Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meiry Heniarita
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor mendorong meningkatnya kehutuhan masyarakat dan dunia terhadap bahan bakar khususnya bensin (gasoline). Gasofine dihasilkan dari minyak bumi, sehingga peningkatan kebutuhan gasoline akan mengakibatkan pula peningkatan kebutuhan minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Karena itu, dibutuhkan sumber altematif untuk menghasilkan gasoline. Salah satu sumber altematif itu adalah minyak kelapa sawit yang merupakan senyawa hidrokarbon dan Indonesia mempakan negara kedua penghasil minyak kelapa sawit terbesardi dunia.

Pada penelitian ini biogasoline disintesis dengan cam perengkahan (cracking) metil ester hasil transesterifikasi minyak kelapa sawit. Perengkahan dilakukan dengan menggunakan insiator metil etil keton peroksida (MEKP) dan katalis asam sulfat (H2SO4)_ Kondisi operasi berada pada tekanan atmosfer serta dilakukan variasi suhu dan variasi komposisi katalis dengan metil ester.

Untuk mengetahui terjadinya perenglcahan dilakukan analisis berat molekul sebagai fungsi densitas dan titik didih, viskositas yang dianalisis menggunakan viskometer Ostwald, bilangan olctana dengan metode ASTM D-976 termodifikasi dan analisa perubahan struktur molelcul dengan menggunakau metode FTIR.

Kondisi operasi terbaik untuk perengkahan metil ester pada penelilian ini berada pada komposisi katalis-metil ester 1:50 dan suhu reaksi 150°C_ Reaksi perengkahan tersebut dapat menwunkan berat molekul metil ester dari 284.3 gr/mol menjadi 219.69 gr/mol. Hasil perengkahan ini juga memiliki bilangan oktana tertinggi, yaitu sebesar 89.28. Sedangkan analisis PTIR menunjukkan adanya perubahan struktur metil ester menjadi senyawa dengan rantai molekul yang lebih pendek serta cabang yang lebih banyak. lnisiator MEKP menyebabkan semua ikatan rankap terputus karena inisiator bereaksi dengan metil ester membentuk radikal bebas yang lebih mudah bereaksi dengan katalis sehingga reaksi perengkahan berlangsung lebih hebat.

Dari segi berat molekul dan bilangan oktana, biogasoline ini sudah mendekati bensin premium, namun dari segi viskositas dan densitas, senyawa ini masih lebih besar daripada bensin.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rah Adi Satrio
Abstrak :
Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan elektrik dari isolasi minyak nabati pada transformator yang disebabkan oleh tekanan termal. Eksperimen yang dilakukan adalah percepatan penuaan secara termal pada isolasi minyak menggunakan pemanas listrik dengan durasi waktu 168 jam dengan temperatur 100 C, 96 jam dengan temperatur 115 C, dan 48 jam dengan temperatur 125 C. Dari hasil eksperimen dilakukan analisa karakteristik fisik dengan cara pengamatan visual terhadap perubahan warna dan melakukan pengujian tegangan tembus untuk mengetahui karakteristik elektrik dari isolasi minyak. Kemudian dilakukan perhitungan untuk estimasi umur isolasi menggunakan pendekatan Hukum Arrhenius dan pendekatan ketahanan isolasi terhadap tegangan tembus. Pengujian ini berlandaskan standar IEC 156:1995 yaitu menggunakan elektrode setengah bola-setengah bola dengan jarak sela 2,5 mm. Hasil akhirnya nilai tegangan tembus minyak nabati Minyak Sania pada kondisi standar sesuai IEC 156, yaitu yang tertinggi sebesar 24,02 kV/2,5 mm dan yang terendah adalah 10,93 kV. Pengujian lain yang dilakukan yaitu pengujian titik nyala yang didapatkan sebesar lebih dari 185 C, yang dapat disimpulkan bahwa minyak nabati memiliki keunggulan dalam aspek keamanan api.
