Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fina Amelia
Abstrak :
Peningkatan jumlah penderita penyakit filariasis yang terus terjadi di Kota Tangerang Selatan sejak tahun 2002 hingga tahun 2008 dan nilai Mfrate yang masih berkisar antara 1,2% - 2,4% menunjukkan bahwa derajat endemisitas filariasis cukup tinggi sehingga risiko penduduk di lokasi tersebut untuk tertular filariasis lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian filariasis. Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kasus kontrol dengan total 106 orang responden. Faktor lingkungan yang, diteliti adalah suhu, kelembaban, dinding rumah, plafon, penggunaan kawat kassa, keadaan ruangan, sampah, keberadaan semak, tempat perindukan nyamuk, pengetahuan, sikap, kebiasaan menggunakan obat nyamuk, kelambu dan keluar rumah saat malam hari. Hasil penelitian menunjukkan 7 variabel berhubungan dengan kejadian filariasis, yaitu dinding rumah (p=0,004; OR 6,0), plafon (p=0,000; OR 10,5), penggunaan kawat kassa (p=0,000; OR 8,55), keadaan ruangan (p=0,001; OR 9,006), sampah (p=0,023; OR 3,84), tempat perindukan nyamuk (p= 0,001; OR 5,68), dan kebiasaan keluar malam hari (p=0,033; OR 3,35). Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah plafon rumah, penggunaan kawat kassa, dan tempat perindukan nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa faktor lingkungan buatan, yaitu kondisi rumah, sampah dan tempat perindukan nyamuk, serta faktor lingkungan sosial berupa kebiasaan masyarakat keluar rumah saat malam hari berhubungan dengan kejadian filariasis di Kota Tangerang Selatan. Perlu adanya kebijakan kesehatan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan terkait penyakit filariasis yang berkenaan dengan intervensi faktor lingkungan, terutama kondist rumah masyarakat dan sanitasi lingkungan. ......An increasing number of filariasis cases that occured in South Tangerang City since 2002 until 2008 and also the value of Mf rate between 1.2% - 2.4% indicating that the degree of endemicity of filariasis is high enough. That situation increase the risk the local population to contract filariasis. This study aim to identify the environmental risk factors associated with the occurrence of filariasis. This is a quantitative research approach with case-control design, and involved 106 respondents. Environmental factors that had been studied are the house walis, ceilings, the use of wire gauze, room conditon, garbage, the existence of a bush, mosquitoes breeding places, respondent’s knowledge, respondent’s attitudes, respondent’s habits using insect repellent, mosquito nets and go out at night. The results showed seven variables associated with the incidence of filariasis, the wall of the house (p=0,004, OR 6,0), ceiling (p=0,000, OR 10,5), the use of wire gauze (p=0,000, OR 8,55), room condition (p=0,001; OR 9,006), garbage (p~0,023, OR 3,84), mosquitoes breeding places (p=0,001, OR 5,68), and the habit of going out at night (p=0,033; OR 3,35). The results of multivariate analysis showed that the most dominant factor is the ceiling of the house, the use of wire gauze, and mosquito breeding places. Based on the results of this study concluded that man-made environmental factors, specifically the condition of the house, garbage and mosquito breeding places, and social environmental factors such as customs of the society to go out at night related to the occurrence of filariasis in the South Tangerang city. Government of South Tangerang City need to make a filariasis-related health policy associated with intervention to environmental factors, particularly public housing conditions and environmental sanitation.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2010
T33558
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yova Tsalvina Rizka
Abstrak :
