Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrieanta
"Pasien anak dengan keganasan dapat mengalami episode demam neutropenia. Etiologi bakterimia pada demam neutropenia berbeda-beda pada tiap pusat pelayan kesehatan dan berubah secara periodik. Antibiotik empiris diberikan pada pasien demam neutropenia berdasarkan klasifikasinya. Skor Rondinelli mengklasifikasikan pasien demam neutropenia menjadi risiko rendah dan risiko tinggi. Luaran dengan menggunakan skor Rondinelli belum pernah dilaporkan.
Tujuan : Mengetahui karakteristik etiologi dan perjalanan klinis demam neutropenia pada anak dengan keganasan yang dirawat inap di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM.
Metode : Penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Sampel diambil dari data sekunder berupa rekam medis pasien anak dengan keganasan yang mengalami demam neutropenia yang menjalani rawat inap di bangsal Departemen IKA FKUI/RSCM mulai bulan Januari 2010 hingga bulan September 2013.
Hasil : Penelitian dilakukan pada 86 pasien anak yang mengalami 96 episode demam neutropenia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Prevalensi bakterimia pada episode demam neutropenia pada anak dengan keganasan adalah 17%. Proporsi kuman penyebab terbanyak bakterimia pada demam neutropenia adalah Staphylococcus sp (25%), Pseudomonas aeruginosa (25%), Klebsiella pneumonia (19%) dan Escherichia coli (13%). Penelitian ini mendapatkan luaran episode demam neutropenia pada anak dengan keganasan adalah 40% memiliki luaran sembuh, 49% memiliki luaran tidak sembuh dan 6% meninggal dunia. Berdasarkan skor Rondinelli didapatkan 30 (61%) episode demam neutropenia risiko rendah memiliki luaran sembuh dan hanya 13 (28%) episode demam neutropenia risiko tinggi yang memiliki luaran sembuh.
Simpulan : Sebagian besar hasil kultur darah pada demam neutropenia adalah steril. Kuman gram negatif penyebab terbanyak bakterimia pada demam neutropenia. Demam neutropenia memiliki morbiditas yang tinggi. Skor Rondinelli dapat digunakan untuk mengklasifikasikan demam neutropenia pada anak dengan keganasan.

Cancer children could have febrile neutropenia (FN) episodes. The bacteremia etiology of FN from each health center was different and periodically changed. Empirical antibiotic was given to the patient according to the classification. Rondinelli’s score classify FN patient to low risk and high risk. Outcome of Rondinelli’s score is not yet reported.
Purpose: To know the clinical pathway and characteristic of etiology FN in cancer children in Department of Child Health RSCM ward.
Methods: The retrospective descriptive study. Samples were taken from secondary data in medical report of a cancer child with FN in ward in Department of Child Health FKUI/RSCM from January 2010 to September 2013.
Results: There were 86 children with 96 FN episodes that fulfill the inclusion and exclusion criteria. Bacteremia prevalence in cancer child with FN episodes was 17%. The most frequent proportion bacteria as FN etiology were Staphylococcus sp (25%), Pseudomonas aeruginosa (25%), Klebsiella pneumoniae (19%), and Escherichia coli (13%). The outcome of cancer children with FN were 40% recover, 49% not recover, and 6% pass away. Rondinelli's score outcome showed 30 (61%) episodes of low risk FN recover and only 13 (28%) episodes of high risk FN recover.
Conclusions: Most of blood culture result of FN was sterile. Gram negative bacteria were the most frequent etiology for FN. FN has high morbidity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Windarti
"Latar belakang: Hipotiroid kongenital (HK) merupakan penyebab disabilitas intelektual yang dapat dicegah dan pencarian etiologinya belum menjadi prosedur rutin. Pencarian etiologi HK penting untuk dilakukan, karena membantu dalam menentukan derajat keparahan, mempengaruhi dosis substitusi L-tiroksin, terapi jangka panjang, prognosis, dan kemungkinan HK diturunkan pada anak selanjutnya (konseling genetik). Etiologi HK dapat bervariasi antar negara. Saat ini data mengenai etiologi HK di Indonesia masih sedikit.
Tujuan: Mengevaluasi etiologi hipotiroid kongenital.
Metode: Penelitian potong lintang dengan metode total sampling pada semua subjek yang terlibat dalam penelitian “Dampak keterlambatan diagnosis hipotiroid kongenital: disabilitas intelektual dan kualitas hidup pasien” di Jakarta. Penelitian ini dilakukan sejak lolos kaji etik sampai November 2014.
