Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martin, Gary J.
London: Chapman and Hall, 1995
581.63 MAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mahulae, Lasma Dyna Faryda
"Penelitian etnobotani konservasi kemenyan (Styrax spp.) oleh etnik Batak di Desa Pusuk I, Sumatera Utara telah berlangsung selama enam bulan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi terkait pengetahuan lokal etnik Batak dalam menjaga keberadaan kemenyan (Styrax spp.) dan memanfaatkannya secara berkelanjutan serta untuk mengetahui keberadaan populasi kemenyan di hutan Desa Pusuk I. Penelitian dilakukan dengan pendekatan etnobotani dan ekologi. Metode yang digunakan meliputi wawancara, observasi partisipatif dan analisis vegetasi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Melalui hasil penelitian, diketahui bahwa etnik Batak di Desa Pusuk I mengenal dua spesies kemenyan yaitu Styrax paralleloneurum dan Styrax benzoin. Namun, spesies yang dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor ialah S. paralleloneurum. Etnik Batak di Desa Pusuk I terbukti memiliki pengetahuan lokal dalam menjaga keberadaan S. paralleloneurum dan memanfaatkannya secara berkelanjutan. Pengetahuan lokal tersebut ditemukan dalam proses pembudidayaan kemenyan, dimulai dari pemilihan bibit, pemeliharaan, penyadapan dan juga pemanenan getahnya. Hasil penelitian juga menunjukkan kondisi kemenyan, tepatnya S. paralleloneurum, yang masih menjadi spesies paling dominan di hutan Desa Pusuk I, ditandai dengan INP paling tinggi, baik di tingkat semai, pancang, tiang maupun pohon.

Research on ethnobotany of Kemenyan (Styrax spp.) conservation by Batak Ethnic in Pusuk I Village, North Sumatera, was conducted on six months. The study aims to obtain information about indigenous knowledge of Batak Ethnic on keeping Kemenyan?s existence and using that plant sustainably, also to know Kemenyan?s population existence in Pusuk I forest. Research was done using ethnobotany and ecology approach. The methods used were interview, participatif observation, and vegetation analysis. Research?s location chosen purposively. The results showed that Batak Ethnic in Pusuk I Village, North Sumatera knew two species of Kemenyan that is Styrax paralleloneurum and Styrax benzoin. But, species that Batak Ethnic cultivate and use as an export commodity is S. paralleloneurum. Batak Ethnic proven had indigenous knowledges on keeping Kemenyan?s existence and using that plant sustainably. That indigenous knowledges was found in Kemenyan?s cultivation, starts from the seed selection, maintenance, tapping and harvesting the sap. The result also showed that Kemenyan still be a dominant species in Pusuk I forest, marked with Kemenyan?s Importance Index Values that highest in seedling, sapling, poles and tree stage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2019
583.55 AST
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2019
583.55 AST
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Komara
"Tesis ini membahas tentang komunikasi museum sebagai bagian dari fungsi museum. Aspek penting dalam komunikasi museum yaitu sumber pesan, saluran dan penerima pesan. Studi kasus yang digunakan adalah Museum Etnobotani Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Dimulai dengan gambaran kondisi pameran museum sebagai salah satu komponen komunikasi museum dalam menyalurkan pesan. Kemudian analisis sajian koleksi saat ini dipandang dari sudut analogi strukturalisme linguistik. Analisis kondisi pameran tersebut menghasilkan gagasan penyusunan koleksi yang mengacu pada alur pameran. Alur cerita pameran merupakan salah satu bagian penting dalam proses komunikasi untuk memahami pesan museum secara keseluruhan. Komunikasi melalui salah satu program edukasi museum yang dikaitkan dengan teori pendidikan dapat membatu efektifitas dalam penyampaian pesan.

