Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhotimah
Abstrak :
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Layanan rehabilitasi merupakan bagian dari layanan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup seseorang dengan mengatasi permasalahan akibat penggunaannya narkobanya. Terbatasnya kualitas dan kuantitas lembaga rehabilitasi dalam memberikan layanan menimbulkan dampak terhadap penerima layanan rehabilitasi. Penelitian ini bertujuan untuk didapatkannya strategi peningkatan dan penjaminan mutu layanan rehabilitasi sebagai arah dan kebijakan ke depan dalam meningkatkan kualitas layanan rehabilitasi. Metode yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan melibatkan penentu kebijakan dan sasaran kebijakan dan melakukan CDMG (Consensus Decision Meeting Group). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari analisis faktor lingkungan eksternal kebijakan dan standar rehabilitasi menjadi sebuah peluang, sementara anggaran, koordinasi dan sinergitas K/L serta peran serta masyarakat menjadi sebuah ancaman. Analisis faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan adalah visi dan misi, organisasi, kepuasan penerima layanan dan prevalensi sementara yang menjadi kelemahan adalah aksesibilitas, SDM, sarana dan prasarana, sistem informasi dan penelitian serta pengembangan. Saat ini posisi Deputi Bidang Rehabilitasi berada pada posisi tumbuh dan membangun serta berada di quadran ke depan. Berdasarkan hasil analisis faktor lingkungan tersebut strategi yang dibutuhkan dalam peningkatan dan penjaminan mutu layanan rehabilitasi adalah mengoptimalkan sebuah kekuatan dan peluang dan mengurangi atau menekan kelemahan dan ancaman melalui strategi penerapan standar rehabilitasi, peningkatan kepuasan penerima layanan dan pengembangan rehabilitasi di lingkungan Deputi Bidang Rehabilitasi. ......Quality health service is one of the basic needs that everyone needs. Rehabilitation services are part of health services with the aim of improving the health and quality of life of a person by overcoming problems due to the use of drugs. The limited quality and quantity of rehabilitation institutions in providing services has an impact on the recipients of rehabilitation services. This study aims to find a strategy to improve and guarantee the quality of rehabilitation services as a future direction and policy in improving the quality of rehabilitation services. The method used is qualitative research by involving policy makers and policy targets and conducting a CDMG (Consensus Decision Meeting Group). Based on the research results, it was obtained from the analysis of external environmental factors, the policies and rehabilitation standards were an opportunity, while the budget, coordination and synergy of Ministries / Agencies and community participation became a threat. Analysis of internal environmental factors that become strengths are vision and mission, organization, service recipient satisfaction and prevalence while weaknesses are accessibility, human resources, facilities and infrastructure, information systems and research and development. Currently the position of Deputy for Rehabilitation is in a position to grow and develop and is in the future. Based on the results of the analysis of environmental factors, the strategy needed to improve and guarantee the quality of rehabilitation services is to optimize a strength and opportunity and reduce or suppress weaknesses and threats through the strategy of implementing rehabilitation standards, increasing service recipient satisfaction and developing rehabilitation within the Deputy for Rehabilitation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Praja Kusuma
Abstrak :
Kerusakan ekosistem terumbu karang dan perubahan kualitas perairan di Pulau Pramuka dapat memicu peningkatan kelimpahan dinoflagellata. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kelimpahan dinoflagellata bentik penyebab Ciguatera Fish Poisoning (CFP), serta menganalisis hubungan faktor lingkungan yang mencirikan setiap stasiun dengan kelimpahan dinoflagellata bentik yang ditemukan. Penelitian dilakukan pada 21-22 September 2023 di tiga stasiun, yaitu Dermaga Odi, Dermaga Mazu, dan Dermaga Villa Delima, yang ketiganya memiliki perbedaan dominansi substrat alami. Penelitian ini menerapkan penggunaan substrat buatan sebagai media pengambilan sampelnya. Substrat buatan diletakkan berdekatan dengan substrat alami selama 24 jam, kemudian diangkat dan disaring. Identifikasi dan pencacahan sampel dilakukan dengan mikroskop cahaya dan Sedgewick Rafter Counting Chamber lalu dihitung kelimpahan selnya. Data faktor lingkungan dianalisis dengan Analisis Komponen Utama (AKU) untuk