Hasil: Terdapat 19 dari 25 subjek yang dapat dievaluasi etiologinya. Etiologi yang ditemukan adalah disgenesis (16/19) dan dishormonogenesis (3/16). Tipe disgenesis terbanyak berturut-turut adalah hemiagenesis (6/16), athireosis (5/16), hipoplasia (4/16), dan ektopik (1/16). Nilai IQ pada kelompok hipoplasia adalah borderline, sedangkan kategori nilai IQ etiologi lainnya adalah disabilitas intelektual. Rerata nilai IQ 72,7(SD 30,3) untuk kelompok hipoplasia, 58,2 (SD 16) untuk agenesis, 52,5 (SD 16,5) untuk hemiagenesis, 37,3 (SD 8) untuk dishormonogenesis, dan nilai IQ 46 didapatkan pada anak dengan kelenjar tiroid ektopik.
Simpulan: Etiologi HK pada penelitian ini adalah disgenesis tiroid (16/19) dan dishormonogenesis (3/19). Hemiagenesis merupakan etiologi HK terbanyak (6/19). Hipoplasi tiroid merupakan kelompok dengan nilai IQ tertinggi (borderline) daripada kelompok lainnya (disabilitas intelektual).

Background: Congenital hypothyroidism (CH) is one of the most preventable cause of intellectual disability. Investigation for etiology of CH is not a routine procedure in Indonesia. Congenital hypothyroidism etiology is important for predict severity of hypothyroidism, L-thyroxine dose substitution, prognosis, and genetic counselling. Etiology of CH varies among countries. Current data about CH etiology in Indonesia is limited. This research is part of “Impact of delayed CH diagnosis: intellectual disability and quality of live” research that has been done in RSCM.
Aim: To evaluate etiology of primary congenital hypothyroidism.
Methods : A cross sectional study with total sampling of all participants in “Impact of delayed CH diagnosis: intellectual disability and quality of live” research. This research has been done since pass the ethics until November 2014.
Result: There were 19 of 25 participants that could be evaluate the CH etiology. The etiology are dysgenesis (16/19) and dyshormomogenesis (3/19). Types of dysgenesis are hemiagenesis (6/16), athireosis (5/16), hypoplasia (4/16), and ectopic (1/16). Mean of total IQ was 72,7 (SD 30,3) for hypoplasia, 58,2 (SD 16) for agenesis, 52,5 (SD 16,5) for hemiagenesis, 37,3 (SD 8) for dyshormonogenesis, and IQ score for ectopic thyroid is 46.
Conclusion: Etiology of Ch in this research is dysgenesis (16/19) and dyshormonogenesis (3/19). Hemiagenesis is the most common etiology in CH. Hypoplasia thyroid group has the highest IQ score (borderline) among other groups od etiology.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schapper, Antoinette
"ABSTRAK
This article makes a contribution to the documentation of the genre of oral literature known as zapal amongst the Bunaq, a Papuan-speaking group of central Timor. I present an annotated and translated version of the elaborate zapal entitled Hul Topol or Fall of the Moon. Hul Topol is a lengthy, multi-event narrative which gives etiologies spanning the realms of subsistence, cultural practice and natural order including animal behaviour and appearance."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hauppauge, N.Y: Nova Science, 2011
616.994 ORA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ames, lowa: John Wiley & Sons, 2014
617.632 DIA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schapper, Antoinette
"This article makes a contribution to the documentation of the genre of oral literature known as zapal amongst the Bunaq, a Papuan-speaking group of central Timor. I present an annotated and translated version of the elaborate zapal entitled Hul Topol or Fall of the Moon. Hul Topol is a lengthy, multi-event narrative which gives etiologies spanning the realms of subsitence, cultural practice and natural order including animal behaviour and appearance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
