Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esau, Katherine
New York: John Wiley & Sons, 1977
582.04 ESA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Black, Jaquelyn G.
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2008
616.9 BLA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Julfrida Jubhar
"Tanaman Melia azaderach L merupakan tanaman yang banyak dipakai sebagai obat tradisional di Cina, India, Eropa dan Indonesia. Penggunaannya terutama untuk pengobatan penyakit kulit, obat cacing dan menurunkan kolesterol. walaupun penggunaannya secara tradisional sudah meluas tapi penelitian mengena kandungan kimianya terutama dari daun masih sangat jarang. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda pengenal secara antaomi dan kandungan kimia daun Meliza azedarach L.
Pemeriksaan yang telah dilaukan adalah pemeriksaan anatomi meliputi pemeriksaaan epidermis atas, bawah penampang melintang daun serta pemeriksaan mikroskopis serbuk daun yang telah dikeringkan. Terhadap kandungan kimianya dialkukan penelitian terhadap alkaloid, glikosid, flavanoid, sterol, antrakolin, tanin, saponin dan dilanjutkan degnan pemeriksaan komatografi lapisan tipis.
Dari hasil penelitian secara anatomi dapat disimpulkan bahwa sel epidermisnya polygonal, sel epidermis bawah lebih besar dibandingkan epidermis atas dan daun ini mempunyai stomata tipe rannunculaceae. Daun Melia azedarach L mengandung senyawa alkaloid, flavanoid, tanin, resin, dan saponin.
Jika penelitian ini hendak dilanjutkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap bagian lagi dari Melia azedarach L seperti tehadap buah dan kulit batangnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ayu Setyani
"Temu Putih (Curcuma zedoaria) adalah tanaman dari famili Zingiberaceae yang berasal dari Himalaya, India. Penelitian sebelumnya pada rimpang temu putih menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung metabolit sekunder dari golongan alkaloid, fenolik, dan terpenoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi metabolit sekunder dari ekstrak metanol rimpang kunyit putih dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Pada penelitian ini diperoleh hasil maserasi ekstrak rimpang kunyit putih dengan rendemen 3,68%. Ekstrak metanol kemudian dipartisi dan persentase rendemen ekstrak etil asetat adalah 47,06%. Ekstrak partisi etil asetat selanjutnya difraksinasi menggunakan berbagai teknik kromatografi seperti kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), kromatografi radial (KR), dan kromatografi lapis tipis preparatif (KLT). Senyawa hasil isolasi kemudian dikarakterisasi menggunakan instrumen FTIR, UV-Vis, dan LC-MS/MS. Dari penelitian ini berhasil diisolasi tiga senyawa golongan fenolik, yaitu dimethoxycurcumin (A), 3,5,7-trihydroxy-4'-methoxyflavon (B), dan 7-methoxyumarin (C). Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat dilakukan dengan metode difusi cakram dengan kontrol positif klindamisin dan kontrol negatif DMSO. Berdasarkan hasil uji aktivitas, baik ekstrak kasar metanol, ekstrak etil asetat terpartisi, maupun senyawa hasil isolasi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes dan S. epidermidis. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan metabolit sekunder rimpang kunyit putih tidak cukup potensial sebagai antibakteri terhadap bakteri P. acnes dan S. acnes.
Temu Putih (Curcuma zedoaria) is a plant from the Zingiberaceae family originating from the Himalayas, India. Previous research on temu putih rhizome showed that this plant contains secondary metabolites from the alkaloid, phenolic, and terpenoid groups which are known to have antibacterial activity. The purpose of this study was to isolate secondary metabolites from methanol extract of white turmeric rhizome and to test its antibacterial activity against acne-causing bacteria, namely Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. In this study, the results of maceration of white turmeric rhizome extract were obtained with a yield of 3.68%. The methanol extract was then partitioned and the percentage yield of the ethyl acetate extract was 47.06%. The ethyl acetate partition extract was further fractionated using various chromatographic techniques such as vacuum liquid chromatography (KCV), column chromatography (KK), radial chromatography (KR), and preparative thin layer chromatography (TLC). The isolated compounds were then characterized using FTIR, UV-Vis, and LC-MS/MS instruments. From this study, three phenolic compounds were isolated, namely dimethoxycurcumin (A), 3,5,7-trihydroxy-4'-methoxyflavone (B), and 7-methoxyumarin (C). Antibacterial activity test against acne-causing bacteria was carried out by disc diffusion method with positive control of clindamycin and negative control of DMSO. Based on the activity test results, both the crude methanol extract, the partitioned ethyl acetate extract, and the isolated compound did not have antibacterial activity against P. acnes and S. epidermidis bacteria. Based on the results of the study, the secondary metabolite content of white turmeric rhizome is not enough potential as an antibacterial against P. acnes and S. acnes bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Jaspal
"ABSTRAK
Sampah medis berupa prepusium sangatlah mudah di peroleh di Indonesia. Sel-sel
yang di dapat dari enam sampel di duga memiliki kapasitas pluripotensi dan dapat
berdiferensiasi ke lini lain untuk pengobatan secara medis. Pada experiment ini, sel
keratinosit di peroleh dari epidermis prepusium, sel tersebut di ambil mengunakan
larutan enzymatik dispase dan tripsin masing-masing di inkubasi semalaman dengan
sampel. Kemudian sel-sel tersebut di kultur dengan DMEM tinggi glukosa untuk
meningkatkan jumlah sel. Setelah di kultur, sel-sel tersebut di ambil untuk
pengecekan immunositokimia (ISK) Oct-4, hal ini di karenakan Oct-4 adalah
penanda kapasitas pluripotensi. Sample lainnya tetap di kultur untuk eksperimen
konfluensi/differensiasi spontan selama 14 hari. Riset ini telah sukses menggunakan
medium kultur alternatif dan berbiaya efektif untuk menkultur keratinosit. Bahan
medium tersebut yakni; DMEM tinggi glukosa, PRP 10%, heparin 1%, FBS 10%,
penstrep 1%, dan fungizone 1%. Hasil dari pada ISK tersebut adalah positif parsial
dengan nukleus keratinosit yang terwarnai coklat tua pada lima lapang pandang
berkekuatan tinggi dari setiap sampel. Namun, analisis diferensiais spontan
menggunakan alcian blue menunjukkan hasil negative dengan tidak adanya
perubahan dari lini keratinosit ke kondrosit

ABSTRACT
The medical waste of preputial skin is easily obtained in Indonesia. The cells isolated
from six samples are expected to have pluripotency and able to differentiate to other
lineage for medical treatment. This research uses the epidermal layer of preputial skin
to obtain keratinocytes, this cells are taken using dispase and trypsin solution overnight
respectively. Then, the keratinocytes are subsequently cultured using DMEM complete
high glucose to increase the number of cells. The cultured cells are then taken for
immunocytochemistry (ICC) of Oct-4, since it is the marker of pluripotency. The other
half of cultured samples are continued for over confluency analysis for fourteen days
to observe spontaneous differentiation. This research has successfully used an
alternative and cost effective culture medium for keratinocytes. It consist of DMEM
high glucose, PRP 10%, heparin 1%, FBS 10%, penstrep 1%, and fungizone 1%. The
result of ICC is partially positive with keratinocytes nuclear being stained dark brown
in five hpf from each sample. However, spontaneous differentiation analysis using
alcian blue shows negative result of chondrogenic formation from keratinocytes"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library