Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Bimo Pratomo
Abstrak :
Korasi pada sistem pendingin mesin otomotif sering terjadi pada komponen-komponen ferrous di dalam sistem, dan mengganggu proses kerja keseluruhan dari mesin. Untuk mengatasi hal ini sering ditambalnkan inhibitor-inhibitor korosi ke dalam air pendingln. Pendingan mesin (engine coolant) sebagaf aditif air pendingin mengandung inhibitor-inhibitor korosi untuk mengataai hal di atas. Penambahan Ethyleneglycol sebagai antibeku ke dalam pendlngin mesin dimalrsudlran agar kendaraan dapat bekerja sepanjang tahun, tidak terkecuali pada musim dingin. Diketahui bahwa ethylene glycol dapat menyebabkan korosi Sebagai contoh adalah graphitization' pada besi tuang dan dezmc.iflcatlon pada lfunlngan. Penelitian ini mencoba untuk mellhat pengaruh sifat korosif pendingin mesin yang mengandung ethylene glycol dengan yang tidak mengandung ethylene glycol terhadap logam-logam yang biasa terdapat di dalam sistem pendingin mesin otomotif. Enam jenis logam dibuat dalam dua hubungan trigalvanllc, lalu dicelup di dalam media celup selama 336 jam pada temperatur konstan 7100, dan di dalam kondisi aerasi sifat korosif dilihat dan laju korosi yang diperoleh. Dari hasil penelitian secara umum, terlihat laju korosi yang besar dari logam Dafa, besi tuang. aluminum, dan solder di dalam larutan korosif tanpa penambahan pendingin mesin . Kuningan dan tembaga memHlln? laju korosi yang relatif kecil karena sifat tahan korosi mereka yang tinggi. Setelah penambaban pendingin mesin sebesar 30 Z ke dalam larutan korosif terlihat penurunan dengan drastis semua laju korasi logam.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djasmihul Ashary
Abstrak :
Sengon (falcataria moluccana Miq.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang paling banyak ditanam di areal hutan rakyat Indonesia. Namun kayu dari pohon tersebut memiliki beberapa karakteristik yang kurang baik, khususnya jika kayu tersebut akan digunakan sebagai bahan bangunan, seperti kerapatan, kekuatan dan keawetannya yang rendah.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2023
690 MBA 58:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Manogari
Abstrak :
Penumbuhan lapisan porous anodik aluminium oksida (PAAO) di atas substrat aluminium tubular merupakan suatu tantangan karena struktur pori tumbuh kurang teratur, kurang homogen, dan lapisannya rentan mengalami retakan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap retakan lapisan PAAO yang ditumbuhkan di atas substrat aluminium tubular dengan penambahan etilen glikol (EG) dan pemanasan. Lapisan PAAO diperoleh melalui anodisasi aluminium dalam larutan 0,3 M asam sulfat dan oksalat pada suhu 10°C selama 4 jam. EG ditambahkan dengan variasi konsentrasi 0, 5, 10 dan15 vol%. Morfologi lapisan PAAO dikarakterisasi dengan FESEM dan struktur kristalnya dianalisis dengan XRD. Jumlah retakan berkurang dari 4,04x10-4/ µm2 menjadi 2,24x10-5/ µm2 retakan dan 2,47x10-4/µm2 menjadi 6,73x10-5/µm2 retakan dalam asam sulfat dan asam oksalat dengan penambahan 0-15 vol% EG. Rentang diameter pori sebelum dilepas dari substrat adalah 10-14 nm dan setelah dilepas dari substrat dan dietsa kimia menjadi 14-24 nm. EG berperan dalam menjaga stabilitas suhu selama anodisasi, mengurangi kerapatan arus dan meningkatkan viskositas larutan sehingga mampu mengurangi populasi dan lebar retakan. Pemanasan lapisan PAAO dari 1000-1250 oC menyebabkan perubahan fasa dari fasa amorf menjadi fasa kristal g, d, dan ὰ Al2O3. ......The growth of the porous anodic aluminum oxide (PAAO) layer on a tubular aluminum substrate is challenging because the pore structure grows less orderly, less homogeneous, and layers are prone to cracking. This study aims to improve resistance to cracking of PAAO layers grown on tubular aluminum substrates by adding ethylene glycol (EG) and heating. The PAAO layer was obtained by anodizing