Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risda Diana Pratiwi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26467
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Narrotama Husa
"Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di wilayah selatan Pulau Jawa tepatnya di wilayah Pangandaran pada tahun 2006 memberikan luka mendalam bagi warga. Seperti yang diketahui upaya evakuasi penduduk dari bencana tsunami sangat tergantung kepada waktu dan aksesibilitas. Beberapa cara untuk mengurangi dampak terjadinya bencana tsunami adalah adanya peta arah evakuasi, jalur evakuasi, shelter tempat berlindung, dan rambu-rambu penunjuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengtahui lokasi potensial dari shelter evakuasi dan rute evakuasi tercepat dengan memperhatikan topografi, aksesibilitas, dan waktu tempuh. Selanjutnya, dengan menggunakan pemodelan GIS memanfaatkan metode network analysis pada ArcGIS maka dibuat pemodelan jalur evakuasi dan jangkauan dari shelter evakuasi. Selain itu menghitung kapasitas daya tampung shelter, kondisi jalan dan kondisi topografi di wilayah penelitian. Penelitian ini memiliki manfat untuk perencanaan dari lokasi shelter tempat pengungsian untuk bencana tsunami, dan perencanaan jalur evakuasi yang tercepat. Dari hasil penelitian dapat diketahui jalur evakuasi tercepat memiliki kondisi kemiringan lereng yang landai, ruas jalan yang cukup lebar dan memiliki kondisi yang baik. Selain itu lokasi potensial untuk shelter evakuasi tsunami di Pangandaran terdapat di wilayah yang lebih tinggi dan dapat dijangkau oleh pemukiman yang ada.

The 2006 earthquake and tsunami which happened in Pangandaran caused the worst damage in the area. As we know, time and accessibility are very crucial in terms of evacuating people. There are several ways to reduce the impact of tsunami, such as evacuation direction map, evacuation route, evacuation shelter, and guide signs. The purpose of this research is to find out the potential location for the shelter evacuation and and also the fastest evacuation route. Some variables used in this research are topography, accessibility, and travel time. This research also uses the GIS modelling using tools network analysis method in ArcGis to make the modelling for evacuation route and coverage area for evacuation shelter. Furthermore this research also calculate capacity for evacuation shelter, the spatial data, the road condition, and the topography area. The result, showed that the fastest evacuation route is slightly sloped, spacious enough, and approximately in a good condition. The location for tsunami evacuation shelter in Pangandaran is located in higher area and can be reached through the near settlement in the evacuation zone.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Gonzales
"Pembahasan mengenai proses evakuasi tidak pernah usai di Indonesia mengingat karakteristik geografis Indonesia mengharuskannya berhadapan dengan risiko yang konstan dari berbagai bencana alam, seperti erupsi vulkanik, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Oleh karena itu, memastikan evakuasi yang efisien menjadi hal yang penting untuk meminimalkan jumlah korban luka dan kematian. Namun demikian, situasi saat ini menunjukkan bagaimana Indonesia kurang memperhatikan pengelolaan proses evakuasi selama bencana alam terjadi. Beberapa keterlambatan evakuasi, diklaim oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, mengakibatkan peningkatan yang cukup substansial pada jumlah korban jiwa akibat bencana alam pada tahun 2018. Sehubungan dengan isu tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki efisiensi evakuasi saat ini dengan mencoba untuk mengoptimalkan perencanaan rute evakuasi untuk penanggulangan bencana di Indonesia. Masalah rute evakuasi pada penelitian ini mencakup bagaimana penugasan kendaraan evakuasi yang optimal untuk mengevakuasi para pengungsi, yang tersebar di sekitar area bencana, menuju tempat posko bencana yang tersedia. Penelitian ini mengambil kasus bencana banjir yang terjadi di Jakarta sebagai studi kasus utama dan sumber himpunan data penelitian. Keluaran dari penelitian ini adalah model optimisasi yang relevan dan dapat diterapkan untuk menghasilkan perencanaan rute evakuasi yang optimal. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam masalah penugasan rute evakuasi. Penelitian ini akan menggunakan algoritma branch-and-bound karena sebagai metode eksak, branch-and-bound lebih mampu menjamin hasil yang optimal daripada metode berbasis aproksimasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa model optimasi dengan algoritma branch-and-bound dapat menghasilkan solusi yang optimal dalam merancang penugasan rute evakuasi untuk korban bencana yang lebih lanjut meningkatkan efisiensi evakuasi.

