Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
El Askary, Abd El Salam
Lowa: Blackwell Munksgaard, 2007
617.692 ASK f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zucchelli, Giovanni
Milan; Chicago: Milan ; Chicago, 2013
R 617.6 ZUC m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Delania
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Restorasi estetik Porcelain laminate veneer PLV menggunakan semen resin sebagai bahan adhesif pada permukaan gigi. Salah satu faktor keberhasilannya adalah kesesuaian warna PLV dengan gigi yang ada, dimana semen menjadi faktor yang mempengaruhi. Kontroversi dari hasil penelitian beberapa literatur serta fenomena klinis menemukan terjadinya perubahan warna PLV sesaat maupun setelah jangka panjang penggunaan semen resin light dan dual cure. Namun penelitian tersebut menggunakan warna semen serta ketebalan dan warna PLV yang berbeda-beda. Tujuan: Mengevaluasi perubahan warna PLV yang disementasi dengan semen resin light dan dual cure dengan warna semen, ketebalan dan warna PLV yang sama. Metode: 12 PLV IPS Emax 0.5mm, di sementasi dengan semen resin light dan dual cure warna translusen pada model. Perubahan warna PLV setelah sementasi 0 dan 24 jam dievaluasi menggunakan spektrofotometer. Hasil: ?E PLV dengan semen resin light dan dual cure antara 0 dengan 24 jam menunjukkan perubahan warna, namun tidak bermakna p>0.05 . Perubahan terbesar terjadi pada PLV dengan semen resin dual cure. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara PLV yang disementasi dengan semen resin light dan dual cure setelah 24 jam p>0.05 . Kesimpulan: Ditemukan perubahan warna pada sementasi PLV dengan semen resin light dan dual cure namun masih dapat diterima secara klinis dan estetik.
ABSTRACT Background Esthetic Porcelain laminate veneer PLV restoration uses resin cements as the adhesive to bond to tooth. PLV rsquo s significant esthetic factor is color match of itself to existing dentition, where cement is one of influencing factors. Controversy of previous studies in literatures and clinical phenomenon found that PLV rsquo s color may change right after cementation using light and dual cure resin cement and after a long term. Nevertheless, those were found using several cement colors on different thickness and colors of PLV. Objectives To evaluate color change of same thickness and color of PLV, cemented with same color light and dual cure resin cement. Methods 12 PLV IPS Emax 0.5mm cemented to models with translucent light and dual cured resin cements. Color change at 0 and 24 hours post cementation were evaluated using spectrophotometer. Result E PLV cemented with light and dual cure resin cements from 0 to 24 hours revealed color difference, however statistically insignificant P 0.05 . PLV with dual cure resin cement has the highest E. There is insignificant difference between E of light and dual cure after 24 hours p 0.05 . Conclusion Color changes of PLV cemented with light and dual cure resin cement are within clinically and esthetically acceptable.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Harsawibawa
Abstrak :
Tesis ini berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan mendalam atas pemikiran Estetika Kant. Oleh sebab itu ia harus berbicara tentang latar belakang pemikiran Estetika Kant yang meliputi pemikiran urnurn Kant di dalam filsafat kritisnya, dan juga Sejarah Estetika pra-Kant. Dengan menggunakan filsafat kritisnya sebagai latar belakang, maka pemikiran Estetika Kant dipandang sebagai usaha untuk menjembatani "jurang" antara "keniscayaan alam" -- hasil pemikiran Critique of Pure Reason, dan "kebebasan" -- hasil Critique of Practical Reason. Jadi, keindah.an analog dengan keniscyaan alam, dan sublim analog dengan kebebasan. Sedangkan seni dan genius nienunjukkan analogi kerjasama antara alam dan kebebasan dalam menghasilkan suatu bal. Dengan menggunakan Sejarah Estetika sebagai latar belakang, pemikiran Estetika Kant menjadi kulminasi dari permasalahan-permasalahan Estetika pra-Kant, terutama permasalahan Estetika yang dimunculkan oleh para filsuf Inggris. Unsur penyatu di dalam pemikiran Estetika Kant itu adalah "judgment". Secara garis besar pokok-pokok permasalahan di dalam pemikiran Estetika Kant dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) permasalahan keindahan dan sublim, dan (2) permasalahan seni dan genius. Pembahasan permasalahan keindahan dan sublim di.mulai dengan menggunakan sarana judgment of taste, dan judgment of taste itu sendiri diterangkannya dengan menggunakan