menemukan faktor lingkungan yang mencirikan setiap stasiun. Hasil penelitian menunjukkan ditemukannya Coolia, Ostreopsis, dan Prorocentrum. Perbedaan substrat alami dan faktor lingkungan menentukan keberadaan dinoflagellata bentik tersebut. Dermaga Mazu memiliki kelimpahan dinoflagellata tertinggi (98 sel/cm²), sementara Prorocentrum menjadi genus dengan kelimpahan tertinggi (129 sel/cm²). Hasil AKU menunjukkan Dermaga Odi dicirikan oleh suhu, Dermaga Mazu oleh salinitas dan fosfat, serta Dermaga Villa Delima oleh DO. Kelimpahan Prorocentrum dan Ostreopsis meningkat seiring dengan kenaikan suhu, DO, salinitas, dan fosfat, sementara kelimpahan Coolia meningkat dengan kenaikan suhu, salinitas, dan fosfat namun kelimpahannya menurun seiring terjadinya peningkatan DO. ......Ecosystem damage to the coral reefs and water quality changes in Pramuka Island can potentially trigger an increase in dinoflagellate abundance. This research aimed to identify and analyze the abundance of benthic dinoflagellates causing Ciguatera Fish Poisoning (CFP) and analyze the relationship between environmental factors and dinoflagellate abundance. The research was conducted on September 21-22, 2023, at three stations: Odi Pier, Mazu Pier, and Villa Delima Pier, each with different dominant natural substrates. Artificial substrates were used for the sampling method, and the artificial substrate were placed near natural substrates for 24 hours, then retrieved and filtered. Samples were identified and counted using a light microscope and Sedgewick Rafter Counting Chamber, and the cell abundance was calculated. Environmental data were analyzed using Principal Component Analysis (PCA) to identify factors that characterizing each station. The genera that found in this research were Coolia, Ostreopsis, and Prorocentrum. Differences in natural substrates and environmental factors determined the presence of these benthic dinoflagellates. Mazu Pier had the highest dinoflagellate abundance (98 cells/cm²), with Prorocentrum being the most abundant genus (129 cells/cm²). PCA results showed that Odi Pier was characterized by temperature, Mazu Pier by salinity and phosphate, and Villa Delima Pier by dissolved oxygen (DO). Prorocentrum and Ostreopsis abundance increased with higher temperature, DO, salinity, and phosphate levels, while Coolia abundance increased with higher temperature, salinity, and phosphate but decreased with higher DO levels.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Handayani
Abstrak :
ABSTRAK
Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Bengkulu tahun 2015 menyebabkan adanya pencemaran udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini juga mengakibatkan meningkatnya kejadian ISPA pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kondisi rumah, kepadatan hunian dan pajanan asap terhadap kejadian ISPA pada balita di Kota Bengkulu saat kebakaran hutan tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah case control. Kasus merupakan balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan dan didiagnosa menderita ISPA dan kontrol adalah dua balita tetangga kasus yang ditemui pertama kali. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis atap (OR: 2,79; 95% CI: 1,36-5,69), ventilasi (OR: 2,60; 95% CI: 1,39-4,84), kepadatan hunian (OR: 2,14; 95% CI: 1,07-4,28), dan asap bahan bakar memasak (OR: 4,14; 95% CI: 1,56-10,9) memiliki hubungan yang kuat terhadap ISPA. Jadi, ada hubungan antara kondisi rumah, kepadatan hunian dan pajanan asap terhadap kejadian ISPA pada Balita setelah dikontrol oleh variabel kovariat
ABSTRACT
Forest fire which was happened in Province Bengkulu in 2015 can cause indoor or outdoor air pollution. It can increase Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years old. The aims of this study was to find out the relationship of house conditions, overcrowded conditions and smoke for ARI in under five years old in Bengkulu city when forest fire in 2015. The research was done with case control design. Cases are children under five who visited primary health care and were diagnosed ARI. Controls are two children under five who were cases? neighbors who met first. It found that a significant association between improper roof (OR: 2,79; 95% CI: 1,36-5,69), inadequate ventilation (OR: 2,60; 95% CI: 1,39-4,84), living in overcrowded conditions (OR: 2,14; 95% CI: 1,07-4,28), and indoor air pollution from of combustion from fuel used for cooking (OR: 4,14; 95% CI: 1,56-10,9). In conclusion, there are relation of house conditions, overcrowded conditions and smoke for ARI in children under five years old in Bengkulu City when forest fire in 2015 after controlled by covariate variables.