The focus of the thesis is about communication as a part of the museum's function. The important aspects of museum communication is the source message, channel and receiver. Indonesian Ethnobotanical Museum is the case study for this research. This research is a descriptive study with qualitative approach. Begins with an overview of the condition of the museum exhibition as one component of museum communication in a channel message. Later analysis of the current collection presentation in light of analogical linguistic structuralism. Analysis conditions resulted in the preparation of the exhibition refers to a collection of exhibits story line. Story line is one important part of the communication process to understand the message museum as a whole. Communication through one museum education program associated with the theory of education can assist in the effective delivery of the message.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Nur Aini
"Pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan oleh masyarakat etnis Karo di Desa Semangat Gunung belum sepenuhnya terdokumentasi. Sementara itu, pengaruh budaya lain yang masuk dapat mengancam keberadaan pengetahuan lokal masyarakat. Pendekatan etnobotani dilakukan untuk mendokumentasikan pengetahuan lokal masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan. Data diperoleh melalui wawancara semistruktural dan terbuka, observasi partisipasi, dan skoring kepada masyarakat lokal. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu mengelompokkan tumbuhan pangan berdasarkan kategori guna dan pendekatan kuantitatif, yaitu analisis LUVI, ICS, dan FL. Hasil penelitian diperoleh 109 spesies tumbuhan pangan dimanfaatkan oleh masyarakat, yang dikelompokkan menjadi pangan utama, pengganti pangan utama, sayuran, buah-buahan, bumbu, pangan adat, kudapan, minuman, dan pembungkus makanan. Nilai LUVI tertinggi berupa pangan utama, nilai ICS tertinggi berupa tualah (Cocos nucifera), dan nilai FL tertinggi diperoleh 92 spesies.

Utilization of food plants by the society of Karo ethnic in Semangat Gunung village have not documented yet. The influence of other ethnic cultures that infiltrate to Semangat Gunung village can threaten the local knowledge of its society. Ethnobotanical approach is used to document the local knowledge of the society about food plants utilization. The data were obtained by open-ended and semistructural interview, participant observation, and scoring. The data analysis were carried out by categorizing food plant species based on their use and quantitatively by measuring LUVI, ICS, and FL. The food plant species that used by the society is 109 species. It categorized into 9 subcategory, they are the staple food, alternative staple foods, vegetables, fruits, spices, indigenous foods, snacks, drinks, and food warps. The highest LUVI is staple food subcategory, the highest ICS is tualah (Cocos nucifera), and the highest FL amounts to 92 species.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wika Mardhiyah
"Pengembangan manfaat tumbuhan obat dimulai dengan mengumpulkan informasi dari pengetahuan lokal yang dimiliki berbagai etnis. Salah satu etnis yang unik di Indonesia adalah etnis Minangkabau yang berasal dari Nagari Tuo Pariangan karena memiliki sistem matrilineal. Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa sebagian besar tumbuhan obat di Nagari Tuo Pariangan dibudidayakan di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengetahuan tradisional masyarakat mengenai tumbuhan obat dan potensi pekarangan sebagai kawasan konservasi. Penelitian dilaksanakan selama sembilan bulan pada bulan Januari sampai September 2019. Pengambilan data etnobotani dilakukan dengan wawancara semiterstruktur pada 7 orang informan kunci dan 46 orang responden umum. Pengambilan data etnoekologi pekarangan dilakukan dengan analisis vegetasi pada 30 buah rumah. Data etnobotani diolah dengan menghitung Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), dan Relative Frequency of Citation (RFC). Data etnoekologi diolah dengan menghitung Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H), Indeks Kemerataan (e), dan Kekayaan Spesies (DMg). Analisis data dilakukan secara statistika deskriptif. Masyarakat memanfaatkan 139 spesies tumbuhan obat yang tergolong ke dalam 110 genus dan 59 famili. Tumbuhan obat digunakan untuk mengobati 73 jenis penyakit yang dikelompokkan menjadi 10 kategori. Curcuma longa, Kalanchoe laciniata, Zingiber officinale, dan Orthosiphon aristatus merupakan tumbuhan obat dengan UV, ICS, dan RFC yang tinggi. Sebagian besar tumbuhan obat menurut masyarakat memiliki UV, ICS, dan RFC yang termasuk ke dalam kategori rendah sehingga perlu dikonservasi. Masyarakat menanam 197 sepesies tanaman di pekarangan, termasuk ke dalam 148 genus dan 67 famili. Jumlah spesies tanaman terbanyak ditemukan di pekarangan Jorong Pariangan (117 spesies), sementara persentase tanaman obat tertinggi ditemukan di pekarangan Jorong Guguak (65,6%). Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies tanaman obat di pekarangan yang tergolong tinggi membuktikan bahwa masyarakat Nagari Tuo Pariangan menanam cukup banyak spesies tanaman obat. Pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi tanaman obat.