This study purpose is to know the physical and electrical characteristics of natural ester as transformer insulating fluid which affected by the thermal stress. This experiment done by doing through thermal aging acceleration method to the natural ester with duration of 168 hours in temperature of 100 C, 96 hours with temperature of 115 C and 48 hours with temperature of 125 C. From this experiment it is by doing analysis to the physical and electrical characteristics by observing the color and doing a breakdown voltage test to know the natural ester characteristics. Then it is calculating the lifetime estimation by method of Arrhenius law This experiment based from IEC 156 1995 which is by using half sphere electrode with the gap of 2,5 mm. The result of natural ester Minyak Sania breakdown voltage with the IEC 156 standard, the highest are 24,02 kV 2,5 mm and the lowest is 10,93 kV. The other test is flash point test of natural ester Minyak Sania which is above 185 C and it would be one of the advantage of natural ester in aspect of fire safety.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherley
Abstrak :
Senyawa antibiotika memegang peranan penting di dalam pengobatan berbagai macam penyakit infeksi baik yang disebabkan oleh mikroba maupun yang disebabkah oleh virus. Senyawa - antibiotika UK-3 telah diisolasi dari miselium Streptomyces-sp. 517-02 -dan diketahui mempunyai aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan sel kanker. Total sintesis senyawa UK-3 dan analognya juga telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mensmtesis senyawa Analog UK-3 (SH-I, SH-3) yang diharapkan mempunyai aktivitas yang lebih besar dari senyawa aslinya. Metode sintesis yang digunakan adalah melalui tiga tahap reaksi. Tahap pertama adalah reaksi esterifika L-seiin dan heksanol dengan katalis asam p-TsOH dalam bonzen. Selanjutnya pada tahap kedua adalah pembentukan 2-hidroksinikotinil-heksil-serin-ester antara asam 2-hidroksinikotinat dan heksilserin-ester-p-TsOH dengan katalis/aktivator DMAP/DCC dalam piridin. Reaksi terakhir adalah esterifikasi senyawa 2-hidroksinikotinil-serin-heksil-ester dengan anhidrida asetat dalam piridin menghasilkan SH-l, dengan asam fenil propanoat dan oktanoat dengan DMAP/DCC dalamdiklorometan masing-masing menghasilkan SH-2 dan SH-3. Senyawa hasil sintesis diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer Infra Merah (FT-IR), spektrometer Resonansi Magnetik-Inti (1H-NMR), spektrofotometer, Ultra Violet dan -spektrometer- Massa (MS). Pengujian aktivitas senyawa analog UK-3 dilakukan dengan uji antimikroba-terhadap beberapa mikroba dan uji toksisitas terhadap Brine Shrimp. Senyawa SH-3 aktif menghambat pertumbuhan terhadap bakteri Escherichia coil dan Candida albicans sampai konsentrasi 75 ppm, sedang SH-2 menunjukkan aktivitas paling tinggi terhadap uji Brine Shrimp dengan nilai LC50 pada konsentrasi 700,22 ppm.