[;;, ]: 2016
T45835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Istiyanie
Abstrak :
Mikroalga jenis Chlorella vulgaris mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan emisi CO2 dari PLTU Batubara dan dalam pengolahan limbah cair domestik. Gas CO2 digunakan oleh mikroalga untuk melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Kolam yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroalga adalah HROP (High Rate Oxidation Pond). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga antara lain: intensitas cahaya matahari, temperatur, pH, zat hara anorganik (N, P, dan C). Model eksperimen dibuat dalam skala pilot berupa bak yang terbuat dari kayu dengan ukuran 1,2x0,6x0,6 m, dilengkapi dengan paddle wheel yang berputar dengan kecepatan 20 cm/detik. Kolam dioperasikan secara kontinu dengan debit 54 ml/menit dan masa pengamatan selama 17 (tujuh belas) hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja sistem yang menggunakan kemampuan mikroalga jenis Chlorella vulgaris dalam memanfaatkan emisi CO2 dari PLTU Batubara dan mereduksi cemaran limbah cair domestik. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa intensitas cahaya matahari, temperatur, pH, oksigen terlarut, laju alir emisi CO2, dan konsentrasi NH3 masing-masing memberikan pengaruh sebesar 13,03%; 57,76%; 35,76%; 9,06%; 33,52%; dan 25,50% terhadap pertumbuhan mikroalga. Pertumbuhan mikroalga terbaik dicapai oleh Bak dengan laju alir emisi CO2 sebesar 1 liter/menit dengan kerapatan sel sebesar 1.120.000 sel/ml. Efisiensi penurunan NH3 dan BOD terbaik dicapai oleh Bak dengan laju alir emisi CO2 sebesar 1 liter/menit, yaitu dengan efisiensi sebesar 82,08% dan 47,24%. Kolam di mana tumbuh mikroalga paling tinggi berdampak positif terhadap penurunan NH3 dan penurunan BOD. Penerapan hasil penelitian pada skala lapangan menghasilkan dimensi kolam HROP sebesar 467x6x0,4 m. Produktivitas mikroalga yang dihasilkan selama setahun dari ukuran kolam HROP tersebut adalah sebesar 110,66 ton/Ha/tahun. Gas CO2 yang berasal dari PLTU Batubara dapat memberikan suplai sebesar 136.500 ton/tahun/unit. ......Microalgae Chlorella vulgaris has the ability to utilize CO2 emission from coal POWER PLANT and domestic wastewater treatment. CO2 gas is used by microalgae to perform photosynthesis with the help of sunlight. The pond used is HROP (High Rate Oxidation Pond) as microalgae growth medium. Environmental factors that affect the growth of microalgae are as follows: sunlight intensity, temperature, pH and inorganic nutrients (N, P and C). Experimental model was made on a pilot scale in the form of wooden pond with a size of 1.2x0.6x0.6 m, equipped with a paddle wheel that rotates with a speed of 20 cm/s. The pond is operated continuously with 54 ml/min water discharge and 17 days of observation. The purpose of the research is to observe the performance of the system that uses microalgae Chlorella vulgaris' ability in utilizing CO2 emission from coal Power Plant and reducing wastewater contamination. The results of this research showed that the intensity of sunlight, temperature, pH, dissolved oxygen, flow rate of CO2 emissions, and concentrations of NH3 respectively gives the effect by 13.03%, 57.76%, 35.76%, 9.06%, 33.52% and 25.50% on the growth of microalgae. The best of microalgae growth was achieved in pond with a flow rate of CO2 emissions by 1 liter/minute with the cell density of 1.12 million cells / ml. The best reduction efficiency of NH3 and BOD was achieved in pond with a flow rate of CO2 emissions by 1 liter / minute, with efficiency by 82.08% and 47.24%. The pond with the highest microalgae growth gives the positive impact to the reduction of NH3 and BOD. The implementation of research results on the field scale develops the HROP dimension by 467 x 6 x 0,4 m. Productivity of microalgae produced for a year of HROP dimension is 110.66 tonnes / ha / year. CO2 gas d.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30188
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetio Wicaksono
Abstrak :