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia yang disebabkan oleh tiga faktor risiko utama yaitu faktor manusia yang meliputi faktor sosial demografi dan faktor perilaku, kedaraan, dan lingkungan/infrastruktur. Dampak yang ditimbukan dari kecelakaan lalu lintas di Indonesia berdasarkan data Kepolisian setiap jam meyebabkan tiga orang meninggal dunia. Terdapat perbedaan angka kecelakaan lalu lintas di setiap daerah di Indonesia serta terdapat perbedaan faktor risiko penyebab kecelakaan lalu lintasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko kecelakaan dengan kecelakaan lalu lintas di Kota Cilegon tahun 2017-2018. Penelitian ini ini menggunakan desain cross sectional dengan variabel independennya adalah faktor risiko kecelakaan yang meliputi faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor lingkungan/infrastruktur. Variabel dependennya adalalah kecelakaan lalu lintas. Data yang digunakan merupakan data sekunder terkait dengan kecelakaan lalu lintas yang didapatkan dari Polres Kota Cilegon. Pengambilan dan pemasukkan data dilakukan di Polres Kota Cilegon. Digunakan analisis data univariat dan bivariat dengan Uji Chi Square. Hasil ananlisis menunjukkan bahwa proporsi faktor jenis kelamin laki-laki memiliki presentase tertinggi yaitu sebesar 91,8% pada tahun 2017 dan 87,6% pada tahun 2018. Dari 14 variabel yang diuji, tidak ada variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kecelakaan lalu lintas di Kota Cilegon. ......Traffic accidents are one of the public health problems in the world caused by three main risk factors, such as human factors which include social demographic factors and behavioral, vechile, and environmental / infrastructure factors. The impact caused by traffic accidents in Indonesia based on Police data every hour caused three deaths. There are differences in the number of traffic accidents in each region in Indonesia and there are different risk factors that cause traffic accidents. This study aims to analyze the relationship between accident risk factors and traffic accidents in Cilegon in 2017-2018. This study uses a cross sectional design with independent variables are accident risk factors which include human factors, vehicle factors, and environmental / infrastructure factors. The dependent variable is a traffic accident. The data used are secondary data related to traffic accidents obtained from Polres Cilegon. The data is collected and entried in Polres Cilegon. Data analysis is used the Kai SquareTest. The results of the analysis showed that the proportion of male gender factors had the highest percentage of 91.8% in 2017 and 87.6% in 2018. Of the 14 variables tested, there are no variables that were significantly related to traffic accidents in Cilegon.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marantika, Fajar Wati
Abstrak :
Di Indonesia, belum ada data pasti mengenai angka insidens dan jumlah kasus penyakit Lupus Eritematosus Sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk dijelaskannya analisis spasial lupus eritematosus sistemik di provinsi DKI Jakarta dan kota Depok, Jawa Barat dan identifikasi faktor lingkungan fisik (kawasan industri, suhu, kelembapan, curah hujan, kecepatan angin dan lamanya penyinaran matahari) terhadap jumlah kasus di kota/kabupaten yang memiliki jumlah kasus terbanyak. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan studi ekologi yang menggunakan analisis univariat, uji korelasi dan analisis spasial. Hasil penelitian ini menemukan tidak ditemukan adanya hubungan signifikan faktor lingkungan fisik pada kejadian lupus eritematosus sistemik tahun 2014-2018. Yayasan Lupus Indonesia atau yayasan autoimun lainnya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat awam dan odapus terkait gambaran angka insidens kejadian lupus dan faktor lingkungan yang dapat menjadi pencetus. Selain itu, peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai data dasar dan disarankan untuk memperkecil unit analisis agar mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Serta untuk pemilik industri harus memperhatikan dampak lingkungan, karena dapat mempengaruhi perubahan lingkungan yang berdampak pada tercetusnya penyakit di masyarakat.