momen-momen seperti yang terdapat di dalam Critique of Pure Reason. Menurut Kant, terdapat 4 momen judgment of taste, dan mereka disebut "momen-momen keindahan". Keindahan dan sublim merupakan objek-objek yang menghasilkan peristiwa estetis. Keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu: keindahan bersifat sangat teratur, sedangkan sublim bersifat sangat tidak teratur -- sublim kemudian dibedakan menjadi sublim yang matematis dan sublim yang dinamis. Setelah keindahan dan sublim adalah permasalahan seni dan genius. Maksud kedudukan seni dan genius di dalam "Deduksi Aesthetic Judgment" adalah bahwa, pertama-tama, genius di dalam seni menunjukkan peran atau sumbangan alam dalam "peristiwa keindahan" di dalam seni. Kedua, "seni" dalam arti Kantian adalah bukan objek khusus yang hadir di hadapan kita; "seni" dalam arti Kantian adalah semacam "proses", ia adalah suatu "gangguan" di satu atau dua pancaindera kita! "Proses permainan" itu terjadi di dalam dunia supersensible. Hal ini membuktikan keberadaan dunia supersensible. Kembali lagi pada persoalan genius di atas; hanya seorang genius saja yang dapat membuat atau berbuat hal seperti itu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Yudistira
Abstrak :
Seni adalah salah satu perwujudan ekspresi dari manusia untuk mengungkapkan eksistensinya. Dan berbicara tentang seni maka yang menjadi permasalahan pokoknya adalah keindahan atau yang lebih dikenal dengan istilah estetika. Estetika ini tercipta atas dasar implementasi kreativitas dari cipta, rasa, dan karya dari manusia. Karena itu, estetika atau keindahan berfungsi sebagai jiwa dan seni sekaligus sebagai sistem kebudayaan di dalam berkesenian, yang didalamnya terdapat nilai-nilai, pedoman, gagasan-gagasan vital, dan keyakinan-keyalinan manusia di dalam berkesenian. Kesenian itu sendiri termasuk ke dalam jenis kebutuhan integratif manusia, yaitu suatu kebutuhan yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan bersifat universal, tanpa mengenal ruang dan waktu. Hal ini mengandung pengertian bahwa manusia selain diharuskan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya untuk bisa bertahan hidup, ia juga harus menghadapi kebutuhan spiritual, salah satunya adalah kebutuhan keindahan. Macam-macam bentuk kesenian, salah satunya adalah seni pertunjukan yang termasuk di dalamnya drama atau teater. Kabuki termasuk teater tradisional Jepang, merupakan salah satu dari empat seni pertunjukan tradisonal Jepang yang terkenal. Pada masa-masa sebelumnya, di Jepang, khususnya dalam bidang seni, pertunjukan tidak pernah diciptakan dan kalangan rakyat biasa (shomin).Seperti halnya seni dan sastra telah berkembang di kalangan kaum bangsawan atau samurai (zaman sebelum kinsei). Berkaitan dengan hal tersebut, kabuki diciptakan oleh rakyat biasa (shomin) sebagai sarana komunikasi yang memuat pemikiran, nilai-nilai, serta keyakinan masyarakat Jepang menengah bawah berfungsi sebagai sarana untuk untuk memperkenalkan Jepang kepada dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususny. Dengan demikian untuk dapai mengapresiasi kesenian rakyat Jepang ini perlu mengkaji konsep keindahan dan makna simboliknya. Salah satu ekspresi keindahan kabuki terdapat dalam tehnik peran atau Enshutsu.. Tehnik peran (enshutsu) di dalam kabuki ini mewujudkankekhasan dari seni pertunjukan tersebut, karena di dalam tehnik peran (enshutsu) ini terdapat gaya atau sytle yang menjadi kekhasan kabuki tersebut. Karena itu tehnik peran ini dipilih oleh penulis untuk mengkaji bentuk ekspresi keindahan di dalam kabuki. Ada 3 konsep keindahan pada kabuki, yaitu youshiki, hikinbi dan hiteibi. Berkaitan dengan paparan di alas, muncul permasalahan mengenai perwujudan pertunjukan kabuki berdasarkan ketiga konsep diatas, yakni mengkaji tehnik peran dalam kabuki secara estetis dan mencari makna simbolisnya, serta makna yang tersirat maupun tersurat di dalam pertunjukan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengidentifikasikan, menjelaskan, dan memahami tentang pertunjukan Kabuki khususnya Yoshitsune Sembonzakura, nilai-nilai estetika youshikibi, hikinbi, dan hiteibi yang diekspresikan dalam pertunjukan Yoshitsune Sembonzakura, serta makna yang terkandung dalam tehnik peran atau enshutsu dalam cerita Yoshitsune Sembonzakura pada seni pertunjukan kabuki. Dengan membatasi pada unsure keindahan kabuki yang terdapat pada tehnik peran (enshutsu) khas kabukiyang muncul pada midokoro dalam pertunjukan Yoshitsune Sembonzakura. Mengacu kepada permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, diperlukan teori-teori untuk memecahkan permasalahan tersebut diatas, yaitu : teori budaya, kesenian, karya seni, estetika dan estetika seni pertunjukan youshikibi, hikinbi, dan hiteibi. Selain itu digunakan juga teori semiotik sebagai acuan di dalam menganalisis data. Metode yang dipakai di dalam penulisan ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kepustakaan, dan observasi pertunjukan teater kabuki melalui rekaman pertunjukan untuk memperoleh data.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Retnowati