The Synthesis And Biological Activity Test Of Antibiotic UK-3 Analogues (2-idroxynicotinyl-Hexyl-Serine-Ester-And Its Derivatives) Antibiotic compounds play important role in medical treatment of various infection diseases either caused by microbes or viruses. The Antibiotic UK-3 has been isolated from mycelim Streptomyces sp. 517-02 and found that its activity inhibits the growth of bacteria and cancer cells. Total synthesis of UK-3 and its analogues have been conducted as well. The goal of this research is to synthesize various analogues of UK-3 (SH-1, SH-2, SH-3) which is hoped to have higher activities than that of the original compound. The synthesis method consist of three reaction steps. The first step is esterification reaction of -L-serine and hexanol with catalyst p-TsOH in -benzene. The -second -step is the formation of -2-hydroxynicotinyl-hexyl-serine-ester between 2-hydroxynicotinyl acid and hexyl-serine-ester with catalyst/activator DMAPIDCC in pyridine. The last reaction is esterification of 2 hydroxynicotinyl-serine-ester-compound and acetic-anhydrid in pyridine - which form SH-1. If phenyl propionic acid or octanoic acid was used in the presence of DCCIDMAP in dichloromethane, the product formed was SH-2 and SH-3. The product of each step was identified and characterized by means Infra Red spectrophotometer (FTIR), 1H-NMR spectrometer, UV spectrophotometer and Mass spectrometer. The activity of SH-l, SH-2 and SH-3 as antimicrobes tested against several microorganism and their toxicity was tested against Brine Shrimp. SH-3 was found active against E. coil and C. albicans up to the concentrations of 75 ppm, while SH-2 indicated the highest activity on Brine Shrimp test with the value of LC50 in the concentrations of 700,22 ppm.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deru Vardeo
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa surfaktan methyl ester sulfonic acid (MESA) sebagai inhibitor presipitasi asphaltene minyak bumi. Performa MESA dievaluasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan hasilnya menunjukkan bahwa performa optimum dicapai pada rasio volume crude oil/MESA 100:25. FTIR digunakan untuk mengkarakterisasi interaksi asam-basa dan hasilnya mengindikasikan bahwa MESA dapat berinteraksi asam-basa dengan partikel asphaltene. Berdasarkan ukuran partikelnya, asphaltene berada pada tiga kondisi, yaitu stable asphaltene, colloidal asphaltene, dan flocculated asphaltene. Analisis distribusi ukuran partikel menunjukkan bahwa MESA dapat menstabilkan koloid asphaltene dan mereduksi ukuran agregat asphaltene. Penambahan 25 % surfaktan MESA dapat mereduksi ukuran partikel asphaltene dari 1521,55 nm menjadi 404,88 nm. Hasil uji korosi menunjukkan bahwa MESA dapat meningkatkan laju korosi logam namun masih dibawah batas maksimum untuk logam stainless steel 316 dan 304.
ABSTRACT
The main objective of this research presented herein was to evaluate performance of methyl ester sulfonic acid (MESA) as inhibitor of petroleum asphaltene precipitation. MESA was evaluated using UV-Visible spectrophotometer and the result showed that the optimum performance of MESA was at crude oil/MESA ratio 100:25 by volume. FTIR was used to characterize acid-base interaction and the result indicated that MESA could interact with asphaltene particle via acid-base interaction. The particle size distribution measurement showed three different conditions of asphaltenes: stable asphaltenes, colloidal asphaltenes, and flocculated asphaltenes, on the basis of aggregate sizes. The result indicated that MESA could stabilize colloidal asphaltenes and reduce the size of asphaltene agregates. Adding 25 % of MESA could reduced the size of asphaltene particles from 1521,55 nm to 404,88 nm. Corrosion test showed that MESA could increase metal corrosion rate but were still below allowed standard for stainless steel 316 and 304.
