Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Pratomo
"Disertasi ini bertujuan meneliti dampak spillover sejumlah common shocks dalam konteks krisis global subprima terhadap pertumbuhan PDB ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina). Untuk tujuan itu, penulis mengembangkan model Global VAR atas dasar estimasi bayesian VARX dengan Minnesota priors. Penulis juga melakukan uji kausalitas Granger dengan prosedur Toda-Yamamoto untuk meneliti arah kausalitas variabel perdagangan vis-a-vis variabel keuangan dalam sistem yang terkointegrasi. Hasil generalized impulse response functions dari model GVAR menunjukkan dukungan adanya spillover. Shock penurunan pertumbuhan PDB AS menyebabkan penurunan pertumbuhan PDB negara-negara ASEAN-5 dengan besaran berbeda-beda. Peranan China meningkat dalam spillover ke negara-negara ASEAN-5. Atas dasar generalized forecast error variance decomposition, variasi dampak spillover di antara negara-negara ASEAN-5 itu sebagian terkait dengan perbedaan kontribusi faktor domestik. Terakhir, hasil uji kausalitas mengindikasikan dominansi variabel perdagangan terhadap variabel keuangan di sejumlah negara ASEAN-5.

This dissertation studies the spillover effects of commons shocks in the context of the subprime global crisis on the economic growth of the ASEAN-5 countries (Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, and Philippines). For this purpose, this dissertation develops Global Vector Autoregressive (GVAR) model which is based on the bayesian VARX estimation under the Minnesota priors. This dissertation in addition employs the Granger causality test under the Toda-Yamamoto procedure to investigate the dominance of trade variables vis-a-vis financial variables under a cointegrated system. The generalized impulse response functions (GIRF) of the GVAR shows a strong evidence of spillover. A negative shock on the US GDP growth results in lower GDP growths of all ASEAN-5 countries but with varying degrees. China contributes more significantly to spillover to ASEAN-5 economies. Based on the generalized forecast error variance decomposition, the varying degrees of spillover impacts may partly be explained by the different contribution of domestic factors in respective ASEAN-5 countries. Meanwhile, the Granger-causality test indicates that trade variables dominate financial variabels in few ASEAN-5 countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Samuel Anugerah
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh kondisi makroekonomi Indonesia terhadap masuknya arus modal ke pasar saham dan obligasi dengan menggunakan metode adalah VECM (Vector Error Correction Model). Hasil penelitian ini diketahui bahwa pengaruh kondisi makroekonomi Indonesia terhadap arus investasi portfolio asing di Indonesia hanya berpengaruh pada jangka panjang sedangkan pengaruh yang dihasilkan pada jangka pendek tidak signifikan. Hal ini dapat dikarenakan oleh skala pasar Indonesia yang masih kecil sehingga pengaruh perekonomian global masih berperan lebih besar pada arus investasi ke Indonesia daripada pengaruh kondisi perekonomian Indonesia.

This thesis focused on the Influence of Indonesia?s Macroeconomic condition to capital inflow in stock and debt market by using VECM (Vector Error Correction Model) method. The result of this research is the influence of Indonesia?s macroeconomic condition that only impact in long-term period whereas there is no significant influence in the short-term period. It happens due to the small Indonesia?s market scale; therefore, global economic give bigger influence to capital inflow in Indonesia than Indonesia economic condition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Rosdiana
"ABSTRAK
Persengketaan Laut Cina Selatan yang terjadi sejak tahun 1990-an, kembali meningkat setelah pengajuan klaim teritorial sepihak Cina yang disebut nine-dash line pada 7 Mei 2009. Klaim tersebut berimplikasi pada berkurangnya wilayah Zona Ekonomi Eksklusif ZEE negara-negara yang berdekatan secara geografis dengan Laut Cina Selatan, salah satunya Indonesia. Tidak hanya kehilangan 30 wilayah ZEE di Natuna, klaim teritorial Cina juga berimbas pada semakin agresifnya aktifitas penangkapan ikan ilegal nelayan Cina yang selalu dikawal oleh kapal penjaga pantainya di perairan Natuna. Dalam Buku Putih Pertahanan Repubik Indonesia, tindakan yang dilakukan Cina melalui klaim nine-dash line dan penangkapan ikan ilegal oleh nelayannya yang selalu dikawal kapal penjaga pantai, merupakan ancaman nyata bagi keamanan Indonesia yang membahayakan keutuhan dan kedaulatan Indonesia. Namun, respon Indonesia cenderung mengecilkan hal tersebut sebagai ancaman nyata untuk keamanannya, yang mana perilaku ini dinamakan underbalancing oleh Schweller. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha untuk menganalisa dan menjelaskan penyebab respon Indonesia yang cenderung mengecilkan klaim teritorial Cina sebagai ancaman berbahaya. Tulisan ini berargumen bahwa perbedaan persepsi di kalangan elit Kemlu dan Kemhan terkait klaim teritorial Cina, lalu adanya kekhawatiran pemerintah terhadap kepentingan nasional dan kepentingan elit Indonesia terhadap Cina serta adanya fragmentasi yang terbentuk di masyarakat, menjadi faktor-faktor yang melatarbelakangi Indonesia merespon ancaman teritorial Cina dengan cara underbalancing.