aluminum in a 0.3 M sulfuric and oxalic acid at 10 °C for 4 hours. The EG was added at various concentrations of 0, 5, 10, and 15 vol%. The morphology of PAAO layers was characterized by FESEM and the crystal structure was analyzed by XRD. The population of cracks decreased from 4.04x10-4/µm2 to 2.24x10-5/µm2 and 2.47x10-4/µm2 to 6.73x10-5/µm2 cracks in sulfuric and oxalic acid by addition EG 0-15 vol%. The pore diameter range before being removed from the substrate was 10-14 nm and after being removed from the substrate and chemically etched it was 14-24 nm. EG plays a role in maintaining temperature stability during anodization, reducing current, and increasing viscosity of solution to reduce population and width of the crack. Heating PAAO layer from 1000-1250 oC causes the phase change from amorphous to crystalline g-, d-, and ὰ-Al2O3.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyistadiah Kartika Ilmiya
Abstrak :
Potensi CuBi2O4 sebagai fotokatoda telah banyak dikembangkan sebagai salah satu material yang menjanjikan dalam bidang fotoelektrokimia, salah satunya pada aplikasi pemecahan air dan fotoreduksi CO2. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis CuBi2O4 dengan variasi campuran pelarut (air:etanol, air:etilena glikol, air:gliserol), rasio pelarut (3:7, 7:3, 1:1), serta suhu reaksi (40o, 50o, 70o, 80o). Pengaruh dari masing-masing variabel sintesis ditentukan terhadap CuBi2O4 yang dihasilkan. Karakteristik CuBi2O4 yang dihasilkan dianalisis menggunakan difraksi sinar–x (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis Bruenauer-Emmet-Teller (BET), spektrospkopi reflektansi difui (DRS) UV-Vis, dan spektroskopi fotoluminesensi. Kemudian, dilakukan pula pengukuran fotoelektrokimia dari material yang dihasilkan pada tiap variasi sintesis menggunakan teknik chopped linear sweep voltammetry. Pengukuran tersebut dilakukan, untuk menentukan kondisi optimum sintesis dalam memperoleh material yang diinginkan. ......The potential of CuBi2O4 as a photocathode has been widely developed as one of the promising material in the field of photoelectrochemistry such as for water splitting and CO2 photoreduction applications. In this study, the synthesis of CuBi2O4 has been carried out with variation of solvent misture (water:ethanol, water:ethylene glycol, water:glycerol), solvent ratio (3:7, 7:3, 1:1), and reaction temperature (40oC, 50oC, 70oC, 80oC). The effect of each synthesis variable was determined on the CuBi2O4 produced. The characteristics of CuBi2O4 were analyzed using x-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), Brunauer-Emmet-Teller’s analysis (BET), difuse reflectance spectroscopy (DRS) UV-Vis, and photoluminescence (PL) spectroscopy. Then, photoelectrochemical measurment of the material produced in each synthesis variation were carried out using the chopped linear sweep voltammetry technique. The purpose is to determine the optimum condition of synthesis in obtaining the desired material.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
Abstrak :

Lapisan anodik yang ditumbuhkan pada paduan AA7075 dengan metode hard anodizing tidak seragam karena lambatnya reaksi oksidasi pada presipitat. Dalam penelitian ini, pengaruh penambahan Etilen Glikol (EG) sebagai zat aditif pada elektrolit dalam proses hard anodizing pada logam paduan AA7075 diteliti melalui karakterisasi morfologi, sifat mekanik dan sifat korosi lapisan anodizing yang dihasilkan. Uji korosi metode elektrokimia pada larutan 3% NaCl + 1% HCl. Senyawa EG dipilih karena umum digunakan sebagai zat antibeku pada industri logam dan memiliki sifat inhibitor korosi dalam sistem pendingin. Penambahan EG pada elektrolit meningkatkan laju reaksi oksidasi dari presipitat yang terdapat pada substrat, sehingga menghasilkan struktur lapisan yang lebih seragam di sepanjang antarmuka oksida-logam. Namun konsumsi energi pada reaksi oksidasi presipitat menyebabkan