The discussion on evacuation process undoubtly never cease to continue in Indonesia for its geographical properties compel this country to grapple with a constant risk of natural disaster, such as volcanic eruption, earthquake, flood, and tsunami. To that end, ensuring an efficient evacuation becomes one foremost matter in order to minimize the number of injured victims and fatalities. Nevertheless, current situation shows how indonesia has been paying less attention on administering the evacuation process during disaster period. Several tardy evacuations claimed by its national disaster management institution resulted a substantial hike on annual fatalities from natural disaster in 2018. In regard to that issue, this research was conducted to ameliorate current evacuation efficiency by attempting to optimize evacuation route planning for disaster management in Indonesia. The evacuation routing problem covers the idea on how to assign a set of vehicles to transport evacuees, who are spread around disaster area, to available nearest shelter. This research took flood disaster which recently happened in Jakarta as a main study case and data set source. The output of this study is an optimization model that is relevant and applicable to generate optimal evacuation route planning. There are several methods that can be used in this sort of evacuation routing problem. One of the methods and which this study uses is branch-and-bound algorithm since as an exact-type method, branch-and-bound is more capable to generate optimal solution than heuristic approaches. The result of this study indicates that optimization models with branch-and-bound algorithms can produce optimal solutions in designing evacuation route planning for disaster casualties by which further lifts up the evacuation efficiency."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prapti Setyaningsih
"[ABSTRAK
Penelitian dengan judul Fire Load kamar asrama Y di Jakarta merupakan penelitian
deskriptif komparatif. Penelitian ini menggambarkan nilai fire load yang berasal dari
bahan perlengkapan di dalam ruangan (kamar) baik yang bersifat fixed seperti kusen dan
pintu maupun yang bersifat movable seperti kursi, tempat tidur dan lainnya. Perlengkapan
kamar kemudian dikategorikan menurut tipe pertumbuhan api, yaitu ultrafast, fast,
medium dan slow. Waktu perkiraan evakuasi dihitung dengan menggunakan model
matematis sederhana berdasarkan gambaran komponen sarana evakuasi gedung.
Dari hasil penelitian terhadap 13 kamar asrama di asrama Y diketahui rata-rata nilai Fire
Load adalah 356.0 MJ/m2. Hasil tersebut melebihi survey yang dilakukan oleh puslitkim
PU pada tahun 1997. Menurut tipe pertumbuhan apinya 66.6 % perlengkapan asrama
memiliki sifat pertumbuhan api medium, 26.9 % perlengkapan memiliki pertumbuhan api
sifat fast namun 6.5% perlengkapan asrama memiliki sifat pertumbuhan api ultra fast
(waktu tumbuh 75 detik). Hasil perhitungan waktu evakuasi tanpa hambatan adalah 15
menit 48 detik pada siang hari dan 13 menit 31 detik pada malam hari

ABSTRACT
The fire load room estimations value of Y dormitory in Jakarta and fire evacuation is a
descriptive and comparative research. This research calculated fire load derived from
room facilities material either fixed fire load (siils, door etc) and movable Fire Load(
chair, bed, etc). The material then categorized based on fire growth type,e g ultrafast, fast,
medium and slow. The evacuation time has calculated using simple mathematics method
based on evacuation means.
From 13 room in Y boardinghouse, the mean of fire load is 356.0 MJ/m2. This result is
higher than fire load that calculated by PU in 1997. Refer to fire growth type, 66.6 %
equipment have medium fire growth, 26.9 % equipment have fast fire growth and 6.5%
have ultra fast fire growth (fire growth 75 s). Evacuation time is 15 minute 48 second in
afternoon dan 13 minute 31 second at night.;The fire load room estimations value of Y dormitory in Jakarta and fire evacuation is a
descriptive and comparative research. This research calculated fire load derived from
room facilities material either fixed fire load (siils, door etc) and movable Fire Load(
chair, bed, etc). The material then categorized based on fire growth type,e g ultrafast, fast,
medium and slow. The evacuation time has calculated using simple mathematics method
based on evacuation means.