Avian influenza (Flu Burung) merupakan salah satu penyakit prioritas kesehatan internasional karena berpotensi untuk menyebabkan pandemi influenza pada manusia. Indonesia memiliki jumlah kasus flu burung terbanyak, terutama di provinsi DKI Jakarta dengan 44 kasus dengan 37 korban meninggal. Namun pengaruh faktor lingkungan yang terkait dengan flu burung pada manusia masih kurang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan, asosiasi, dominasi serta upaya pencegahan terkait faktor lingkungan dengan penyebaran dan infeksi virus influenza Af(H5N1) pada manusia. Penelitian menggunakan analisis spasial GIS dan analisis statistk. Berdasarkan hasil identifikasi dan uji statistik faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran dan infeksi virus influenza Af(H5N1); faktor lingkungan alami (suhu, kelembaban, curah hujan) dan faktor lingkungan buatan Garak terhadap badan air, jalan/rute transportasi, pasar) terasosiasi namun tidak bertaraf signifikan dengan suhu sebagai faktor yang paling dominan. Upaya pencegahan terhadap kejadian flu burung pada manusia terkait faktor lingkungan disarankan pada peningkatan kewaspadaan dan surveilans terhadap kondisi lingkungan (alami, buatan dan sosial) yang beresiko tinggi.
Avian influenza (bird flu) has become a disease of international health priority because of its potential to cause an influenza pandemic. Indonesia has the highest number of human cases, especially within the DKJ Jakarta province with 44 cases and 37 deaths. Environmental factors influence associated with bird flu in humans is still unclear. This study aims to identify the existence, association, domination and prevention efforts related to environmental factors and the spread of influenza virus A/(H5N1) in humans. Spatial GIS and statistical analysis were used in the reseal'ch Based on identification and statistical tests of environmental factors that can affect the spread and infection of influenza A/(H5N1); natural environmental factors (temperature, humidity, rainfall) and artificial environmental/actors (distance 10 water bodies, roads and transportation routes, market) were associated but not statistically significant, with temperature as the most dominant factor. Efforts to prevent the occurrence of bird flu in humans related to environmental facrors is suggested increased vigilance and surveillance of environmental conditions (natural and artificial) that are of high risk.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T33671
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rohadatul Aisy Afla
Abstrak :
Kualitas udara pada ruang rawat inap merupakan poin penting yang perlu diperhatikan untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan yang dapat tersebar melalui udara. Indikator bioaerosol dalam ruangan yang dipakai adalah bakteri dan jamur. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel bakteri dan jamur pada Gedung A RSCM adalah EMS dan media kultur TSA serta MEA. Sampel bakteri diinkubasi pada suhu ±37oC selama ±24 jam, sedangkan jamur diinkubasi pada suhu ±27oC selama ±48 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP dan menganalisis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberadaan bioaerosol dalam ruangan. Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil uji perbedaan konsentrasi bakteri pada ruang rawat inap yang diperoleh adalah 0,02 dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, sedangkan untuk jamur sebesar 0,002. Sehingga ada perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP. Suhu dan kelembaban diketahui sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan kualitas bioaerosol dalam ruang rawat inap. Hasil uji korelasi Spearman untuk suhu dan bakteri adalah 0,085; 0,567; 0,000, sedangkan untuk suhu dan jamur adalah 0,058; 0,168; 0,05. Uji korelasi Spearman untuk kelembaban dan bakteri 0,095; 0,688; 0,320, sedangkan untuk kelembaban dan jamur adalah 0,399; 0,008; 0,920. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada beberapa ruangan rawat inap tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi bakteri dan jamur. ......Air quality in the patient room is an notable point that need to be considered to avoid risk and some health problems that can be spread through the air. Bioaerosol indicator for indoor air pollutants are bacteria and fungi. Air samples were taken by EMS with TSA and MEA culture media. This research was taken in Gedung A RSCM. Bacteria sampel would be incubated at 37oC for 24 hours, while fungi would be incubated at ±27oC for ±48 hours. This research wanted to know the difference between bacteria and fungi concentration at kelas 1, VIP, and VVIP inpatient rooms. The results showed that there is a difference of bacteria and jamur concentration between the class of inpatient rooms, because the level significant of Kruskal-Wallis (α = 0,05) for bacteria concentration is 0,02 and 0,002 for fungi concentration. Temperature and humidity mainly did not have any specific relation with bioaerosol quality in inpatient rooms. The results for Spearman’s corelation for humidity and bacteria are 0,085; 0,567; 0,000. Meanwhile, for temperature and bacteria area 0,095; 0,688; 0,320 and for humidity and fungi are 0,399; 0,008; 0,920. From those data known that some of the inpatient rooms were not had relation between environment factors with bacteria and fungi concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvira Delviani