berkurangnya oksidasi pada matrix aluminium sehingga lapisan yang dihasilkan menjadi lebih tipis. Selain itu, pelepasan gas oksigen yang terjadi selama proses oksidasi presipitat terjebak dalam lapisan membentuk pori sehingga kekerasan menurun dari 196,2 HV menjadi 117,8; 115,2; dan 107,7 HV masing-masing dengan penambahan 10, 20, dan 30 % EG. Ketahanan korosi lapisan anodik menjadi 30 mV lebih tinggi, nilai potensial korosi menjadi 10 mV lebih positif, arus korosi menjadi 80 µA/cm2 lebih rendah, dan nilai resistansi polarisasi naik 100 Ω lebih tinggi dengan penambahan 10% EG sedangkan pada konsentrasi EG yang lebih tinggi menurunkan ketahanan korosi lapisan. EG yang optimum untuk menghasilkan lapisan dengan sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik adalah 10%. Lapisan anodik yang mengandung EG sensitif terhadap hydrothermal sealing.

 


The anodic layer grown on AA7075 alloy with the hard-anodizing method is not uniform because of the slow oxidation reaction at precipitate. In this study, the effect of adding Ethylene Glycol (EG) as an additive to electrolytes in the process of hard anodizing on alloy metals AA7075 was examined through morphological characterization, mechanical properties and corrosion properties of the anodizing layer produced. Electrochemical method corrosion test on a 3% NaCl + 1% HCl solution. EG compounds are chosen because they are commonly used as antifreeze substances in the metal industry and have corrosion inhibitor properties in the cooling system. The addition of EG to electrolytes increases the rate of oxidation reactions from the precipitates found on the substrate, resulting in a more uniform layer structure along the metal-oxide interface. However, energy consumption in precipitate oxidation reactions leads to reduced oxidation in the aluminum matrix so that the resulting layer becomes thinner. In addition, the release of oxygen gas that occurs during the oxidation process of the precipitate is trapped in the pore-forming layer so that the hardness decreases from 196.2 HV to 117.8; 115.2; and 107.7 HV each with the addition of 10, 20 and 30% EG. The corrosion resistance of the anodic layer is 30 mV higher, the corrosion potential value is 10 mV more positive, the corrosion current is 80 µA/cm2 lower, and the polarization resistance value rises 100 Ω higher with the addition of 10% EG whereas at the higher EG concentration reduce coating corrosion resistance. The optimum EG for producing layers with good mechanical properties and corrosion resistance is 10%. Anodic layer containing EG is sensitive to hydrothermal sealing

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Qurrata A`yun
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah 3,75%; 7,5%; dan 15% konsentrasi etilen glikol (EG) dan susu skim (SS) dalam vitrifikasi dapat mempengaruhi morfologi ovarium tikus (Rattus norvegicus L.) Sprague-Dawley fase proestrus. Ovarium yang digunakan dalam penelitian berasal dari tikus dengan usia 12 minggu dan diisolasi ketika fase proestrus kemudian vitrifikasi selama 48 jam. Ovarium dibagi menjadi sembilan kelompok dengan tiga pengulangan, yaitu KK 1, KK 2, KK 3, KKP 1, KKP 2, KKP 3, KP 1, KP 2, dan KP 3. KK 1, KK2, dan KK 3 adalah ovarium fase proestrus tanpa vitrifikasi. KKP 1, KKP 2, dan KKP 3 adalah ovarium fase proestrus yang divitrifikasi menggunakan EG dengan konsentrasi 3,75%; 7,5%; dan 15%. KP 1, KP 2, dan KP 3 adalah ovarium fase proestrus yang vitrifikasi menggunakan kombinasi EG dan SS dengan konsentrasi 3,75%; 7,5%; dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah folikel preantral dengan morfologi utuh pada KKP 1, KKP 2, KKP 3, KP 1, KP 2, dan KP 3 lebih rendah dibandingkan KK dan tidak berbeda nyata. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa vitrifikasi ovarium tikus dengan etilen glikol dan susu skim memiliki pengaruh terhadap morfologi folikel preantral tikus.
