Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shirly Kumala
Abstrak :
Ruang Lingkup dan metodologi: Pasca paparan antibiotik di bawah KHM mempengaruhi proses sintesis dan lisis septum bakteri, perubahan bentuk dan ukuran bakteri, penurunan jumlah pertumbuhan bakteri serta berkurangnya daya melekat bakteri pada set pejamu sehingga akan mempengaruhi aktivitas fagosit PMN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas fagosit PMN pada bakteri pasca paparan antibiotik di bawah KHM, dengan mengukur 'up take' dan 'killing' bakteri. Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coil ATCC 25922 dilabel dengan (methyl 3H) thymidine, dipaparkan antibiotik sefprosil dengan dosis ½, ¼ dan KHM selama 3 jam. Pengukuran 'up take' dan 'killing' bakteri dilakukan setelah bakteri diinkubasi dengan PMN selama 5, 10, dan 20 menit. Hasil dan kesimpulan : Nilai rata-rata persen 'up take' dan 'killing' untuk Staphylococcus aureus pada paparan antibiotik sefprosil dosis ½, 1/4 KHM sama dibandingkan 'up take' dan 'killing' Staphylococcus aureus pads paparan antibiotik sefprosil dosis KHM (p > 0,05). Nilai rata-rata persen 'up take' dan 'killing' untuk Escherichia coil pada paparan antibiotik sefprosil dosis 1/2 ¼ KHM sama dibandingkan 'up take' dan 'killing' Escherichia coli pada paparan antibiotik sefprosil dosis KHM (p > 0,05), namun persen 'killing' untuk paparan antibiotik sefprosil dosis ¼ KHM dalam waktu 20 menit lebih kecil bila dibandingkan dengan dosis K M (p < 0,05). 'Up take' bakteri oleh PMN untuk Staphylococcus aweus lebih besar dibandingkan dengan Escherichia coli (p < 0,05). 'Killing' bakteri oleh PMN untuk Escherichia coli pada dosis KHM lebih kecil dari 'killing' Staphylococcus aureus (p < 0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan aktivitas fagosit PMN pada Staphylococcus aureus pasca paparan sefprosil dosis KHM dan KHM sama dengan aktivitas fagosit PMN dosis KHM. Aktivitas fagosit PMN pads Escherichia call pasca paparan sefprosil dosis 1/2 KHM sama dengan aktivitas fagosit PMN dosis KHM, sedangkan pada pasca paparan antibiotik dosis KHM memberikan aktivitas fagosit PMN yang lebih kecil dibandingkan dengan dosis KHM. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan sementara bahwa dosis di bawah KHM bila perlu dapat dipertimbangkan sebagai dosis terapi, selama aktivitas fagosit PMN pada penderita cukup baik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T3699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Rianti
Abstrak :
Telab dilakukan penelitlan daya antibakteri ( cara difusi cakrain ) terhadap infus 20 % dari 8 tumbuhan pengganggu dan 6 tumbuhan bakau yang diduga mempunyai khasiat s. bagai. antibakteri, Penentuan Konsentrasi Hainbatan Minimum ( cara dilusi agar ) hanya dilakukan terhadap infus yang mew, punyal daya antibakteri. Kuman uji yang digunakan adalak Escherjchja coil ATOC 25922 dan StaDhylococcus aureus ATCC 25923. Easil yang diperoieh menunjukkan bahwa infus 20 % dan 8 tumbuhan pengganggu dan 6 tumbuhan bakau yang cLiperiksa tidak mempenlihatkan daya antibakteri terhadap kuman uji Escherjchja coil •ATCC 25922. Hanya 5 tumbuhan bakau yang me penlihatkan daya antibakteni terhadap kuman uji Staphylococcus aureus ATOC 25923, yaitu : batang, buah dan daun Ael ceras fioridurn R.&S.; daun Barrintonia psi pticp Kurz (Buton); b--tang dan daun Excoecania aa11ocha Linn (Buta-buta); batang dan daun Kandeila candei Druce (Linggoyong), dan batang Pem phis acidui p Forster (Sentigi). Daun Pem phis acidula Forster (Sentigi), daun RhizoDhora a piculata Bi. dan 8 tumbuhan pengganggu tidak meznperiihatkan daya antibakteni terbadap kumanuji Sta phylococcus aureus ATCC 25923. Tiap gram serbuk kering dari bakau tersebut rnenunjukkan daya antibakteri yang setara dengan 20 - 10.0. ug Tetrasiklin Ec. (standar). ......Telab dilakukan penelitlan daya antibakteri ( cara difusi cakrain ) terhadap infus 20 % dari 8 tumbuhan pengganggu dan 6 tumbuhan bakau yang diduga mempunyai khasiat s. bagai. antibakteri, Penentuan Konsentrasi Hainbatan Minimum ( cara dilusi agar ) hanya dilakukan terhadap infus yang mew, punyal daya antibakteri. Kuman uji yang digunakan adalak Escherjchja coil ATOC 25922 dan StaDhylococcus aureus ATCC 25923. Easil yang diperoieh menunjukkan bahwa infus 20 % dan 8 tumbuhan pengganggu dan 6 tumbuhan bakau yang cLiperiksa tidak mempenlihatkan daya antibakteri terhadap kuman uji Escherjchja coil •ATCC 25922. Hanya 5 tumbuhan bakau yang me penlihatkan daya antibakteni terhadap kuman uji Staphylococcus aureus ATOC 25923, yaitu : batang, buah dan daun Ael ceras fioridurn R.&S.; daun Barrintonia psi pticp Kurz (Buton); b--tang dan daun Excoecania aa11ocha Linn (Buta-buta); batang dan daun Kandeila candei Druce (Linggoyong), dan batang Pem phis acidui p Forster (Sentigi). Daun Pem phis acidula Forster (Sentigi), daun RhizoDhora a piculata Bi. dan 8 tumbuhan pengganggu tidak meznperiihatkan daya antibakteni terbadap kumanuji Sta phylococcus aureus ATCC 25923. Tiap gram serbuk kering dari bakau tersebut rnenunjukkan daya antibakteri yang setara dengan 20 - 10.0. ug Tetrasiklin Ec. (standar).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library