UI-WACANA 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi virus yang baru muncul di awal tahun 2003. Menurut WHO, kasus "suspek" SARS adalah mereka yang suspect bila menderita panas > 38 C ditambah adanya gejala respiratorik, baik berupa batuk, atau sesak napas, atau kesulitan bernapas, dengan riwayat kunjungan/tinggal ke affected area, atau ada kontak erat dengan penderita SARS. Selain itu, mereka yang meninggal karena penyakit infeksi respiratorik setelah 1 November 2002 tanpa sebab yang jelas dan padanya tidak dilakukan otopsi dengan riwayat kunjungan / tinggal di affected area, atau ada kontak erat dengan penderita SARS. Sementara kasus “probable” SARS adalah kasus suspect yang pada gambaran radiologik menunjukkan adanya infiltrat yang konsisten dengan gambaran pneumonia atau respiratory disstress syndrome (RDS), atau kasus suspect yang pemeriksaan virologiknya menemukan virus SARS, atau kasus suspect yang meninggal tanpa sebab yang jelas yang gambaran otopsinya konsisten dengan gambaran patologi SARS. Pada tulisan ini juga disampaikan beberapa data epidemiologik SARS di Indonesia, di mana antara periode 1 Maret sampai 9 Juli 2003 tercatat 2 kasus probable dan 7 kasus suspek SARS, dan tidak ada lagi kasus SARS setelah saat itu. Bagaimana perkembangan SARS di masa datang masih akan jadi kajian para ahli, dan kita harus bersiap untuk menghadapi berbagai kemungkinan di masa datang. (Med J Indones 2004; 14: 59-63)

Severe acute respiratory syndrome (SARS) is an emerging viral infectious disease. According to the World Health Organization, a suspected case of SARS is defined as documented fever (temperature >38°C), lower respiratory tract symptoms, and contact with a person believed to have had SARS or history of travel to an area of documented transmission. A probable case is a suspected case with chest radiographic findings of pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), or an unexplained respiratory illness resulting in death, with autopsy findings of ARDS without identifiable cause. In this article some SARS epidemiological data in Indonesia will also presented. There are 7 SARS suspected cases and 2 probable cases were registered in Indonesia on the period of 1 March to 9 July 2003, and no more cases were reported after that time. How will be SARS progression in the future will be a subject of discussion among scientist, and we will have to wait and be prepared for any development might occur. (Med J Indones 2004; 14: 59-63)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2005: 59-63, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-59
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Widiastuti
"Kejang pada neonatus (neonatal fit) merupakan suatu tanda penyakit yang menyerang susunan saraf pusat (SSP), kelainan metabolik dan penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang pada neonatus sukar diklasifikasikan, dikenali maupun diobati. Pada neonatus cukup bulan (NCB) maupun neonatus kurang bulan (NKB) kejang dapat menyebabkan kerusakan SSP yang permanen dan menimbulkan gangguan neurologis di masa datang seperti gangguan kognitif yang berkepanjangan serta meningkatkan risiko kejadian epilepsi.
Kejang pada masa neonatus dibandingkan dengan anak besar frekuensinya relatif tinggi. Disamping hal tersebut diagnosis kejang pada neonatus juga lebih sulit karena bentuk kejang subtle yang menyerupai gerakan-gerakan normal. Angka kejadian kejang yang sebenarnya tidak diketahui karena manifestasi klinis kejang sangat bervariasi dan sering sulit dibedakan dengan gerakan normal. Penelitian terhadap kejang pada neonatus yang telah dilakukan di Departemen IKA FKUI RSCM sebelumnya adalah penelitian Hendarto S.K dkk di Jakarta (1971) membahas beberapa aspek dari kejang pada neonatus seperti angka kejadian kejang, jenis kelamin, berat lahir, etiologi kejang, morbiditas dan mortalitas. Angka kejadian kejang pada neonatus yang diperoleh dari penelitian tersebut sebesar 0,7%. Di bangsal perinatologi, neonatal intesive care unit (NICU) dan pediatric intensive care unit (PGD) Departemen IKA FKUI RSCM didapatkan kejadian kejang salaam tahun 2003 sebanyak 17 neonatus. Meskipun angka kejadian kejang pada neonatus kecil akan tetapi mengenali bentuk (tipe) kejang neonatus menjadi satu hal penting karena kejang pada neonatus mungkin merupakan satu-satunya tanda adanya gangguan SSP. Selain itu manifestasi klinis kejang juga berguna untuk menentukan prognosis.
Etiologi kejang pada neonatus ada beberapa macam, pada sebagian besar disebabkan oleh Hipoksik Iskemik Ensefalopati (HIE), perdarahan intrakranial, infeksi intrakranial, gangguan metabolik dan kelainan bawaan."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
T58749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bitton, Gabriel
New York: John Wiley & Sons, 1980
576.165 BIT i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Lawrence Erlbaum Assocites, 2004
618.92 CLA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>