From 13 room in Y boardinghouse, the mean of fire load is 356.0 MJ/m2. This result is
higher than fire load that calculated by PU in 1997. Refer to fire growth type, 66.6 %
equipment have medium fire growth, 26.9 % equipment have fast fire growth and 6.5%
have ultra fast fire growth (fire growth 75 s). Evacuation time is 15 minute 48 second in
afternoon dan 13 minute 31 second at night.;The fire load room estimations value of Y dormitory in Jakarta and fire evacuation is a
descriptive and comparative research. This research calculated fire load derived from
room facilities material either fixed fire load (siils, door etc) and movable Fire Load(
chair, bed, etc). The material then categorized based on fire growth type,e g ultrafast, fast,
medium and slow. The evacuation time has calculated using simple mathematics method
based on evacuation means.
From 13 room in Y boardinghouse, the mean of fire load is 356.0 MJ/m2. This result is
higher than fire load that calculated by PU in 1997. Refer to fire growth type, 66.6 %
equipment have medium fire growth, 26.9 % equipment have fast fire growth and 6.5%
have ultra fast fire growth (fire growth 75 s). Evacuation time is 15 minute 48 second in
afternoon dan 13 minute 31 second at night., The fire load room estimations value of Y dormitory in Jakarta and fire evacuation is a
descriptive and comparative research. This research calculated fire load derived from
room facilities material either fixed fire load (siils, door etc) and movable Fire Load(
chair, bed, etc). The material then categorized based on fire growth type,e g ultrafast, fast,
medium and slow. The evacuation time has calculated using simple mathematics method
based on evacuation means.
From 13 room in Y boardinghouse, the mean of fire load is 356.0 MJ/m2. This result is
higher than fire load that calculated by PU in 1997. Refer to fire growth type, 66.6 %
equipment have medium fire growth, 26.9 % equipment have fast fire growth and 6.5%
have ultra fast fire growth (fire growth 75 s). Evacuation time is 15 minute 48 second in
afternoon dan 13 minute 31 second at night.]"
Lengkap +
2015
T42952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Susatyo
"Penelitian ini berusaha mendeskripsikan proses evakuasi masyarakat Kaoem Depok yang ditahan unsur-unsur bersenjata yang loyal pada Republik Indonesia pasca Gedoran Depok (8-13 Oktober 1945) oleh administrasi militer Sekutu lewat lembaga RAPWI, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur militer Inggris-Belanda. Gelombang kekerasan yang melanda Depok pada awal Oktober 1945 disusul oleh penahanan sebagian penduduk Kaoem Depok yang kemudian dibawa ke penjara Pledang di Kota Bogor. Penemuan-penemuan terkait penelitian ini menunjukkan bahwa peranan RAPWI selaku Lembaga khusus bentukan Sekutu yang menangani tawanan perang dan Interniran sipil berperan sangat besar dalam seluruh tahapan evakuasi atas penduduk Kaoem Depok yang ditahan di Kota Bogor, dimana lewat kesepakatan-kesepakatan dengan pihak Republik Indonesia, sebagian besar penduduk Depok yang ditawan pihak Republik di Bogor dapat dipindahkan ke kamp-kamp milik Sekutu.

This research aims to describe the evacuation process of Kaoem Depok community who were detained by armed elements loyal to the nascent Republic of Indonesia after the Gedoran Depok affairs (8-13 October 1945) by the Allied military administration through the RAPWI institution, which composed by both British and Dutch military elements. The wave of violence that hit Depok in early October 1945 was followed by the arrest of some members of Kaoem Depok communities who were then taken to Pledang prison in Bogor City. The findings related to this research demonstrates the major roles played by RAPWI as the specialised Allied organisation for the management of Allied POWs and civil internees in all stages of the evacuation of the Kaoem Depok members who had been detained in Bogor City, where through agreements with the side of Republic of Indonesia, most of the members of Kaoem Depok which been detained by Republic of Indonesia could be transferred to Allied forces safe-camps."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ridwan Lessy
"Bencana tsunami masih menjadi acaman wilayah pesisir di Indonesia karena intersitas gempabumi yang tinggi di wilayah ini dan singkatnya waktu tempuh gelombang tsunami ke daratan. Untuk itu, warga masyarakat perlu dipersiapkan untuk menghadapi bencana ini dengan menyusun peta jalur evakuasi tsunami. Peta evakuasi disusun secara partisipatif dengan melibatkan semua elemen pemangku kepentingan untuk mendapatkan kesepahaman persepsi antara semua pemangku kepentingan. Tujuan penyusunan peta jalur evakusi untuk memudahkan dan mengarahkan warga melalukan evakuasi mandiri menuju ke tampat yang lebih aman. Peta jalur evakuasi ini akan semakin efektif apabila ditindaklanjuti dengan penyusnan rencana aksi, sosialisasi dan simulasi secara terus menerus untuk mengevaluasi peta yang telah disusun."