Abstrak :
Tarian Angguk merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat petani Purworejo, Jawa Tengah. Seni tradisional sangat erat hubungannya dengan segala ritus keagamaan dan kewajiban serta tanggungjawab kemasyarakatan yang beraneka ragam. Secara harfiah kesenian tradisional mencerminkan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu segala ekspresi kebudayaan dan masyarakat merupakan ekspresi kolektif. Dengan demikian maka muncul pertanyaan: apa yang diekspresikan oleh tarian Angguk? Dari sudut seniman, proses penciptaan seni diwarnai oleh tradisi masyarakat yang menjadi satu dalam karya seni. Peranan kondisi-kondisi psikis yang memberi peluang pada kebebasan, kepekaan dan keberanian membantu tumbuh dan berkembangnya kreatifitas. Dari sudut karya seni, tarian Angguk merupakan ekspresi perasaan dan perwujudan nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai kehidupan yang berbentuk pandangan hidup. Nilai lain yang tampil dan dapat ditangkap adalah nilai inderawi dan nilai bentuk. Dari sudut apresiasi masyarakat, tarian Angguk merupakan sarana untuk mencapai eksistensi yang lebih sempurna. Dengan demikian maka tarian Angguk merupakan ekspresi kebudayaan masyarakat petani di Purworejo dan sekaligus sebagai intensifikasi realitas.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
As esthetic dentistry continues to grow in popularity, dentists are offered an opportunity to expand their practices and attract new patients. Esthetic Dentistry in Clinical Practice provides dentists with the skills to take advantage of that opportunity. Clearly outlining esthetic procedures, the book enables dentists to treat patients in an efficient and clinically sound manner, bringing esthetic dentistry to everyday practice.
Ames, Iowa: Wiley Blackwell, 2010
617.6 EST
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ria Ramadhan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh social media influencer attributes dan content esthetic terhadap attitude toward endorsed brand dan brand link click behavior pada brand fashion lokal dengan mediasi followers’ brand content engagement untuk pengguna Instagram berusia 17 – 35 tahun di Jabodetabek. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menginvestigasi faktor social media influencer attributes apa yang mempengaruhi attitude toward endorsed brand dan brand link click behavior melalui followers’ brand content engagement. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode partial least square - structural equation modeling (PLS-SEM). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa contributing dapat memediasi hubungan similarity dan followers’ attitude, trustworthiness dan content esthetic memberikan pengaruh terhadap followers’ attitude, followers’ attitude dapat memediasi hubungan antara contributing dan link click behavior, dan followers’ engagement memberikan pengaruh langsung terhadap terjadinya brand link click behavior.  ......This research aims to analyze the influence of social media influencer attributes and content aesthetics on attitude toward endorsed brands and brand link click behavior in local fashion brands, mediated by followers' brand content engagement for Instagram users aged 17–35 in Jabodetabek. In this study, the researcher intends to investigate which social media influencer attributes affect attitude toward endorsed brands and brand link click behavior through followers' brand content engagement. This research is a quantitative study using the partial least square - structural equation modeling (PLS-SEM) method. The results of this study found that contributing can mediate the relationship between similarity and followers' attitude, trustworthiness and content aesthetics influence followers' attitude, followers' attitude can mediate the relationship between contributing and link click behavior, and followers' engagement directly affects brand link click behavior.
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library