Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Anisa Marseli Priono
Abstrak :
Berkenaan dengan kebijakan Tony Blair terhadap para pencari suaka, perdebatan mengenai multikulturalisme di Inggris telah menjadi topik yang populer, termasuk dalam novel fiksi remaja Inggris kontemporer Refugee Boy (2001). Novel ini bercerita tentang seorang anak pencari suaka tanpa pendamping di London yang berbagi identitas sebagai seorang Ethiopia-Eritrea. Novel tersebut memberikan suara kepada kaum minoritas dan mendukung multikulturalisme sebagai praktik di Inggris. Studi ini mengkaji bagaimana novel menggambarkan multikulturalisme di Inggris melalui tokoh-tokohnya. Dengan menggunakan wacana multikulturalisme yang ditetapkan pemerintah dan realitas bagaimana keberagaman diperlakukan dalam masyarakat, artikel ini mencoba menjawab bagaimana Refugee Boy (2001) memperumit wacana multikulturalisme. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan gambaran novel tentang sistem imigrasi, sistem kesejahteraan, dan hubungannya dengan media, serta 'multikulturalisme yang ada' di Inggris. Selain itu, tulisan ini juga membahas kritik novel tersebut terhadap kebijakan pemerintah Inggris terkait dengan para pencari suaka dan pengungsi di era Pemerintahan Partai Buruh Tony Blair.
......Concerning Tony Blair’s policies toward asylum seekers, the debate over multiculturalism in Britain has become a popular subject, including in the contemporary British teen fiction novel Refugee Boy (2001). This novel tells the story of an unaccompanied asylum-seeking child in London who shares his Ethiopian-Eritrean identity. The novel gives minorities a voice and supports multiculturalism as a practice in Britain. This study examines how the novel depicts multiculturalism in Britain through the characters. Using the discourse of multiculturalism set by the government and the reality of how diversity is treated in the society, this article attempts to answer how the Refugee Boy (2001) complicates the discourse of multiculturalism. This paper aims to show the novel’s depiction of immigration system, the welfare system, and its relation to the media, and the ‘existing multiculturalism’ in Britain. Furthermore, it also discusses the novel’s criticism towards the British government’s policies regarding asylum seekers and refugees during Tony Blair’s Labour Government era.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library