ABSTRACT
South China Sea dispute which begun since 1990 increasing its tense after China offer territorial claim called nine dash line on 7th May 2009. Those claim implied to the decrease of Economy Exclusive Zone of states which located geographically in South China Sea, including Indonesia. Not only losing its 30 area of EEZ in Natuna, China territorial claim also impacted the aggressiveness of illegal fishing by Chinese fishermen which always guarded by Chinese coast guard. In the Indonesian Defense White Paper, China action through nine dash line and illegal fishing by its fishermen who is always guarded by their coast guard obviously a clear threat for Indonesia sovereignty. Nevertheless, Indonesian response tend to ignore the fact as a clear threat for its security which by Schweller called underbalancing. This writing analyzes and explain the cause of Indonesia rsquo s response which tend to not take the China rsquo s claim seriously as a threat. This writing argues that Indonesian Foreign Minister rsquo s elite and Defense Minister rsquo elite has different perception toward the issue. Also, the writing analyzes many factors such as dimension of government concern on national interest, Indonesian elite interest of China, fragmentation on society, all become the factors which draw Indonesia reaction toward China territorial claim through underbalancing."
2018
T51307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah
"Kebijakan luar negeri pada dasarnya merupakan interaksi antara sistem internasional dengan faktor domestik. Berbeda dari teori kebijakan luar negeri konvensional lainnya, seperti neorealisme dan liberalisme, neorealisme klasik neoclassical realism menawarkan pendekatan integratif yang melihat bahwa sistem internasional tidak langsung menghasilkan kebijakan luar negeri melainkan difilter oleh faktor domestik. Sebagai negara dengan letak geopolitik yang strategis, Ukraina melihat Rusia dan Uni Eropa dapat memberikan ancaman atau peluang dalam waktu bersamaan. Berbeda dari presiden sebelumnya yang cenderung mendekatkan diri dengan Rusia, Viktor Yushchenko justru menjalankan kebijakan luar negeri yang pro-Barat, yaitu terintegrasi dengan Uni Eropa dan NATO. Tulisan ini lebih lanjut berargumen bahwa terdapat tiga 3 faktor domestik yang membentuk kebijakan pro-Barat Ukraina tersebut, yaitu: 1 persepsi Yushchenko sebagai elite liberal dan reformis, 2 kebangkitan masyarakat pada Revolusi Oranye dan peran LSM negara Barat, dan 3 dukungan oligarki serta elite politik pro-Barat terhadap Yushchenko. Penemuan dari tulisan ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri perlu mengindahkan analisis pada tingkat domestik.

Foreign policy is the result of interaction between international system and domestic factors. Unlike other conventional foreign policy theories, such as neorealism and liberalism, neoclassical realism offers an integrative approach in which international system does not directly produce foreign policy but is filtered through domestic factors. As a country with strategic geopolitical position, Ukraine sees both Russia and European Union as actors who can provide threats or opportunities at the same time. When the previous presidents tended to get closer to Russia, Yushchenko decided to pursue a Western foreign policy which aim to integrate Ukraine in European Union and NATO. This paper further argues that there are three 3 domestic factors that contribute to Ukraine rsquo s Western foreign policy 1 Yushchenko 39 s perception as a liberal and reformist elite, 2 the rise of civil society in Orange Revolution and the role of Western NGOs, and 3 the support of pro Western oligarchs and political elite during Yushchenko. The finding of this paper indicates that foreign policy needs to incriminate the analysis of domestic level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library