Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kunto Sofianto
"ABSTRAK
Tinjauan mengenai kehidupan masyarakat Kota Garut selama kurun waktu 35 tahun (1935-1965) merupakan kajian sejarah sosial yang membahas masalah pemerintahan, kehidupan sosial ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.
Rentangan waktu yang dikaji dalam studi ini, yakni sejak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda (1930-1942), zaman Pendudukan Tentara Jepang (1942-1945), dan zaman kemerdekaan RI (1945-1965).
Dalam masalah pemerintahan, fokus kajian terutama diarahkan kepada keadaan pemerintahan dan peranan, serta kedudukan bupati sejak masa Mob. Musa Suria Karta Legawa, Bupati Kabupaten Garut ke-3 (1929-1944) sampai dengan Rd. Gahara, Bupati Kabupaten Garut ke-10 (1960-1966). Keadaan pemerintahan dan peranan, serta kedudukan bupati ini mengalami naik-turun sesuai dengan perubahan politik di tingkat pusat.
Dalam masalah kehidupan sosial ekonomi, fokus kajian diarahkan kepada mata-pencaharian masyarakat bumiputra, Cina, Arab, dan Pakistan yang selalu berubah setiap periode. Perubahan sosial ekonomi masyarakat bumiputra nampak berubah setelah Kota Garut menjadi Kota Pariwisata, yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan dalam dan luar negeri. Sejak itu masyarakat bumiputra selain bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, juga mulai bekerja di hotel-hotel sebagai jongos (pelayan), juru masak, tukang kebun, pramuwisata (guide), dan sebagainya. Pada masa Pendudukan Tentara Jepang kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya berubah secara drastis, yakni menjadi sengsara, akibat sikap Pemerintahan Militer Jepang yang bertindak di luar batas perikemanusiaan. Menginjak zaman kemerdekaan RI 1945, mata-pencaharian penduduk bumiputra nampak lebih bervariasi, yakni selain bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, dan sebagainya, juga ada yang bekerja sebagai pegawai negeri (guru, ABRI, atau karyawan). Meskipun demikian, namun perubahan ke arah kehidupan yang sejahtera belum tercapai, akibat secara beruntun masyarakat Kota Garut diganggu oleh peristiwa-peristiwa politik yang menimbulkan trauma yang mendalam, yakni Pendudukan Tentara Belanda (1947-1948), peristiwa DI/TII Kartosuwiryo (1949-1962), peristiwa aksi rasialis anti-Cina dan peristiwa G 30 S/PKI 1965.
Sebenarnya banyak juga kaum bumiputra yang bekerja di sektor perdagangan, namun pada umumnya mereka kurang berhasil, karena terutama mendapat saingan dari orang-orang Cina, yang sudah mendominasi bidang perdagangan sejak zaman Kolonial Belanda.
Selain orang-orang Cina, juga peran orang-orang Arab dan Pakistan tidak bisa diabaikan. Mereka mulai berusaha sebagai pedagang sejak kedatangannya di Kota Garut.
Dalam masalah pendidikan fokus kajian diarahkan kepada minat masyarakat terhadap sekolah, yang mengakibatkan berubahnya nilai dan perilaku masyarakat untuk bersikap rasional dan modern. Dalam kebudayaan dibahas masalah seni musik yang terutama diminati oleh generasi muda dan kepercayaan yang terutama berhubungan dengan kehidupan keagamaan dan tradisi masyarakat.

ABSTRACT
The study of society existence in Garut City for 35 years (1935-1965) is study of social history which is related to government, social-economy, education, and culture.
The periods of time which are studied i.e. period of the Dutch (1930-1942), period of Japanese Army Occupation {1942-1945), and period of after Indonesia Independence (1945-1965).
Related to government, study is focused on the situation of government, role, and position of regents since Moh. Musa Suria Karta Legawa, the third regent of Garut Regency (1929-1944) until Rd. Gahara Widjajasoeria, the tenth regent of Garut Regency (1960-1966). The situation of government, role, and position of regents went through up and down matched political change in government center.
Related to social-economy, study is focused on the livelihood of Natives, Chineses, Arabs, and Pakistanis. The change of social-economy of Natives seems changed after Garut City became a tourist spot which was visited by people all over the world, where livelihood of Natives beside as peasants, traders, laborers, etc., also began to work in hotels as jongos (servant), cooks, guides, etc. In the period of Japanese Army Occupation the situation of people livelihood generally changed drastically, i.e. became being poor because the attitude of Japanese Army acted beyond humanity. In the period of post-Indonesian Revolution, livelihood of Natives became more various, i.e. beside they worked as peasants, traders, laborers, also they worked as government official (like teachers, Armies/ABRI, or workers). Although the Natives livelihood after Indonesia Independence showed variety, but change towards being welfare had not yet come true, because the people at that time were disturbed by political events successively, i.e. the Occupation of Dutch Army (1947--1948), rebellion of DIITII Kartosuwiryo (1949-1962), racial action of anti-Chinese (1963), and event of coup d'etat of PKI (G 30 SIPKI) 1965.
