Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rias Tanti
"Pidana penjara merupakan pidana perampasan atau pembatasan kemerdekaan seseorang. Menjalani kehidupan dalam penjara adalah sebuah konsekuensi bagi seseorang yang setelah melalui proses peradilan terbukti secara sah melakukan tindakan yang salah atau bertentangan dengan hukum yang berlaku dalam suatu negara. (Bawengan, 1979)
Di Indonesia, sistem pemidanaan yang berlaku adalah sistem pemasyarakatan. Istilah pemasyarakatan secara resmi menggantikan istilah kepenjaraan sejak tanggal 27 April 1964. Tujuan akhir pemidanaan menurut Sistem Pemasyarakatan adalah mengembalikan warga binaan pemasyarakatan ke tengah masyarakat dan berperan aktif dalam pembangunan. Sedangkan visi pemasyarakatan adalah memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Visi Pemasyarakatan tersebut secara ringkas dirumuskan sebagai "Membangun Manusia Mandiri". (Sujatno, 2004).
Hal yang sangat penting untuk menunjang kemandirian seseorang adalah bekerja. Oleh karena itu, pembinaan di lembaga pemasyarakatan (selanjutnya disebut Lapas) dan rumah tahanan negara (selanjutnya disebut Rutan) pun menempatkan pembinaan kerja atau pembinaan kemandirian sebagai hal yang utama. (Sujatno, 2003)
Selain itu, dalam kehidupan manusia, bekerja mempunyai makna eksistensial, berhasil atau gagal, dan tinggi rendahnya kualitas hidup manusia ditentukan oleh pekerjaannya. Tidak ada kesuksesan, kebaikan, manfaat atau perubahan dari keadaan buruk menjadi baik kecuali dengan kerja menurut bidangnya musing-musing. (Asifudin, 2004)
Karena pentingnya keberadaan kerja dalum hidup manusia maka usaha memberikan bekal keterampilan kepada narapidana pun menjadi penting. Pemberian bekal keterampilan dimaksudkan agar narapidana dapat bekerja dan mampu bertahan dalam persaingan memperebutkan kerja di tengah persaingan yang makin kompetitif.
Ubaidillah dalam sebuah artikelnya di situs e-psikologi.com menyatakan bahwa umumnya lapangan pekerjaan apapun menuntut penguasaan dua keahlian yang bisa dikategorikan dalam keahlian kerja dan keahlian mental. Keahlian mental merupakan kondisi yang ada di dalam pikiran seseorang (happens in the mind) tetapi akibatnya berupa apa yang akan diterima di dalam hidup (exists in your life). Secara fisik eksternal, mulanya tidak berbeda antara orang mengatakan "Saya bisa" dan yang mengatakan "Saya tidak bisa. Tetapi pada akhirnya akan menghasilkan akibat yang sangat membedakan.
Keahlian mental sendiri kalau dirujukkan pada pendapat Gandhi tentang sikap orang terhadap pekerjaan dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: orang yang bermentalitas mengambil kredit (to take in order to get), minimalistis, dan orang yang menciptakan pemenuhan tanggung jawab hidup (to create in order to get).
Keahlian kerja seperti yang dimaksud oleh Ubaidillah diatas, dalam tugas akhir ini selanjutnya disebut sebagai keterampilan teknis (technical skills) dan keahlian mental disebut sebagai keterampilan mental, yang dalam kelompok kecakapan hidup (life skills)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Djunaedi
"ABSTRAK
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk mengkoordinir sumber daya manusia dan material. Manajer bertanggung jawab dalam pelaksanaan organisasional. Manajemen memasukkan unsur kepemimpinan dan menerapkan berbagai keahlian teknis meliputi keterampilan pengambilan keputusan dan perencanaan.
Sistem manajerial dalam kaitannya dengan kerja, menyangkut pengambilan keputusan untuk perencanaan dan pengawasan organisasi. Dalam manajemen para manajer melaksanakan pekerjaan mental dalam konteks kekuatan ekstemal dan internal yang mempengaruhi perilaku manajer.
Fungsi dasar manajemen meliputi penetapan sasaran, perencanaan, pengorganisasian, penyelenggaraan dan pengawasan yang diperlukan untuk mengelola suatu organisasi. Kehidupan manajerial dan peranan yang dilaksanakan oleh manajer akan membantu memberikan gambaran yang realistis tentang manajemen.
Langkah utama bagi seorang manajer dalam upaya memperkuat dan memanfaatkan kerja harus memberikan dorongan etika kerja dan menentukan standar kualitas tinggi yang memperkuat gagasan bahwa kerja mengandung nilai dan maksud intrinsif.
Istilah Etos memberikan pengertian yang mendalam mengenai nilai dan merupakan tujuan hidup bangsa Amerika. Etos juga merupakan tabiat, watak, karakter seseorang, suatu bangsa, budaya dan group tertentu yang membedakan dari orang atau group, bangsa dan budaya lain. "
1995
T1575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greg Hansen
"ABSTRAK
This article summarizes a country study on Iraq conducted by the Humanitarian Agenda: 2015 project of the Feinstein International Center, Tufts University, between October 2006 and May 2007.* Based on a sample survey of perceptions of humanitarian action among Iraqis at the community level and among humanitarian agencies in the region, the study focuses on what Iraqis and aid workers believe to be
true about the way in which the humanitarian apparatus has functioned or malfunctioned in Iraq, and why. Its findings confirm both the strength of the humanitarian ethos in Iraq and the operational value of principled humanitarianism, but call attention to significant gaps at ground level between ethos and practice."
Cambridge University Press , 2008
340 IRRC 90:869 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar Alam
"ABSTRAK
Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa dalam setiap masyarakat, kepercayaan keagamaan berkaitan erat dengan gejala-gejala sosial yang terwujud dalam masyarakat tersebut.
Dalam arti ini, bila kita melihat kebudayaan sebagai:
suatu pola dari pengertian-pengertian yang terwujud sebagai simbol-simbol, yang ditransmisikan secara historis; suatu sistem dari konsepsi-konsepsi yang diwariskan dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk simbolik, yang dengan bantuan mana manusia mengkomunikasikan, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan (Geertz 1973c:81),
maka agama dapat kita lihat sebagai bagian dari kebudayaan, yang secara khusus berkenaan dengan konsepsi-kon-sepsi manusia yang paling mendasar dan hakiki, yakni etos dan pandangan hidup_