2015
T44594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Supriningsih
Abstrak :
Telah dilakukan proses pembuatan metil ester sulfonat (MES) dengan bahan awal metil ester (ME) dari crude palm oil (CPO) dan H2SO4 sebagai agen pensulfonasi. Reaksi pembuatan MES terdiri dari 3 tahap: sulfonasi dengan H2SO4, pemurnian dengan metanol, dan penetralan dengan NaOH. Optimasi dilakukan dengan variasi waktu reaksi ( 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 jam) dan variasi penambahan metanol (25, 30, 35, 40, dan 45 %). Produk reaksi dianalisis dengan spektrofotometer infra merah dan dilakukan uji angka asam, angka iod, kandungan surfaktan anionik, dan uji screening surfaktan. Screening surfaktan terdiri dari: uji kompatibilitas, tegangan antar muka, stabilitas termal dan kelakuan fasa. Produk reaksi pembuatan MES menunjukkan bahwa MES adalah suatu ester yang diperkirakan tersulfonasi pada Cα. Kondisi optimum proses pembuatan MES diperoleh pada waktu reaksi optimum 1,5 jam dan penambahan jumlah metanol optimum 40 %. Pada kondisi optimum tersebut diperoleh MES dengan nilai tegangan antar muka 3,68.10-2; 3,52.10-2; 3,17.10-2; dan 3,07.10-2 dyne/cm pada konsentrasi surfaktan 0,3; 0,5; 0,7; dan 1,0 %. Produk MES yang diperoleh dapat dipertimbangkan sebagai surfaktan untuk enhanced oil recovery (EOR). ......The synthesis of methyl ester sulfonate (MES) was conducted using methyl ester (ME) produced from crude palm oil (CPO) with H2SO4 as sulfonating agent. The synthesis consisted of three steps-processes : sulfonation reaction with H2SO4, purification with methanol and neutralization with NaOH. The sulfonation reaction was carried out in time interval of 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 hours and variation of addition methanol of 25, 30, 35, 40, and 45 %. The products were analyzed with FTIR method, in addition to the determination of acid number, iodine number, surfactant content, and screening of surfactant. The screening of surfactant consisted of compatibility test, interfacial tension test, thermal stability test, and phase behavior test. The synthesized MES showed that MES was an ester compound and the sulfonate group was bond at Cα.The optimum sulfonation reaction was achieved for 1,5 hours and 40 % methanol addition, in which the interfacial tension (IFT) of MES 3,68.10-2; 3,52.10-2; 3,17.10-2; and 3,07.10-2 dyne/cm at concentration of surfactant 0,3; 0,5; 0,7; and 1,0 % respectively. The product of MES can be considered as a surfactant for enhanced oil recovery (EOR).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29074
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Syuja
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan sintesis ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan ester asam risinoleat secara kimiawi dengan menggunakan variasi alkohol yaitu metanol, etanol, 2-propanol, dan 1-butanol serta katalis ZnCl2. Perbandingan mol antara asam lemak dengan alkohol yang digunakan dalam reaksi esterifikasi adalah 1:2. Selain itu reaksi esterifikasi dilakukan variasi waktu pada 4, 6, 8, 10 dan 12 jam. Hidrolisis dari minyak jarak menghasilkan 87% kadar asam lemak. Waktu optimal untuk reaksi esterifikasi adalah 10 jam. Persen konversi paling tinggi diperoleh pada produk metil ester asam risinoleat yaitu sebesar 68%. Hasil karakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan adanya serapan gugus C=O ester pada rentang 1750-1735 cm-1 dan C-O ester pada 1210-1163 cm-1. Hasil uji emulsifier produk esterifikasi menunjukkan bahwa setelah 24 jam emulsi yang terbentuk masih cukup stabil, dengan tipe emulsi air dalam minyak (w/o). Kemampuan sebagai emulsifier paling baik ditunjukkan oleh metil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak, Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis memberikan hasil positif untuk beberapa jenis ester. Zona hambat terbesar diperoleh dari butil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak untuk bakteri P. acnes sebesar 20 mm dan butil ester asam lemak risinoleat untuk bakteri S. epidermidis sebesar 18 mm.