In Indonesia, there are no data regarding the incidence rate and the number of cases of Systemic Lupus Erythematosus. This study aims to explain the spatial analysis of systemic lupus erythematosus in DKI Jakarta province and Depok city, West Java and identify physical environmental factors (industrial area, temperature, humidity, rainfall, wind speed and duration of solar radiation) to the number of cases in cities/districts which has the highest number of cases. This study uses secondary data with ecological studies using univariate analysis, correlation testing and spatial analysis. The results of this study found there was no significant association physical environmental factors with the incidence rate of systemic lupus erythematosus. The Indonesian Lupus Foundation or other autoimmune foundations can provide education to ordinary people and lupus patients regarding the count of lupus incidence and environmental factors that can trigger it. In addition, other researchers can use this research as baseline data and are advised to reduce the analysis unit in order to obtain more comprehensive results. And for industry owner must pay attention to environmental impacts, because it can affect environmental changes that have an impact on the emergence of diseases in the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Hana Rapar
Abstrak :
Asma merupakan salah satu penyakit pernapasan kronis yang dapat menyerang semua kelompok usia. Prevalensi penyakit asma terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 262 juta penduduk dunia menderita penyakit asma dan sebanyak 461.000 kematian akibat asma. Pada tingkat nasional, prevalensi penyakit asma mencapai 2,4% pada tahun 2018. Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten/kota yang termasuk dalam 10 kabupaten/kota di Indonesia dengan prevalensi asma tertinggi secara nasional (9,5%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan rumah dengan kejadian asma di Kabupaten Tana Toraja. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah pajanan asap rokok, asap kayu bakar, dan asap obat bakar nyamuk, keberadaan hewan peliharaan, tikus, kecoa, karpet lantai, polen, dan jamur, serta riwayat asma keluarga. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian case control. Sebanyak 148 masyarakat Tana Toraja terpilih dan bersedia mengikuti penelitian. Data penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan wawancara via telepon. Data kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan software IBM SPSS Statistics 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan asap kayu bakar (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) dan riwayat asma keluarga (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) merupakan faktor risiko penyakit asma dan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asma. Sedangkan pajanan asap rokok (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), obat bakar nyamuk (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) keberadaan anjing (OR = 1,03; 95% CI = 0,39-2,73), kucing (OR = 0,69; 95% CI = 0,35-1,40), burung (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), tikus (OR = 1,19; 95% CI = 0,60-2,39), kecoa (OR = 0,86; 95% CI = 0,41-1,79), karpet lantai (OR = 0,88; 95% CI = 0,44-1,75), polen (OR = 1,87; 95% CI = 0,91-3,87), dan jamur (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian asma secara statistik. Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa riwayat asma keluarga merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian asma di Tana Toraja (p = 0,000) ......Asthma is a chronic respiratory disease that can affect all age groups. The prevalence of asthma continues to increase from year to year. In 2019, there were 262 million people worldwide suffering from asthma and as many as 461,000 deaths from asthma. At the national level, the prevalence of asthma reached 2.4% in 2018. Tana Toraja is one of the 10 districts/cities in Indonesia with the highest prevalence of asthma nationally (9,5%). This study aims to determine the relationship between risk factors in the home environment and the incidence of asthma in Tana Toraja Regency. The independent variables examined in this study were exposed to cigarette smoke, firewood smoke, and mosquito coils, the presence of pets, rats, cockroaches, floor carpets, pollen, and mold, and a family history of asthma. This research was conducted using a case-control tool research design. A total of 148 people from Tana Toraja were selected and agreed to participate in the research. The research data was obtained by filling out online questionnaires and telephone interviews. Data were then analyzed univariately, bivariate, and multivariate IBM SPSS Statistics 22 software. The results showed that exposure to firewood smoke (OR = 2,39; 95% CI = 1,13-5,04) and a family history of asthma (OR = 6,04; 95% CI = 2,26-16,11) is a risk factor for asthma and a significant relationship with the incidence of asthma. While exposure to cigarette smoke (OR = 1,57; 95% CI = 0,79-3,14), mosquito coils (OR = 0,56; 95% CI = 0,17-1,80) the presence of dogs (OR = 1,03; 95%CI = 0,39-2,73), cats (OR = 0,69; 95%CI = 0,35-1,40), birds (OR = 0,94; 95%CI = 0,31-2,88), mice (OR = 1,19; 95%CI = 0,60-2,39), cockroaches (OR = 0,86; 95%CI = 0,41-1,79 ), floor carpet (OR = 0,88; 95%CI = 0,44-1,75), pollen (OR = 1,87; 95%CI = 0,91-3,87), and mold (OR = 0,61; 95% CI = 0,27-1,39) did not have a statistically significant relationship with the incidence of asthma. Based on the results of a multivariate analysis it is known that a family history of asthma is the most important risk factor for the incidence of asthma in Tana Toraja (p = 0,000)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library