Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Agustio Zulhadji
Abstrak :
Latar belakang : Berbagai penelitian menunjukkan bahwa setelah pengobatan tuberkulosis (TB) selesai dan dinyatakan sembuh, sebagian besar penyintas TB masih mengalami gejala sisa. Saat ini program penanggulangan TB sudah berjalan dengan baik, tetapi tindakan rehabilitasi pada pasien yang masih mengalami keterbatasan kapasitas fungsional dan faal paru pasca tuberkulosis masih belum menjadi prioritas program nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah terdapat hubungan antara luas lesi pada foto toraks yang sudah menjadi standar pemeriksaan pada pasien dengan pengobatan TB dengan kapasitas fungsional lewat pemeriksaan uji latih jantung paru (ULJP) dan faal paru lewat pemeriksaan spirometri, sehingga bisa menjadi alat skrining pasien yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Metode : Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode potong lintang untuk mengetahui luas lesi foto toraks, uji latih jantung paru dan spirometri pada pasien bekas TB paru sensitif obat di RSUP Persahabatan. Hasil : Didapatkan 45 subjek penelitian yang memenuhi kriteria dan bersedia ikut penelitian. Terdapat korelasi negatif bermakna antara luas lesi foto toraks dengan parameter ULJP yaitu VO2 Max (r = −0,389) dan Minute Ventilation (r = −0,435), dengan nilai p masing-masing 0,008 dan 0,003. Terdapat korelasi negatif bermakna antara luas lesi foto toraks dengan parameter spirometri yaitu VEP1 (r = −0,489) dan KVP (r = −0,578), dengan nilai p masing-masing 0,001 dan <0,001, Variabel perancu yang berpengaruh adalah diabetes mellitus dengan koefisien regresi -9,756 terhadap peak minute ventilation dengan nilai p = 0,023. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara luas lesi foto toraks dengan ULJP dan spirometri. ......Background : Multiple studies show that following the completion of tuberculosis (TB) treatment and successful recovery, the majority of TB survivors still experience residual symptoms. While the TB control program is currently well established, the rehabilitation of individuals with diminished functional capacities post-tuberculosis remains a secondary concern within the national program. This study aims to determine whether there were correlation between chest x-ray lesion area which has become a standard examination in patients undergoing TB treatment, with functional capacity as measured by cardiopulmonary exercise testing (CPET) and lung function assessed through spirometry, so it can be a screening tool for patients who require further examination. Methods : The design of this study was descriptive observational with a cross-sectional method to determine chest x-ray lesion area, cardiopulmonary exercise testing and spirometry in post drug susceptible pulmonary TB patients at Persahabatan Hospital. Results : There were 45 subjects who met the criteria and were agree to take part in the research. There was a significant negative correlation between chest x-ray lesion area and CPET parameters VO2 Max (r = −0.389) and Minute Ventilation (r = −0.435), with p values of 0.008 and 0.003, respectively. There was a significant negative correlation between chest x-ray lesion area and spirometry parameters, FEV1 (r = −0.489) and FVC (r = −0.578), with p values of 0.001 and <0.001, respectively. The significant confounding variable is diabetes mellitus with a regression coefficient -9.756 to peak minute ventilation with p value = 0.023. Conclusions : There were negative correlation of chest x-ray lesion area with CPET and spirometry in post drug susceptible pulmonary TB patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Warliani
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Kebutuhan atas penilaian kapasitas fungsi individu dengan cara yang sederhana tetapi reliabel terus dikembangkan dan mendapat perhatian khusus di kalangan ilmuwan. Hal ini sejalan dengan besarnya kepentingan untuk terus meningkatkan kualitas hidup. Ambilan oksigen maksimal (O2max ) merupakan nilai yang digunakan sebagai penilaian kapasitas fungsi kardiorespirai. Salah satu uji yang dapat digunakan untuk menilai prediksi O2max adalah uji jalan enam menit, namun pada kenyataannya tidak seluruh fasilitas kesehatan memiliki lahan yang cukup untuk melakukan uji ini. Penelitian ini bermaksud menilai apakah uji naik turun bangku metode Queen’s college yang membutuhkan perlengkapan lebih sederhana dapat digunakan sebagai alternatif penilaian prediksi O2max. Metode : Penilitian ini merupakan uji analitik potong lintang, terdiri dari 56 responden berusia antara 18-50 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan, tidak memiliki gangguan keseimbangan, riwayat penyakit jantung, paru dan metabolik yang tidak terkontrol, tidak menggunakan alat bantu jalan, tidak memiliki perbedaan panjang tungkai, dan tidak memiliki obesitas derajat dua. Dilakukan pemeriksaan fisik secara umum. Uji jalan enam menit yang digunakan mengacu pada protokol Nury yang sudah disesuaian dengan antropometri orang Indonesia, disesuaikan dengan nilai prediksi O2max uji naik turun bangku metode Queen’s college. Kedua uji dilakukan pada hari yang berbeda untuk mencegah rasa lelah. Hasil : Dari 56 responden, didapatkan rerata usia 29,05 (7,072) tahun, rerata tinggi badan 161,57 (6,84)cm, panjang tungkai 85,91 (5,2) cm. Prediksi O2max uji jalan enam menit protokol Nury dengan rumus dua reratanya 19,96 (3,61), sedangkan dengan menggunakan rumus tiga didapatkan rerata 20,35 (3,71). Nilai prediksi O2max dengan menggunakan uji naik turun bangku reratanya sebesar 47,29 (7,56). Dimana dalam penelitian ini tidakdidapatkan korelasi dan kesesuaian antara nilai prediksi O2max kedua uji. Kesimpulan : Walau pun kedua uji terbukti aman dan dapat digunakan sebagai penilaian prediksi O2max tetapi dalam penelitian ini tidak didapatkan korelasi dan kesesuaian antara nilai prediksi O2max.
ABSTRACT
Background : The need for the functional capacity assessment of an individual with a simple but it’s reliable have been developed and receive special attension in the scientist. This is in line with the increasing concern to improve the quality of life. Maximum oxygen uptake (O2max ) is a value that used to describe the cardiorespiratory function. One of the easiest test may be used to assess O2max is the sixth minute walking test, but in fact not all of health facilities have enough space to performed this test. This study mean to assess wether the Queen’s college step test that more simple can be used as an alternative to assess the prediction of O2max. Methods : This is an analitic cross sectional study, with 56 respondents age ranged between 18-50 years old meet the inclussion criteria, respondents excluded if had impaired balance, history of heart, lungs and uncontrolled metabolic diseases, using walking aid, and had grade II obesity. We performed general physical examination. Nury’s protocol and O2max prediction formulas used as the sixth minute walking test, and Queen’s college metode as the step test. Level of agreement between O2max prediction from both test measured using Bland altman test. Both of test performed in different day to prevent fatigue. Results : 56 respondents, mean of age 29,05 (7,072) years old, mean of heigth 161,57 (6,84) cm, mean of leg length 85,91 (5,2) cm. The mean of O2max prediction from sixth minute walking test Nury’s protocol were 19,96 (3,61) and 29, 35 (3,7). The mean O2max prediction using Queen’s college step test is 47,29 (7,56). In this study we found there were no significant correlation and agreement between prediction O2max value from both test. Conclusion : Even though both of test proved to be save and can be done to measure the prediction of O2max , but both of prediction value did not meet the significant correlation and level of agreement.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library