Lengkap +
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2020
600 JPM 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fietrysia Leonita
"Salah satu upaya untuk menghindari jatuhnya korban jiwa pada kebakaran adalah dengan melakukan evakuasi yang efektif dan aman. Namun pada saat bangunan melakukan evakuasi penuh, dapat terjadi penurunan kecepatan turun tangga yang mungkin disebabkan jauhnya jarak tempuh dan kepadatan yang akan memperlama waktu mencapai daerah aman di lantai dasar luar bangunan. Sesuai hasil penelitian Aydin Ӧzkaya [1] tentang pengaruh faktor budaya setempat pada evakuasi, untuk itu pada penelitian ini akan dipelajari karakteristik evakuasi penghuni gedung di Indonesia dan strategi evakuasi yang diharapkan dapat mempercepat waktu perjalanan (travel time) seperti strategi penempatan lif.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan simulasi. Dari hasil survei latihan evakuasi yang diperoleh sepertinya terlihat adanya penurunan kecepatan saat terjadi pertambahan jarak tempuh dan peningkatan kepadatan. Pada survei dengan kondisi tidak ramai, kecepatan turun tangga dari lantai 4, lantai 9, dan lantai 19 berturut-turut adalah ± 0.70 ? 0.81 m/s, ± 0.62 ? 0.75 m/s, dan ± 0.50 - 0.73 m/s. Sedangkan pada kondisi dimana terlihat adanya antrian pada lantai pengamatan atas, kecepatan yang terjadi dapat lebih rendah dari pengamatan dengan jarak tempuh yang lebih jauh namun dalam kondisi yang tidak ramai. Data kecepatan penghuni yang diperoleh dari survei sesuai dengan literatur pada SFPE Handbook. Perilaku penghuni yang sepertinya menimbulkan antrian adalah perilaku pelaku evakuasi yang berjalan bersisian dengan anggota kelompoknya.
Dari simulasi yang dilakukan, didapat hasil bahwa strategi pengaturan ruang gerak pada tangga eksit dengan pemisahan jalur antara pelaku evakuasi yang bergerak lambat dan berkelompok dengan pelaku evakuasi yang bergerak lebih cepat menghasilkan waktu perjalanan lebih cepat dari kondisi dimana pelaku evakuasi lambat berada pada jalur dalam dan luar tangga dan dari 2 strategi penempatan lif. Penambahan sarana lif secara umum sepertinya dapat mempercepat waktu perjalanan, dengan waktu perjalanan yang paling cepat didapat pada penempatan semua lif di lantai refuge tengah.

One of the way to avoid the loss of life during building fires is by performing effective and safe evacuation. When building has to perform full evacuation, the decrease of downward speed could happen due to the increase of travel distance and density on stairs, that might caused delay to reach safety area that located outside the building on the ground floor. As sugested from Aydin Ӧzkaya [1] reseach about the influence of cultural background on evacution, therefore this paper intended to study the building occupant evacuation characteristic in Indonesia and the evacuation strategy that might improve evacuee travel time, such as elevator placement strategy.
The reseach method are survey and simulation. The result from the evacuation drill survey sugested that the increase of travel distance and density could caused the decrease of downward speed. On the survey that relatively happen in uncrowded condition, the downward speed decending from 4th floor, 9th floor, and 19th floor were ± 0.70 ? 0.81 m/s, ± 0.62 - 0.75 m/s, dan ± 0.50 - 0.73 m/s, respectively. From the survey that queues already seen in the upper observation floor, the downward speed of evacuee can be lower than downward speed of evacuee from farther travel distance, but in relatively not crowded condition. The survey result in good understanding with literature in SFPE Handbook. The behaviour of evacuee that might create queues is the evacuee behaviour that travel side by side with other member of the group.