The research aimed to find out whether 3,75%; 7,5%; and 15% concentration of ethylene glycol (EG) and skimmed milk (SM) in vitrification can influence the development of ovary of rat (Rattus norvegicus L.) strain Sprague-Dawley during the proestrus phase. The test ovary used were from rat with age 12 weeks and isolated when proestrus phase then vitrified for 48 hours. The test ovaries were divided into nine groups with three repetitions, namely KK 1, KK 2, KK 3, KKP 1, KKP 2, KKP 3, KP 1, KP 2, and KP 3. KK 1, KK2, and KK 3 are proestrus ovary without vitrification. KKP 1, KKP 2, and KKP 3 are proestrus ovary that vitrification on EG with concentrations of 3,75%; 7,5%; and 15%. KP 1, KP 2, and KP 3 are proestrus ovary that vitrification on EG and SM with concentrations of 3,75%; 7,5%; and 15%. The results showed that the average of the preantral follicle ovary in KKP 1, KKP 2, KKP 3, KP 1, KP 2, and KP 3 are lowest than KK and not were significantly different. However, this research showed that vitrification of rat ovary with ethylene glycol and skimmed milk may have effect to ovary morphology.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Parfum merupakan jenis kosmetika yang terdiri dari pelarut dan pewangi. Kadang-kadang dalam parfum digunakan pelarut yang tergolong bahan beracun dan berbahaya, seperti metil etil keton (MEK) dan etilen glikol. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan metil etil keton dan etilen glikol dalam parfum sekaligus menetapkan kadarnya. Analisis kedua zat tersebut dalam parfum dilakukan menggunakan metode kromatografi gas dengan pemrograman temperatur, yaitu temperatur awal 30oC yang dipertahankan selama 5 menit lalu temperatur dinaikkan hingga 170oC dengan kenaikan suhu 4oC/menit dan dipertahankan selama 10 menit. Temperatur injektor dan detektor FID 230oC dan tekanan gas pembawa yang digunakan adalah 50 kPa. Hasil uji akurasi menunjukkan persen perolehan kembali sebesar (96,88 ± 2,30)% untuk MEK dan (101,00 ± 1,66)% untuk etilen glikol. Dari 5 sampel yang diperiksa, semua sampel tidak mengandung metil etil keton dan 4 sampel mengandung etilen glikol dengan kadar (0,86 ± 0,05)%v/v, (0,43 ± 0,02)%v/v, (0,38 ± 0,01)%v/v, dan (0,50 ± 0,02)%v/v.