Actually many Natives worked as traders, but generally they were not as succesful as Chinese who had dominated trade sector since era of the Dutch. The Chinese is the main competitor for Natives in trade sector.
Beside Chinese, also the role of Arabs and Pakistanis in trade sector can not be neglected. They began to work as traders since their arrival in Garut City.
Related to education, study is focused on people interest towards education, which had caused changed value and behavior of people to be rational and modern.
Related to culture, study is focused on music which was liked especially by young generation and beliefs, particularly which are related to the existence of religion and tradition of people."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Ruth
Melbourne: Puffin Books, 1980
828.99 PAR p
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Levy, John.,
New York: Alfred A. Knoff, 1964
392.3 LEV h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Degenova, Mary Kay
Boston: McGraw-Hill , 2008
306.8 DEG i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Ruth
Melbourne: Puffin Books, 1980
828.99 PAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Al-Ghifari
Bandung: Mujahid Press, 2004
204.41 ABU b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Giffin, Emily
"Thirty-three-year-old Shea Rigsby has spent her entire life in Walker, Texas, a small college town that lives and dies by football, a passion she unabashedly shares. Raised alongside her best friend, Lucy, the daughter of Walker's legendary head coach, Clive Carr, Shea was too devoted to her hometown team to leave. Instead she stayed in Walker for college, even taking a job in the university athletic department after graduation, where she has remained for more than a decade. But when an unexpected tragedy strikes the tight-knit Walker community, Shea's comfortable world is upended, and she begins to wonder if the life she's chosen is really enough for her. "
New York: Ballantine Books, 2014
813.6 GIF o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Degenova, Mary Kay
Boston: McGraw-Hill, 2008
306.8 DEG i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Artianti Kuntjorowati Soedjono
"LATAR BELAKANG MASALAH
Kata domestik berasal dari bahasa latin "domus" yang berarti rumah atau sesuatu yang berurusan dengan keluarga. Ideologi kerumahtanggaan "ideology of domesticity" yang muncul dalam abad kesembilanbelas di Amerika erat kaitannya dengan menurunnya jumlah anak yang lahir dalam satu keluarga. Fenomena tersebut diikuti juga dengan perubahan sikap orang tua terhadap masa kanak-kanak dari anak-anak mereka. Anak-anak harus dipelihara dan diasuh dengan baik daripada diharuskan bekerja. Orang tua mulai melihat anak-anak mereka sebagai objek yang bergantung pada pemeliharaan, kasih sayang dan hams dilindungi. Ini menandakan kemunculan kerumahtanggaan keluarga kelas menengah (lihat Tamara K. Harenven, dalam L.S. Luedtke, 1987:247). Ideologi kerumahtanggaan tidak saja menempatkan anak sebagai pusat keluarga, tapi secara bertahap lebih memisahkan peranan ayah dan ibu.
Michael Gordon (1978 : 3 - 4) mengutip pandangan Michael Novak mengenai pentingnya keluarga dalam satu masyarakat sebagai berikut "1. What strengthens the family strengthens society. 2. If things go well with the family, life is worth living, when the family falters, life falls apart." Dilihat dari pernyataan tersebut di atas, maka tampak bahwa masa depan keluarga ditentukan oleh keadaan domestiknya, dan keberhasilan satu keluarga akan merupakan satu kontribusi positif bagi masa depan satu bangsa. Dalam arti lain adalah bahwa keluarga merupakan inti (core) dari satu pembangunan bangsa atau kehidupan politik bangsa tersebut. Mark Lerner seperti dikutip oleh Le Masters dan John De Frain menyatakan dengan tepat "If the American family is sick, then the class system must also be sick, and the whole economy, the democratic idea, the passion for equality, the striving for happiness, ... the point is that the American family is part of the loyality and reflects its virtues as well as weakness" (Lihat Max Lerner, 1987, 1957: 551).
Merujuk pada pandangan Novak yang dikutip oleh Gordon tersebut, maka pembentukan suatu keluarga yang ideal bagi masyarakat tampaknya bukan suatu yang baru bagi para ahli sosiologi atau antropologi. Plato misalnya, melihat masyarakat utopia yang diinginkannya terdiri dari kelas, komunisme..."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd al Ati, Hammudah
Selangor: Other Press, 2008
297.577 ABD f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>