The arrangement of space for movement in the exit stairs strategy, by separate the pathway of slow-moving evacuees (including travel in group evacuee) and fast moving evacuees, can faster the evacuees travel time. The travel time result are faster than the condition were slow-moving evacuees travel on the inside and outside part of the stairs and from 2 condition of elevator placement strategy. In general, the addition of elevator can faster the travel time. The fastest travel time resulted when all elevator positioned on refuge floor in the middle of building.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Wahyu Arini
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Data statistik BNPB menunjukan bahwa kejadian bencana terbanyak berada di bagian barat pulau Jawa dengan jenis bencana yang menimbulkan jumlah korban tertinggi adalah bencana tsunami. Kota Cilegon merupakan kota yang mempunyai tingkat kepadatan dan aktivitas industri tinggi karena adanya kawasan industri. Kota Cilegon terletak di sepanjang pantai barat Pulau Jawa dengan kondisi topografi yang landai sehingga Kota Cilegon sangat rawan terhadap bencana tsunami. Berdasarkan simulasi gempa yang dilakukan oleh BNPB, terjadinya gempa di selat sunda dapat menyebabkan tsunami yang berdampak pada terendamnya Kawasan Industri Cilegon hanya dalam waktu sekitar satu jam. Berdasarkan hal tersebut, tersedianya jalur evakuasi yang dapat mengakomodir evakuasi warga dengan jumlah besar dalam waktu singkat menjadi sangat penting. Tingkat ketahanan infrastruktur jalan adalah hal dasar yang sangat penting dalam mendukung kinerja jalur evakuasi pada keadaan darurat. Tingkat ketahanan jaringan yang buruk berdampak pada terhambatnya mobilitas dan aksesibilitas manusia ketika evakuasi bencana. Studi terdahulu mengenai jalur evakuasi di kota lain memperlihatkan bahwa jalur evakuasi yang ada sekarang ini dibuat hanya berdasarkan pengetahuan lokal dan topografi wilayah dengan tidak mempertimbangkan aspek ketahanan jaringan transportasi. Penelitian ini mencoba untuk mensimulasikan dampak akibat bencana terhadap sistem jaringan transportasi, mengukur tingkat ketahanan jaringan jalur evakuasi yang telah ada dan menganalisa kinerja jalur evakuasi yang ada pada Kota Cilegon dengan mempertimbangkan aspek ketahanan jaringan transportasi seperti kapasitas jalan dan konektivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak bencana tsunami terhadap sistem transportasi, untuk menganalisis tingkat ketahanan jalur evakuasi yang ada, dan untuk menganalisis apakah jalur evakuasi yang ada dapat mengakomodir evakuasi masyarakat ketika terjadi bencana tsunami. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan beberapa skenario simulasi evakuasi menggunakan perangkat lunak Vissim. Hasil simulasi menunjukan bahwa jalur evakuasi yang ada saat ini belum dapat mengakomodir masyarakat ketika terjadi bencana tsunami sehingga perlu dilakukan perbaikan yang dapat berupa penambahan alternative jalan, pelebaran jalan atau dengan pengaturan lalulintas.

ABSTRACT
Indonesia is vulnerable to natural disasters. Based on National Disaster Management Authority statistical data, the highest number of natural disaster occurs in the west side of Java island with Tsunami as the most deadly disaster. Cilegon is a city with high density and high industrial activity due to existence of industrial area. Cilegon is located along the west coast of Java island with a gently sloping topography, so that it is vulnerable to tsunami disaster. Earthquake simulation conducted by National Disaster Management Authority indicates that the occurrence of earthquake at Sunda strait will cause tsunami which can sweep away the whole industrial area in one hour. The availability of evacuation routes which are able to accommodate the evacuation of large amount of people within a short time become very important. Previous studies show that most of the existing evacuation routes are made just based on local knowledge and topography without considering the road network resilience factors such as road capacity and road connectivity. Referring only to the topography and local knowledge cannot guarantee the performance of the evacuation routes in evacuating large amount of people within a short time. Road infrastructure resilience is an important basic things in supporting the performance of the evacuation routes in emergency situation. Poor network resilience will reduce people rsquo s mobility and accessibility during the evacuation. This research try to analyze the impact of tsunami to the transportation system in Cilegon, to analyze the resilience level of evacuation route, and to analyze whether the existing evacuation routes are able to accommodate the evacuation process in Cilegon. In order to achieve these goals, a simulation of people rsquo s travel behavior during the evacuation process is conducted using VISSIM software. Simulation result shows that Cilegon rsquo s evacuation routes are not resilience enough to accommodate the evacuation process and still need an improvement such as by adding more alternative roads, by adding the road width, or by doing traffic management."