"
1984
S13700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap mutu pelayanan kesehatan tergantung dari manajemen keperawatan, dan salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan, adalah seberapa besar produktifitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien dan keluarganya. Untuk mencapai pertumbuhan produktivitas kerja yang optimal diperlukan beberapa faktor pendukung antara lain adalah adanya iklim kerja yang harmonis, etos kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara iklim kerja, etos kerja, dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja para perawat pelaksana non militer di RSAL dr. Ramelan Surabaya.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel iklim kerja, etos kerja dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja perawat non militer di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Jumlah sampel 170 orang dari 302 populasi yang diambil dengan sistematis random sampling. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan analisis data dengan uji univariat, bivariat dan multivariat.
Dengan tingkat kepercayaan α=0,05, didapatkan hasil yang berhubungan signifikan dengan produktivitas kerja adalah iklim kerja (p=0,032), dimensi psikologis (p=0,00), dimensi sosial (p=0,012), etos kerja (p=0,035), disiplin kerja (0,038), kepatuhan terhadap waktu kerja (p=0,014), kepatuhan terhadap tata tertib (p=0,000), kepatuhan terhadap standart (p=0,024) dan kepatuhan terhadap atasan (p=0,014). Analisis multivariat menunjukan bahwa umur (p=0,000) merupakan variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas kerja.
Rekomendasi untuk kepala dan manajemen keperawatan RSAL dr. Ramelan Surabaya, perlu dikembangkan lebih lanjut standart kinerja dan standart asuhan keperawatan, standart disiplin kerja, pengembangan team sharing dan pemberlakuan sistem penghargaan yang adil bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar. Dengan dilaksanakan program ini, pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja, sebagai tujuan akhir dari persoalan manajemen, termasuk didalamnya manajemen keperawatan.

Contribution of nursing service to the quality of health service depended upon nursing management, and one of the indicator of excellence in nursing is how much the productivity of the staff nurse in providing a good care to client and family. To achieve the optimal productivity growth needs some supporting factor includes conducive work, climate work, good work ethos and high discipline. This research aims at identifying the relationship between work climate, ethos, and discipline with work productivity of non military nurses at RSAL dr. Ramelan Surabaya".
The design of this research was a descriptive correlation. The number of sample was 170 of 302 total population, obtained through a systematic random sampling technique. The univariate, bivariate and multivariate analysis were utilized to identify the correlation between the independent and dependent variables.
Using the level of significance (α=0,05), the bivariate analysis identified a relationship between work productivity and work climate (p=0,032), psychological (p=0,00), and social dimensions (p=0,012), ethos (p=0,035), discipline (p=0,028), compliance to the schedule (p=0,014), local policy (p=0,00), standard (p=0,024) and direct superior (p=0,014).The multivariate analysis showed that age (0,000) represents most related to work productivity.
Recommendation is directed to the director and nursing manager at dr. Ramelan Surabaya Hospital, that performance of nursing care, work discipline standards and team building development, fair reward system for high work performance and penalty for low work performance need to be developed further. In turn, all components mentioned above will improve work productivity as a final goal of management especially nursing management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhevy Setya Wibawa
"Disertasi ini membahas tentang proses terbentuknya kapital budaya melalui
kegiatan eksrakurikuler di kampus. Studi yang dilakukan di Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya Jakarta, mengkaji pengalaman mahasiswa menggunakan
waktu luang dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Studi ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat
meningkatkan kapital budaya dalam dimensi manusia dan institusional. Mengikuti
kegiatan esktrakurikuler di kampus merupakan salah satu representasi aktivitas
waktu luang terstruktur. Habitus mahasiswa menggunakan waktu luang dengan
aktivitas waktu luang terstruktur merupakan habitus yang terbentuk melalui
konstruksi budaya, melalui peran tiga agen sosialisasi yaitu keluarga, institusi
pendidikan, dan kelompok teman sebaya. Temuan studi ini menunjukkan bahwa
habitus mahasiswa mengisi waktu luang dengan aktivitas waktu luang terstruktur
merupakan reproduksi budaya melalui keluarga dan/atau sekolah. Namun
demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat memberi peluang bagi proses produksi
sosial dan dapat meningkatkan kapital sosial mahasiswa.

This dissertation discusses the formational process of cultural capital through on
campus extracurricular activities. This Studies conducted in Indonesia Atma Jaya
Catholic University Jakarta, examined the experience of students who use their
free time by participating in extracurricular activities. This study used a
qualitative approach. Students who participate in the extracurricular activities can
enhance the cultural capital dimensions in human and institutional dimensions.
Participate in the on-campus extracurricular activities is one of representation of
structured leisure time activities. Habitus of students to use free time with
structured leisure time activities is habitus which is formed through construction
of culture, through the role of three of socialization agents, namely families,
educational institutions, and peer groups. The findings of this study suggest that
the habitus of students to fill their free time with structured leisure time activities
are reproduction of culture through family and/or school. However,
extracurricular activities can provide opportunities for social production process
and can increase the social capital of students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library