Universitas Indonesia, 2006
S32539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Dwi Ananda
Abstrak :
Perhitungan laju korosi aluminium alloy dilakukan dengan mengukur massa yang hilang dari sampel setelah menjalani proses immersion test selama 120 jam dalam larutan campuran air dan ethylene glycol. Proses immersion test sampel menggunakan media uji dengan persentase volume ethylene glycol pada larutan sebesar 30% dan 70% yang dilakukan pada lingkungan temperatur ruang (30ºC) dan temperatur tinggi (90oC). Pada temperatur ruang, sampel yang mengalami immersion test di larutan ethylene glycol 30% menunjukkan laju korosi yang lebih tinggi daripada sampel pada larutan ethylene glycol 70% dikarenakan larutan yang mengandung lebih banyak air akan lebih bersifat elektrolit. Sedangkan pada temperatur tinggi, sampel-sampel menunjukkan perilaku laju korosi yang berbeda-beda disertai terjadinya peristiwa plating di mana ada penambahan massa pada rentang waktu tertentu akibat pembentukan lapisan protektif pada permukaan aluminium alloy. Pada temperatur tinggi, laju korosi yang ditunjukkan sampel cenderung terus meningkat dan lebih tinggi dibandingkan laju korosi sampel pada temperatur ruang. Hasil SEM menunjukkan adanya indikasi korosi berbentuk lubang/sumuran pada permukaan aluminium alloy setelah immersion test dilakukan. ......Corrosion rate of aluminium alloy is calculated by measuring the samples weight loss which immersed for 120 hours in ethylene glycol-water mixture. The immersion test processes using solutions that contain 30% and 70% of ethylene glycol are conducted at room temperature (30ºC) and high temperature (90oC). At room temperature, samples which immersed in solution of 30% ethylene glycol show higher corrosion rates than the ones which immersed in solution of 70% ethylene glycol because of the solution which contains more water will act as a better electrolyte than the solution with less water content. However at high temperature, samples show varies corrosion rate behaviour followed by plating occurence where samples gain weight at a particular range of time because of the formation of protective thin layer on the surface of aluminium alloy. At high temperature, the samples’ corrosion rate are tend to increased continuously and relatively higher than corrosion rates of samples at room temperature. SEM results indicate there are numbers of pitting corrosion that attack the surface of aluminium alloy after the immersion tests were conducted.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Gas alam mentah ada di reservoir pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam rangka untuk memenuhi spesifikasi kontrak penjualan gas (sales gas), komposisi gas alam menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas gas alam. Kadar air dalam gas hasil produksi harus memenuhi spesifikasi pada kontrak yaitu tidak boleh melebihi 10 lb/MMSCF. Gas alam yang ada di Lapangan S masih mengandung banyak kadar air yaitu 13-36 lb/MMSCF; bahkan ada yang sampai 220 lb/MMSCF. Oleh karena itu, perlu dilakukan penurunan kadar air. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dehidrasi gas menggunakan Tri Ethylene Glycol (TEG) untuk memperoleh kadar air yang sesuai dengan spesifikasi penjualan gas. Parameter yang dipakai yaitu dengan memvariasi TEG feed, variasi fraksi mol feed gas dan variasi laju alir (flow rate). Kondisi operasi yang sesuai yang menghasilkan kadar air yaitu 7,5 lb/MMSCF dengan laju reaksi pada feed gas 100 MMSCFD, temperatur feed gas 125˚F dan tekanan 200 Psia yang berarti terpenuhinya spesifikasi kontrak penjualan gas sehingga selain meningkatkan nilai jual gas, produsen terhindar dari kerugian. TEG yang digunakan pada simulasi proses dehidrasi tersebut 71,26 Liter/hari. ...... Raw natural gas in the reservoir at a certain temperature and pressure. In order to meet the specifications of the gas sales contracts (sales gas), the composition of natural gas into the factors that affect the quality of natural gas. The water content in the gas production must meet the specifications of the contract which may not exceed 10 lb/ MMSCF. Natural gas in field "S" have to consist water content of 13-36 lb/ MMSCF and until to 220 lb / MMSCF. Because of that to decrease the water content. The focus of this study is to simulated gas dehydration using Tri Ethylene Glycol (TEG) to obtain the water content in accordance with the specifications of gas sales. The parameters used are by varying TEG feed, feed mole fraction variation and variation of gas flow rate. In order to treat feed gas 100 MMSCFD until containing water until 7,5 lb/MMSCFD, temperature and pressure for feed gas must be maintained at 125 degF and 200 Psia and TEG to be injected into the system is 71.26 liters/day.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baity Hotimah