Lengkap +
2017
T49194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Febriyenti
"ABSTRAK
Evakuasi masyarakat dari wilayah risiko merupakan prioritas utama ketika peringatan dini tsunami telah diterima. Sistem Informasi Geografis SIG dapat memberikan suatu dukungan pengambilan keputusan dengan menjawab pertanyaan seperti jalur evakuasi mana yang harus dipilih berdasarkan lokasi dari bahaya, berapa banyak orang yang harus dievakuasi, waktu evakuasi, dan kemana mereka harus pergi untuk menjangkau tempat perlindungan terdekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek kapasitas wilayah Teluk Palabuhanratu dalam menghadapi potensi bencana tsunami yang difokuskan pada kesiapan kapasitas evakuasi. Secara garis besar perhitungannya meliputi pemodelan wilayah keterpaparan; analisis distribusi penduduk; dan perhitungan waktu tempuh evakuasi pada daerah penelitian. Hasil menunjukkan bahwa wilayah Teluk Palabuhanratu memiliki keterpaparan seluas 719,95 Ha dengan penduduk terpapar sebanyak 13.558 jiwa. Pada rentang waktu evakuasi antara 0-25 menit, seluruh penduduk pada daerah terpapar telah berada dalam zona aman. Ketersediaan akses jaringan jalan yang memudahkan para pengungsi untuk menjangkau tempat-tempat aman juga semakin mempersingkat waktu evakuasi.

ABSTRACT
The evacuation of the population from the risk area is the main priority when an early warning of the tsunami has been received. Geographical Information Systems GIS can provide a decision support by answering questions such as which evacuation routes must be selected based on the location of the danger, how many people who must be evacuated, evacuation time, and where they should go to reach the place where the nearest protection. This research aims to examine the aspects of the Palabuhanratu Gulf region capacity to face the potential of the tsunami disaster that focused on disaster preparedness evacuation capacity. Outline of the calculations include the modeling of tsunami exposure analysis of the population distribution, and the calculation of the travel time of the evacuation in the research area. The result shows that the area of tsunami exposure in Palabuhanratu Gulf region is 719,95 Ha with 13.558 people in the exposed area. In evacuation time that ranged between 0 25 minutes, all populations in the exposed area has been included in the safe zone coverage. Road network in Palabuhanratu Bay that makes the refugees easier to reach the safe zone also shorten the evacuation time."
Lengkap +
2017
S69213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Ainun Mi`raj
"Wilayah Pantai Pangandaran, Jawa Barat terletak di zona subduksi antara dua lempeng yang menyebabkan rawan terhadap bencana tsunami. Wilayah Pantai Pangandaran pernah mengalami gempa bumi besar pada 17 Juli 2006 silam yang menyebabkan tsunami. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kerentanan desa-desa pesisir Kecamatan Parigi terhadap tsunami berdasarkan kepadatan penduduk, penduduk rentan, dan kelompok umur rentan dan menganalisis efektivitas jalur evakuasi tsunami di desa-desa pesisir Kecamatan Parigi berdasarkan persepsi masyarakat. Metode analisis weighted overlay digunakan dalam penelitian ini untuk melihat kerentanan sosial terhadap bencana tsunami. Analisis deskriptif digunakan untuk menilai efektivitas jalur evakuasi tsunami berdasarkan persepsi masyarakat setempat. Desa dengan tingkat kerentanan sosial terendah adalah Desa Cibenda dengan nilai 279,1. Desa dengan tingkat kerentanan sosial tertinggi adalah Desa Parigi dengan nilai 966,0. Jalur evakuasi di Desa Cibenda yang paling efektif adalah jalur 4, Desa Ciliang adalah jalur 7, dan Desa Karangjaladri adalah jalur 10 dan 12 berdasarkan pendapat masyarakat setempat.

Pangandaran coast region, West Java located in subduction zone between two plates which makes it prone to tsunami disaster. On 17th July 2006, Pangandaran coast region experienced an earthquake that led to tsunami. The purpose of this research is to analyze social vulnerability of villages in Parigi subdistrict coast and the effectiveness of tsunami evacuation route. Overlay analysis method is used to determine the value of social vulnerability. Descriptive analysis is used to determine the effectiveness of tsunami evacuation route. Cibenda village has the lowest social vulnerability value with 279.1. Parigi village highest social vulnerability value with 966.0. The most effective evacuation route in Cibenda village is evacuation route number 4, while in Ciliang village is evacuation route number 7, and in Karangjaladri village is evacuation route number 10 and 12."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>