In this research, synthesis of fatty acid esters from hydrolyzed castor oil and ricinoleic acid ester using various alcohol, namely methanol, ethanol, 2-propanol, and 1-butanol and ZnCl2 as catalyst was performed. The fatty acids to alcohols mole ratio used in the esterification reaction was 1 : 2. Esterification reaction was carried out with a time variation 4, 6, 8, 10 and 12 hours. Hydrolysis of castor oil produced 87% of fatty acid. The optimal time for the esterification reaction was 10 hours. The highest conversion percentage was obtained for ricinoleic acid methyl esters product, which was 68%. Characterization using FTIR showed the presence of group absorption of C = O esters at wavenumber 1750-1735 cm-1 and C-O esters at 1210-1163 cm-1. Emulsifier test result on esterification product showed that after 24 hours the emulsion formed was still quite stable, with the type of water-in-oil (w/o) emulsion. Methyl ester of castor oil fatty acid showed its ability as the best emulsifier among the other esters Antimicrobial activity assays against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis showed positive results for several types of esters. The largest inhibition zone was obtained from butyl ester of castor oil fatty acid against P. acnes (20 mm) and butyl ester of ricinoleic acid against S. epidermidis (18 mm).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindia Latwo Septipa
Abstrak :
ABSTRAK
Asam galat merupakan senyawa yang dikenal memiliki potensi terapetik yang luas, sebagai antibakteri, antifungal, antiviral, antinflamasi, antialergi, hepatoprotektif, antitrombotik, dan antikarsinogenik. Potensi asam galat sebagai antibakteri merupakan peluang untuk menemukan alternatif antibakteri baru. Reaksi esterifikasi dengan senyawa alkohol dilakukan pada asam galat untuk menghasilkan derivat alkil ester galat. Senyawa asam galat dan derivatnya diujikan pada Pseudomonas aeruginosa. Kontrol positif penelitian ini adalah antibiotik Seftazidim. Pengujian dilakukan dengan metode makrodilusi berdasarkan observasi kekeruhan tabung dan uji konfirmasi dengan plat agar darah. Senyawa dibagi dalam lima kelompok konsentrasi berbeda dan dilakukan pengukuran dua kali pengulangan duplo . Hasil penelitian dinyatakan dalam Konsentrasi Hambat Minimum KHM berdasarkan hasil metode makrodilusi. Dari sepuluh derivat alkil ester galat yang diujikan, dua derivat yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan terhadap bakteri P.aeruginosa, yakni senyawa derivat benzil galat pada konsentrasi 1967 ?g/mL dan amil galat pada konsentrasi 1822 ?g/mL. Peningkatan aktivitas antimikroba terhadap P.aeruginosa dipengaruhi oleh jumlah gugus atom karbon C , jumlah cabang dan cincin aromatis benzene.
ABSTRACT
Gallic acid is known as substance which has broad bioactivities as antibacterial, antifungal, antiviral, anti inflammatory, anti allergy, hepatoprotective, anti thrombotic, and anti cancer. Potent antibacterial activity of gallic acid has become an opportunity to develop a new antibacterial agent through structure modification of gallic acid. Antibactrial activity of gallic acid and its alkyl ester derivatives were evaluated against Pseudomonas aeruginosa with Seftazidim antibiotic as a positive control. Macrodilution method is used to observe the turbidity of each tested sample and followed by confirmation test by blood agar. The tested samples are divided into five different concentration. Antibacterial activity is expressed by Minimum Inhibitory Concentration MIC based on the result of macrodilution method. Among ten alkyl ester derivatives of gallic acid , two derivatives showed antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa, namely, benzyl gallate MIC 1967 g mL and amyl gallate MI C 1822 g mL . Improved antimicrobial activity against P.aeruginosa are influenced by the number of atoms of carbon C , amount of branch and aromatics benzene ring.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria
Abstrak :

Surfaktan ester sukrosa telah berhasil disintesis dari molase dan limbah minyak jelantah. Sintesis surfaktan ester sukrosa telah dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester dan molase. Metil ester telah didapatkan dari minyak jelantah melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis homogen basa NaOH dengan yield sebesar 78,67% dan kadar metil ester 99,59%. Reaksi transesterifikasi metil ester dan molase telah dilakukan menggunakan pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) dan katalis Na2CO3 sebanyak 13 mol% ester dengan variasi rasio mol molase terhadap metil ester 3:1, 5:1, dan 8:1 pada suhu 90oC selama 4 jam. Surfaktan ester sukrosa yang dihasilkan adalah sukrosa mono-linoleat dan sukrosa mono-oleat yang dikarakterisasi menggunakan instrument analisis LC-MS. Surfaktan ester sukrosa dihasilkan paling banyak pada rasio mol molase terhadap metil ester 8:1.