Abstrak :
ISPA merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Pada saluran pernapasan atas atau saluran pernapasan bawah. Bakteri dan virus penyebab ISPA umumnya ditularkan melalui udara yang tercemar. Pada tahun 2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi mencapai 34.573 orang. Pada tahun 2015-2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi menduduki peringkat pertama penyakit menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spasial antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi Tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah studi ekologi dengan analisis spasial dan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2017, namun terdapat beberapa Kelurahan yang memiliki faktor lingkungan tinggi dan kasus ISPA rendah atau sebaliknya. Hubungan antara faktor lingkungan dengan kasus ISPA di Kota Bekasi tidak linier, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan peringatan dini/prediksi kasus ISPA di Kota Bekasi secara spasial. Dinas Kesehatan perlu menjalin kerjasama lintas sektor dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Perumahan, Permukiman dan Pertanahan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Perhubungan untuk menekan angka kasus ISPA di Kota Bekasi.
ARI is an infectious disease caused by bacteria and viruses. In the upper respiratory tract or lower respiratory tract. Bacteria and viruses that cause ARI are generally transmitted through polluted air. In 2017, ARI disease in Bekasi City reached 34,573 people. In 2015-2017, ARI in Bekasi City was ranked first in infectious diseases. This study aims to determine the spatial relationship between environmental factors and the incidence of ARI in Bekasi City in 2017. The research design used was an ecological study with spatial analysis and used secondary data. The results of this study indicate that there is a relationship between environmental factors and the incidence of ARI in Bekasi City in 2017, but there are several Kelurahans that have high environmental factors and low ARI cases or vice versa. The relationship between environmental factors and ARI cases in Bekasi City is not linear, so it cannot be used as a benchmark in determining early warning/prediction of ARI cases in Bekasi City spatially. The Health Service needs to establish cross-sectoral collaboration with the Environment Service, Population and Civil Registration Service, Housing, Settlement and Land Affairs, Trade and Industry Service and Transportation Service to reduce the number of ARI cases in Bekasi City.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Caesar Pratomo
Abstrak :
Dinoflagellata bentik yang ditemukan menempel pada makroalga dapat menghasilkan ciguatoksin penyebab penyakit Ciguatera Fish Poisoning (CFP). Penelitian tentang Dinoflagellata bentik penyebab CFP pada makroalga dan kaitannya dengan faktor lingkungan telah dilakukan di Gili Matra, Lombok Utara pada tanggal 24–27 Mei 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Dinoflagellata bentik pada substrat makroalga di perairan Gili Matra berdasarkan kelimpahan sel dan faktor lingkungan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan makroalga Padina di ketiga gili, kemudian dimasukkan ke botol plastik dan dikocok kuat selama 1 menit. Sampel air dipisahkan dari makroalga, makroalga ditimbang berat basahnya, disaring dengan saringan bertingkat, kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya. Dinoflagellata bentik yang ditemukan berpotensi toksik adalah Prorocentrum dan Ostreopsis. Faktor lingkungan dianalisis dengan Analisis Komponen Utama (AKU). Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan Prorocentrum yang paling tinggi ditemukan di Gili Meno, yaitu dengan total 84,89 sel/gr berat basah makroalga dan Ostreopsis yang hanya ditemukan di Gili Meno dengan 37 sel/gr berat basah makroalga. Berdasarkan AKU, Stasiun Gili Meno dicirikan oleh nitrat, fosfat, salinitas, dan intensitas cahaya yang lebih tinggi dari stasiun lainnya. Faktor-faktor lingkungan ini mempengaruhi kelimpahan sel Prorocentrum dan Ostreopsis yang lebih tinggi di stasiun tersebut. ......Benthic dinoflagellates found attached to macroalgae can produce ciguatoxin that causes Ciguatera Fish Poisoning (CFP) disease. Research on benthic dinoflagellates causing CFP on macroalgae and their relation to environmental factors was carried out in Gili Matra, North Lombok on 24–27 May 2022. This study aimed to analyze benthic dinoflagellates on macroalgae substrates in Gili Matra waters based on cell abundance and environmental factors. The research was conducted by collecting Padina macroalgae in the three islands, then putting them in a plastic bottle and shaking vigorously for 1 minute. The water sample was separated from the macroalgae, the wet weight of the macroalgae was measured, filtered through a multiseries sieve, and then observed under a light microscope. The potentially toxic benthic dinoflagellates found were Prorocentrum and Ostreopsis. Environmental factors were analyzed by Principal Component Analysis (PCA). The results showed that the highest abundance of Prorocentrum was found in Gili Meno, with a total of 84.89 cells/gr wet weight macroalgae, and Ostreopsis, which was only found in Gili Meno with 37 cells/gr wet weight macroalgae. Based on PCA analysis, Gili Meno Station is characterized by higher nitrate, phosphate, salinity, and light intensity than other stations. These environmental factors influenced the higher abundance of Prorocentrum and Ostreopsis cells in the station.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Hidayani
Abstrak :
Runway excursion merupakan kecelakaan dalam penerbangan di landasan pacu dengan pesawat udara meninggalkan ujung atau sisi dari landasan pacu saat lepas landas ataupun mendarat. Pada Runway sendiri terdapat Runway Strip yang bertujuan untuk mengurangi risiko kerusakan pesawat terbang yang keluar dari landasan pacu dan melindungi pesawat udara yang terbang di atasnya selama pendaratan, pendaratan darurat atau lepas landas dengan menyediakan area yang bebas dari rintangan, kecuali untuk alat bantu navigasi udara yang diizinkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan di runway strip bandar udara beserta jumlah kejadiannya dan mengidentifikasi besarnya probabilitas kecelakaan di runway strip akibat faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan analisis dan tabulasi data kejadian runway excursion di Indonesia dari laporan investigasi KNKT dan DBU Kemenhub. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif dan analisis probabilitas menggunakan Probability Density Function (PDF). Setelah dilakukan analisis, diketahui bahwa aspek-aspek dari faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di runway strip bandar udara di Indonesia adalah rain, thunderstorm, wind condition, dan keberadaan awan comulunimbus. Dari hasil analisis probabilitas menunjukkan probabilitas tertinggi kejadian kecelakaan di runway strip bandar udara di Indonesia akibat faktor lingkungan yaitu terjadi di waktu peristiwa Day-Light yaitu pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. ...... A runway excursion is an in-flight accident in which the aircraft leaves the end or side of the runway during takeoff or landing. On the runway, there is a runway strip which aims to reduce the risk of damage to aircraft that leave the runway and protect aircraft flying on it during landing, emergency landing or takeoff by providing an area free from obstacles, except for air navigation aids that allowed. This research aims to identify environmental factors that can influence the occurrence of accidents on the airport runway strip along with the number of occurrences and identify the probability of accidents on the runway strip due to environmental factors. This research was conducted by analyzing and tabulating runway excursion data in Indonesia from the KNKT and DBU investigation reports of the Ministry of Transportation. The method used in this research is quantitative analysis and probability analysis using the Probability Density Function (PDF). After doing the analysis, it is known that aspects of environmental factors that can cause accidents on the runway strip of airports in Indonesia are rain, thunderstorm, wind condition, and the presence of comulonimbus clouds. From the results of the probability analysis, it is shown that the highest probability of accidents on the runway strip of airports in Indonesia due to environmental factors occurs during Day-Light events, namely 06.00 to 18.00.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badrun Susantyo
Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2017
362 SOINF 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>