Development of the benefits of medicinal plants begins with gathering information from local knowledge held by various ethnic groups. One of the unique ethnic groups in Indonesia is the Minangkabau ethnic originating from Nagari Tuo Pariangan because it has matrilineal system. Based on preliminary surveys it is known that most of the medicinal plants in Nagari Tuo Pariangan are cultivated in the yard. The purpose of this study is to examine the traditional knowledge of community about medicinal plants and the potential of yard as a conservation area. The research was conducted for nine months from January to September 2019. The collection of ethnobotanical data was carried out by semistructured interviews with 7 key informants and 46 general respondents. Ethnoecological data was collected by analyzing vegetation in 30 houses. Ethnobotanical data was processed by calculating the Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), and Relative Frequency of Citation (RFC), while ethnoecological data is processed by calculating the Importance Value Index (INP), Diversity Index (H), Evenness Index (e), and Species Richness (DMg). Data analysis was performed by descriptive statistics. The community utilizes 139 species of medicinal plants belonging to 110 genera and 59 families. Medicinal plants are used to treat 73 types of diseases which are grouped into 10 categories. Curcuma longa, Kalanchoe laciniata, Zingiber officinale, and Orthosiphon aristatus are medicinal plants with high UV, ICS, and RFC. Most of the medicinal plants according to the community have UV, ICS, and RFC which are included in the low category, so it needs to be conserved. The community planted 197 species in the yard, including 148 genera and 67 families. The highest number of plant species was found in Jorong Pariangan (117 species), while the highest percentage of medicinal plants was found in Jorong Guguak (65.6%). Index of diversity, evenness, and richness of medicinal plants in the yard which are classified as high prove that Nagari Tuo Pariangan community plant quite a number of medicinal plants. The yard can be used as conservation area for medicinal plants.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ozi Fakhrurrozi
"Masyarakat adat Baduy-Dalam merupakan masyarakat adat yang masih taat terhadap aturan adat (Pikukuh). Tradisi leluhur mereka masih diwariskan secara lisan. Pemanfaatan sumber daya alam khususnya tumbuhan papan oleh masyarakat Baduy-Dalam harus sesuai dengan aturan adat. Pengetahuan lokal tersebut harus didokumentasikan supaya tidak terdegradasi oleh perkembangan zaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan papan yang dimanfaatkan. Penelitian ini telah dilakukan sejak bulan Agustus 2020 hingga Oktober 2020. Data diperoleh melalui wawancara semi terstruktur close ended, open ended, dan observasi partisipatif. Informan kunci berjumlah 8 orang dan responden umum adalah 10% dari jumlah penduduk yaitu 128 orang laki-laki. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menghitung nilai Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), dan Local User’s Value Index (LUVI). Spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat Baduy-Dalam adalah 26 spesies dari 9 famili. Gigantochloa apus memiliki nilai UV tertinggi (4,77), ICS tertinggi adalah Gigantochloa verticillata (64). Komponen atap pada masyarakat Cibeo memperoleh nilai LUVI tertinggi (20,41%), sedangkan pada masyarakat Cikeusik komponen tiang memperoleh nilai LUVI tertinggi (19,33%). Masyarakat adat Baduy-Dalam mengenal tujuh jenis lanskap dengan karakter yang berbeda. Lanskap di Baduy-Dalam terdiri atas Huma (ladang), Jami (bekas ladang), Rheuma ngora (lahan yang diistirahatkan sekitar 3 tahun), Rheuma kolot (lahan yang diistirahatkan sekitar 5-7 tahun), Cai (Sungai), Leuweung lembur (Pekarangan), dan Leuweung kolot (hutan lindung). Hasil analisis vegetasi diperoleh dari lanskap kampung Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Leuweung kolot adalah lanskap sumber perolehan tumbuhan papan.