Sucrose ester surfactants have been successfully synthesized from molasses and waste cooking oil waste. Synthesis of sucrose ester surfactants was carried out through a transesterification reaction between methyl esters and molasses. Methyl ester has been obtained from waste cooking oil through a transesterification reaction using a homogeneous base catalyst NaOH with a yield of 78.67% and FAME content of 99.59%. Transesterification reactions of methyl esters and molasses have been carried out using dimethyl sulfoxide (DMSO) as solvent and Na2CO3 as catalyst as much as 13 mol% of esters with variations of molasses to methyl ester mole ratio 3:1, 5:1, and 8:1 at 90oC for 4 hours. The sucrose ester surfactant produced were sucrose mono-linoleic and sucrose mono-oleic which were characterized using LC-MS analysis instruments. Sucrose ester surfactants with highest production produced at molasses to ester mol ratio of 8: 1.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisya Rahmah
Abstrak :
Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai salah satu penyebab kematian akibat kanker bagi wanita. Banyak upaya yang dilakukan dalam pengembangan obat antikanker, khususnya dari senyawa bahan alam. Senyawa ester gula dapat digunakan sebagai salah satu kandidat obat antikanker karena ester gula diketahui memiliki aktivitas antikanker. Pengujian aktivitas antikanker dilakukan dengan uji MTT terhadap sel MCF-7 sebagai salah satu model lini sel kanker payudara yang banyak digunakan. Pada penelitian ini, esterifikasi asam palmitat dengan gula D-fruktosa, D-manosa, dan manitol dilakukan secara enzimatik menggunakan lipase Eversa® Transform 2.0 dengan pelarut n-heksana pada suhu 40°C selama 48 jam dalam penangas minyak. Karakterisasi ester gula dengan FTIR menunjukkan adanya puncak serapan C=O pada daerah bilangan gelombang 1734 cm-1 . Hasil %konversi asam lemak pada reaksi esterifikasi pembentukan ester fruktosa, ester manosa, dan ester manitol, masing-masing, diperoleh sebesar 27,3%, 21,4%, dan 11,7%. Hasil pengujian emulsifier menunjukkan bahwa ketiga ester gula dapat membentuk emulsi W/O yang stabil. Berdasarkan uji MTT, diperoleh nilai IC50 untuk masing-masing ester fruktosa, ester manosa, dan ester manitol sebesar 70,3 µg/mL, 86,6 µg/mL, dan 32,1 µg/mL. Ester fruktosa dan ester manosa masuk ke dalam kategori aktivitas sitotoksik yang lemah, sementara ester manitol masuk ke dalam kategori aktivitas sitotoksik yang sedang. ......Breast cancer ranks first as one of the causes of death for women. There have been many efforts to develop an anticancer drug, especially from natural compounds. Sugar ester compounds can be used as a candidate for anticancer drugs because sugar esters are known to have anticancer activity. Anticancer activity was carried out using the MTT test on MCF-7 cells as one of the most widely used models of breast cancer cell lines. In this study, enzymatic esterification of palmitic acid with D-fructose, D-mannose, and mannitol sugars used Eversa® Transform 2.0 lipase with n-hexane solvent at 40°C and incubated for 48 hours. Sugar esters characterized by FTIR showed a C=O absorption peak in the wavenumber region of 1734 cm-1 . The %conversion of fatty acids in the esterification reaction for fructose esters, mannose esters, and mannitol esters were 27.3%, 21.4%, and 11.7%, respectively. The results of the emulsifier test showed that the three sugar esters could form a stable W/O emulsion. Based on the MTT test, the IC50 values for each fructose ester, mannose ester, and mannitol ester were 70.3, 86.6, and 32.1 µg/mL. Fructose ester and mannose ester have weak cytotoxic activity, while mannitol ester has moderate cytotoxic activity.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>