Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fabian Nathanael
Abstrak :
Di dalam lingkungan akademik, terdapat sebuah kecenderungan untuk menempatkan fenomena kecanduan judi sebagai sebuah fenomena klinis yang berakar dari permasalahan biokimiawi maupun psikologis ataupun sebagai sebuah permasalahan kultural yang mengikat proses judi kompulsif ke dalam ranah nilai-nilai kolektif suatu masyarakat. Artikel ini akan memberikan sebuah penjelasan alternatif terhadap kecanduan judi dengan mengacu pada pemikiran filosofis Nassim Taleb mengenai ketidakpastian, keberuntungan, dan probabilitas, khususya yang tertera di dalam Fooled by Randomness. Taleb memandang bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk tidak memperhatikan peran dari keberuntungan dan ketidakpastian yang sesungguhnya memiliki andil besar di dalam kehidupan manusia dan bahwa kecenderungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme sesat pikir. Di dalam artikel ini, penulis melihat subjek di dalam fenomena kecanduan judi sebagai sebuah agen epistemis yang berhadapan—dan gagal—dalam menjalankan peran epistemisnya karena ketidakpahaman akan konsep-konsep abstrak seperti probabilitas dan ketidakpastian yang memiliki peran besar di dalam perjudian. Penulis juga akan memanfaatkan Epistemologi Kebajikan dalam mensistematisasi pemikiran Taleb menjadi sejumlah kebajikan intelektual yang dapat dipraktikan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fenomena kecanduan judi terjadi karena kesalahpahaman akan probabilitas yang melibatkan pemahaman yang keliru terhadap kausalitas dan konsep asimetri dalam probabilitas. Penulis kemudian menyatakan bahwa kebajikan-kebajikan intelektual seperti gaya berpikir probabilistik, kerendah-hatian, dan kewaspadaan empiris dapat berperan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Terlebih lagi, penulis menyatakan bahwa kebajikan- kebajikan tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan.  ......In academic circles, there is a tendency to explain problem gambling as a clinical phenomenon or a cultural one. This article seeks to give an alternative explanation of problem gambling by utilizing Nassim Taleb’s thought on unceetainty, luck, and probability, especially as laid out in Fooled by Randomness. Taleb sees that humans have the tendency to overlook the role of luck and uncertainty that in actuality plays a significant role in daily life. Moreover, he argues that this overlook is a result of a number of cognitive errors. In this article, the writer sees problem gamblers as flawed epistemic agents due to their failure to realize the crucial role of uncertainty in gambling. The writer also utilizes Virtue Epistemology in systematizing Taleb’s thought into a number of intellectual virtues in facing problem gambling. This research concludes with the statement that problem gambling occurs due to a misunderstanding of probability that includes a poor conceptualization of causality and asymmetry in probability. The writer then states that intellectual virtues such as probabilistic thinking, humility, and empirical prudence can play a significant role in facing the phenomenon of problem gambling. Moreover, the writer argues the potentiality of education in instilling such virtues. 
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gigay Citta Acikgenc
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas cara menjamin keterandalan sumber pengetahuan testimoni di era teknologi informasi dan komunikasi. Perdebatan mengenai cara menjustifikasi testimoni dilatari oleh tradisi epistemologi modern yang tercermin pada argumentasi reduksionisme dan anti-reduksionisme. Reduksionisme merujuk pada tesis bahwa jaminan keyakinan berbasis testimoni mesti dilandaskan pada sumber non-testimoni seperi persepsi inderawi dan penalaran induktif. Sedangkan, anti-reduksionisme menyatakan bahwa keterandalan pengetahuan testimonial dapat dijamin oleh testimoni itu sendiri. Thesis ini berpijak pada prinsip kebenaran yang akan dibagikan oleh pemberi maupun penerima testimonisecara alami karena niat baikyang melekat padanya. Penelitian ini menolak prinsip justifikasi yang dipakai oleh reduksionisme dan anti-reduksionisme. Sebab, prinsip justifikasi tidak menghitung keterlibatan aktif agen epistemik sebagai pemberi dan penerima testimoni serta mengabaikan risiko gullibility dan intellectual irresponsibility pada proses akuisisi dan transmisi testimoni. Berdasarkan problem tersebut, skripsi ini hendak mendemonstrasikan prinsip kebajikan intelektual sebagai upaya teoretis yang lebih baik daripada prinsip justifikasi dalam menjamin keterandalan sumber pengetahuan testimoni.
ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the problem of testimony rsquo s reliability in the age of infosphere. The early argumentation of the justification of testimony typically traced to two views reductionism and anti reductionism. According to reductionists, to justify testimonial knowledge acquired by the hearer from a speaker, we need to possess non testimonial source of knowledge, such as inductive reasoning or perception. In contrast to reductionism, anti reductionists argue that testimony is a basic source of justification. This research refutes the principle of justification in both reductionism and anti reductionism to answer the problem of reliability in testimony because of two reasons first, the principle of justification fails to see the active roles of a speaker and a hearer in knowledge acquisition, second, the principle of justification ignores the risk of gullibility and intellectual irresponsibility in the process of transmission of testimony. Based on the problems of principle of justification, I will demonstrate how intellectual virtues of virtue epistemology have better approach to warrant the reliability of testimony.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library