Inner Baduy indigenous community are one of the indigenous peoples who still adhere to customary rules (Pikukuh). The ancestral traditions that became the culture in his life were still passed down orally. Using plants for material indigenouse houses by Inner Baduy community must be in accordance with the customary rules. This indigenouse knowledge must ensure that it is not degraded by the times. The purpose of this study was to see the diversity of used material house plants. This research was conducted from August 2020 to October 2020. The data were obtained through semi-structured, closed interviews, and participatory observation. Total of informant are 8 informants and general respondents are 10% of the population, consist are 128 men. The data of qualitatif was analyzed by deskriptif while the data of quantitatif was analyzed with calculate the Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), and Local User’s Value Index (LUVI). Species who was utilize by Inner Baduy society are 26 species from 9 family. Gigantochloa apus got the highest of UV (4,77), the highest of ICS is Gigantochloa verticillata (64). The roof componene in Cibeo community got the highest of LUVI (20,41%), whereas at Cikeusik community the component of pole got the highest of LUVI (19,33%). Inner Baduy indigenous people recognize seven types of running and being managed based on the characteristics of each. The landscape in Inner Baduy consists of Huma (fields), Jami (former fields), Rheuma ngora (lands that are rested for about 3 years), Rheuma kolot (lands that are rested for about 5-7 years), Cai (river), Leuweung lembur (Yard), and Leuweung kolot (protected forest). The results of the vegetation analysis were obtained from Cibeo, Cikertawana and Cikeusik village. Leuweung kolot is the most important as the source of the material house plants."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pemgetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pramita Siwi
"Penelitian etnobotani tumbuhan obat belum banyak dikaitkan dengan penelitian mengenai vegetasi hutan sebagai sumber tumbuhan obat. Telah dilakukan penelitian oleh Anas (2013), Rahma (2013), dan Sehati (2013) yang mendata 213 jenis Angiospermae berhabitus pohon (tingkat pohon, belta, dan semai) dari 53familidi zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Data tersebut menjadi bahan studi potensi tumbuhan obat untuk mengetahui manfaat pengobatan spesies tumbuhan dari ketiga penelitian tersebut. Studi dilakukan melalui penelusuran pustaka, wawancara ahli, dan dokumentasi tumbuhan. Delapan puluh tiga jenis merupakan tumbuhan obat yang digunakan berbagai etnis di Indonesia dengan keragaman bagian yang digunakan dan penyakit yang diobati. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan. Jenis penyakit yang paling banyak diobati dengan tumbuhan obat adalah gangguan gastrointestinal. Bioaktivitas dari 14 jenis tumbuhan telah diketahui sesuai dengan penggunaan tumbuhan tersebut. Sebanyak 28 jenis berada dalam database IUCN red list dengan 5 jenis berada dalam daftar high risk. Aquilaria malaccensis merupakan satu-satunya jenis yang berada dalam apendiks II CITES.

Analysis about forest vegetation are rarely related to medicinal potency of the plants. There are 213 species of Angiospermae in tree form (tree, belt, and seedling level) from 53 family recorded from Anas’ (2013), Rahma’s (2013), and Sehati’s (2013) researches in the core zone of Bukit Duabelas National Park. This data become the material of analysis about medicinal ethnobotanyto understand about medicinal properties of plant species’ from those three researches. The analysis is done by literature study, interview with ethnobotany researcher, and plant documentation. There are eighty three species used as medicinal plants in several Indonesian tribes and ethnics with high variation in use and disease.Leaves are the most frequently used part of medicinal plants and gastrointestinal disfunctions treatment are the one that use the most medicinal plants. Comparation between ethnobotanical study and bioactivity assay only shows correlation for fourteen species. Known that 28 species are in the IUCN redlist database with 5 species in highrisklist. Aquilaria malaccensis is the only plant included in the appendix II of CITES.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S63401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>