract in healthy populations aged 20-30 and 31-40 years in male and female populations in Indonesia through systematic analysis of lateral cephalometric radiographs. Methods: This study used secondary data from lateral cephalometric radiographs at the age of 20-40 years at the Dentistry Radiology Unit at RSKGM FKG UI and RSKGM FKG TRISAKTI. Upper airway measurements were performed using a lateral cephalometric analysis using nasopharyngeal variables (PNSad1, PNS-ad2), oropharyngeal variables (Ve1-Ve2, U1-U2, RL1-RL2) and hypopharyngeal variables (Va1-Va2). Results: Measurement of the upper airway variables Ve1-Ve2 and Va1-Va2 (p value <0.05) showed that there was a significant difference between the sexes in the measurement of the upper Upper airway in a healthy population. While the PNS-Ad1, PNS-Ad2, U1-U2 and RL1-RL2 variables (p value > 0.05) showed no significant difference between the sexes. While the upper Upper airway measurements compared between age groups in all sexes, which showed that there were significant differences (p value <0.05) between age groups for the PNS-Ad1 and PNSAd2 measurement variables. Meanwhile, the variables Ve1-Ve2, U1-U2, RL1-RL2 and Va1-Va2 were not significantly different (p value > 0.05). Conclusion: This study shows that there are significant differences in sex for the size of the upper airway, namely the size of the oropharynx Ve1-Ve2 variable and the hypopharynx Va1-Va2 variable. If it is associated with an increase in age, the size of the upper airway is only the nasopharyngeal variable which has a significant difference, which increases with age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Waluyo Susanto
Abstrak :
Selat Bali merupakan seuatu perairan laut yang subur, sehingga banyak ikan berkumpul di perairan tersebut terutama ikan lemuru. Ikan tersebut memegang peranan penting dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Jembrana. Sebelum tahun 1972 ikan lemuru ditangkap dengan alat tangkap sederhana seperti payang oras, payang besar, jala tebar, jala eder dan bagan. Sejak diperkenalkan alat tangkap purse seine pada tahun 1972 usaha penangkapan dengan alat tangkap tersebut mendominasi hasil tangkapan ikan lemuru. Kenaikan upaya penangkapan yang dilakukan ternyata memberikan hasil yang lebih rendah. Demikian pula dengan terjadinya pengurangan upaya penangkapan, belum mengembalikan pada keadaan hasil tangkap yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan salah satu gejala tangkap lebih. Salah satu instrumen untuk mencegah proses penurunan sumber daya adalah dengan membebankan biaya-biaya kerusakan lingkungan dan kerusakan sumber daya tersebut kepada pengusaha. Salah satu bentuk biaya tersebut adalah pajak sumber daya. Dalam pengertian ini yang disebut pajak adalah penarikan jumlah tertentu biaya sebagai kompensasi atas pemanfaatan sumber daya tersebut. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk (i) mengetahui pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan sumber daya ikan lemuru, (ii) menghitung besarnya "resource rent" ikan lemuru, dan (iii) mengkaji besarnya "user fee" atau pungutan perikanan. Penelitian dilakukan menggunakan kesioner dan data sekunder. Dari data yang terkumpul dan dianalisa dengan OLS untuk Y=a+bX antara "Catch per Unit Effort" (Y) dan "Effort" (X) diperoleh parameter a=6,5999 dan b=-0,5898. Dari parameter tersebut menggunakan Algoritma Fox diperoleh parameter daya tangkap q=0,0000467; daya dukung lingkungan K 1,41369,3; dan laju pertumbuhan populasi R=0,00052241. Sedangkan dari analisa usaha penangkapan purse seine diperoleh biaya per trip c=Rp I.149.710,00 dan harga lemuru per ton Rp400.200,00. Dari parameter-parameter tersebut di atas diperoleh dugaan hasil tangkap optimal (ff*) sebesar 14.965 ton, jumlah "rent" sebesar Rp2.356.380,00. Stok sumber daya lestari/maximum sustainable yield (x*)=I01.452,62 ton dan upaya tangkap optimum (E*) = 3 hari. Dari hasil perhitungan tersebut telah terjadi upaya tangkap yang telah jauh melebihi upaya tangkap yang optimum atau melebihi tingkat Maximum Economic Yield (MEY). Kondisi ini di satu pihak akan merugikan nelayan karena dengan semakin tinggi upaya tangkap, biaya operasional meningkat pula, sedangkan produksi semakin kecil sehingga keuntungannya menurun dan pendapatan nelayan juga menurun. Di lain pihak tekanan terhadap sumber daya ikan semakin besar. Dalam rangka pengendalian usaha penangkapan, pemerintah telah menerbitkan peraturan-peraturan antara lain yang mengatur ukuran kapal, dimensi ukuran purse seine, ukuran mats faring, serta jumlah kapal purse seine yang beroperasi. Selain itu telah terbentuk Badan Pengelola Perikanan. Lemuru yang beranggotakan pemerintah dan swasta yang berkepentingan dengan pemanfaatan ikan lemuru yang berasal dari Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali. Berkaitan dengan kondisi perikanan lemuru tersebut perlu dilakukan (i) penurunan biaya operasional penangkapan, (ii) penegakan peraturan yang telah ditetapkan (iii) melakukan pendugaan stok secara berkala, (iv) melakukan kebijakan penutupan area saat musim pemijahan, (v) meningkatkan legalitas dan memberikan kewenangan yang lebih luas kepada BPP Lemuru, (vi) mengalokasikan anggaran untuk operasional pengendalian, (vii) melakukan koordinasi dengan Departemen Industri dan Perdagangan, (viii) memungut retribusi atas sumber daya lemuru, dan (ix) pengembangan fasilitas PPI Pengambengan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library