Abstrak :
ABSTRAK
Karbondioksida CO2 secara alamiah terkandung di dalam gas alam. Selain itu kekhawatiran pemanasan global yang dipicu oleh konsentrasi CO2 sebagai penyebab efek rumah kaca. Hal ini mendorong banyak penelitian untuk memisahkan CO2 tersebut dari Gas. Berbagai teknologi telah digunakan untuk pemisahan CO2. Ionic Liquids ILs telah terbukti mampu memisahkan CO2, tapi ada beberapa dampak penggunaan ILs yang mendorong pencarian alternatif cairan pemisahan. Salah satu solusi kimia yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan Deep Eutectic Solvent. DES mampu mengikat CO2 melalui ikatan hidrogen dari larutannya. DES merupakan larutan yang lebih ekonomis. Natural based DES NADES diproduksi dari bahan alam bersifat tidak beracun dan biodegradable. NADES juga dapat melepaskan kembali CO2 dengan menggeser sifat termodinamikanya, sehingga mudah untuk diregenerasi. Penjerapan CO2 dilakukan dengan NADES menggunakan sel dengan jendela kaca saphire yang dapat mengamati proses adsorpsi CO2 secara visual. NADES pada penelitian ini adalah betain sebagai hydrogen bonding acceptor HBA dan senyawa 1,4-butanediol, etilen glikol, dan asam laktat sebagai hydrogen bonding donor HBD . Pencampuran HBA dan HBD dilakukan dengan tiga komposisi molar yang membentuk campuran homogen dan stabil pada suhu ruang, yaitu 1:2, 1:3 dan 1:4 betain- asam laktat, 1:3, 1:4 dan 1:5 betain-etilen glikol, dan 1:7, 1:8 dan 1:9 betain:1,4-butanediol. Absrorpsi CO2 dilakukan secara volumetrik dengan sel saphire pada tekanan sekitar 27 bar, suhu 30 C. Kapasitas absorbsi maksimum diserap oleh NADES dengan HBD asam laktat pada komposisi 1:2 molar, yaitu dengan nilai X CO2 mol CO2 teradsorb/mol CO2 awal mol NADES sebesar 0,0913 dengan dx/dp 0,00526. Tren kelarutan meningkat pada komposisi HBA yang lebih tinggi pada NaDES dengan HBD asam laktat dan etilen glikol. Akan tetapi NaDES dengan HBD 1,4-butanediol semakin meningkatkan kelarutan CO2 dengan bertambahnya komposisi molar HBD.
ABSTRACT
Carbon dioxide CO2 is naturally contained in natural gas. In addition, concerns of global warming triggered by CO2 concentrations as the cause of the greenhouse effect, prompted many studies to separate the CO2 from Gas. Various technologies have been used for the separation of CO2. Ionic Liquids ILs have been shown to be capable of separating CO2, but there are some impacts on the use of ILs that encourage the search for alternative liquid separations. One of the chemical solutions that has been done is to use Deep Eutectic Solvent DES . DES is able to capture CO2 through hydrogen bonds from the solution. DES is a more economical solution. Natural based DES NADES produced from natural materials is non toxic and biodegradable. NADES can also relinquish CO2 by shifting its thermodynamic properties, making it easy to regenerate. The CO2 absorption with NADES in this study was used an optical cell that can visualise the process in side. NADES in this study was made from betaine as hydrogen bonding acceptor HBA and 1,4 butanediol, ethylene glycol, and lactic acid as hydrogen bonding donor HBD . HBA and HBD mixed in some molar compositions, 1 2, 1 3 dan 1 4 betain asam laktat, 1 3, 1 4 dan 1 5 betain etilen glikol, dan 1 7, 1 8 dan 1 9 betain 1,4 butanediol. CO2 absorbtion conducted by volumetric methode in saphire cell at pressure 27 bar and temperature 30 C. The maximum solubility of CO2 was absorbed by NADES with lactic acid at 1 2 molar compotition, X CO2 mol CO2 absorpted mol NADES was 0,0913 and dx dp 0,00526. Solubility of CO2 increased with increasing HBA compotition in NADES that formed by HBD lactic acid and ethylene glycol, but NaDES that formed by HBD 1,4 butanediol showed different trend. The solubility of CO2 increased followed by the increasing of 1,4 butanediol molar composition.
2018
T51504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>