Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Bagus Gde Manuaba
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran entrance surface dose (ESD) secara langsung menggunakan thermoluminescent dosimeter (TLD) pada jenis penyinaran dada thorax (chest). Data diperoleh dari 71 pasien di tiga rumah sakit (A, B dan C) yang menggunakan sistem pencitraan computed radiography (CR) Kodak. ESD ditentukan pula dengan metoda kalkulasi berdasarkan beberapa parameter pada pengukuran secara langsung. Metoda pengukuran lainnya juga dilakukan dengan menggunakan TLD pada objek radiasi berupa phantom dada buatan sendiri. Penelitian ini diawali dengan beberapa pengukuran parameter seperti kVp, HVL dan tube output untuk mengetahui performa pesawat sinar-X. Pengukuran ESD pada phantom dan penentuan ESD metoda kalkulasi dilakukan pada kondisi penyinaran yang dibuat sama dengan kondisi penyinaran untuk pengukuran ESD pasien. Hasil penelitian menunjukkan nilai ESD thorax (PA) rata-rata di tiga rumah sakit berbeda secara signifikan. Hasil penelitian ESD thorax (PA) mendapatkan nilai ?faktor konversi metoda phantom? sebesar 0.874 sementara nilai ESD hasil perhitungan tidak berbeda signifikan dengan ESD pasien dengan penyimpangan maksimum sebesar ± 12 %. ......Entrance surface dose (ESD) measurements have been carried out for chest examinations by means of thermoluminescent dosimeter (TLD). Data were collected from 71 patients at three hospitals (A, B, and C) which have been provided with Kodak computed radiography (CR). Based on exposure measurement parameters, ESD from these examinations was also calculated. An alternative method of measurement has been done with home-made chest phantom. This work was initiated with measurements of X-ray tube parameters (kVp, HVL, tube output) to check equipment performance. Phantom-based measurement was set with the same exposure conditions as for patient measurements. The same exposure condition was also used in the calculation method. The results indicate that the ESD averages from chest examination (PA) at three hospitals were vary widely. Phantom-based conversion factor for ESD chest PA was found to be 0.874, whereas ESD from calculation is not differ significantly from the patient-ESD with maximum deviation ± 12 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29008
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sawiyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29000
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulfiatry Yubhar
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran Dosis Rata-rata Glandular (Mean glandular Dose) pada pemeriksaan mammografi dengan menggunakan Thermoluminiscense (TLD) terhadap 49 pasien. Dosis yang terbaca pada TLD adalah Entrance Surface Dose (ESD) dengan nilai ratarata yang didapat 7.6 (± 3.9) mGy. Untuk konversi ke nilai Mean Glandular Dose, nilai ESD dikalikan dengan nilai Dgn (ESD dengan faktor konversi average glandular dose per unit exposure) yang terkonversi dengan memperhitungkan prosentase glandular terhadap adipose. Data Dgn diperoleh dari perhitungan John M Boone yang menggunakan metode Monte Carlo yang masih tergantung dari nilai HVL dan ketebalan payudara. Prosentase glandular terhadap adipose dihitung dengan menggunakan metoda analisa film Nooriah Djamal. Kemudian nilai Dgn 0% glandular untuk kontribusi adipose maupun Dgn 100% glandular untuk kontribusi glandular diperoleh dari Tabel Dgn Boone. Nilai MGD yang diperoleh adalah 1.818 (± 0.615) mGy. Nilai masih dibawah limit yang direkomendasikan FDA( Food and Drug Administration) yaitu < 3 mGy.
Mean glandular Dose (MGD) during mammography has been determined for 49 patients using TLD. MGD numbers has been derived from the measured ESD (Entrance Surface Dose) by multiplicating ESD with converted Dgn (ESD with average glandular dose per unit exposure conversion factor) incorporating the glandular percentage to adipose percentage. Dgn data were obtained from Boone's Monte Carlo calculation and generally is a function of HVL values and breast thickness. The glandular percentage to adipose were obtained using Nooriah Djamal's methods of mammography film analysis Both 0% glandular Dgn for adipose contribution and 100% glandular Dgn for glandular contribution were then obtained from Boone's table. Average Entrance Surface Dose (ESD) for 49 patients were found to be 7.6 (± 3.9) mGy. The average MGD for 49 patients were found to be 1.818 (± 0.615) mGy. These values were generally below the recommended FDA ( Food and Drug Administration) limit of 3 mGy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S29104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Annisa
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir, pencitraan sinar-X menggunakan film-screen mulai digantikan oleh digital radiography. Sistem pencitraan digital salah satunya adalah computed radiography (CR). Sejauh ini di Indonesia, perkembangan yang pesat dari CR belum dibarengi dengan penelitian untuk memperoleh kondisi optimum dalam aplikasinya.

Telah dilakukan penelitian di RS X menggunakan CR Agfa tipe PSP MD 4.0 dan fantom Rando Man untuk menentukan optimasi pembentukan citra. Juga dilakukan pengukuran Entrance Surface Dose (ESD) menggunakan thermoluminescent dosimeter (TLD) dengan berbagai variasi nilai kV. Pemeriksaan yang dipilih adalah kepala PA, thorax PA, dan abdomen AP. Citra fantom dievaluasi berdasarkan panduan dari European Commission dibantu oleh dokter spesialis radiologi. Optimasi citra didasarkan pada nilai kV dengan nilai ESD yang rendah dan hasil evaluasi citra.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pemeriksaan kepala PA optimasi terjadi pada ESD 3,580 mGy dan 3,834 mGy untuk kondisi 80 kV dan 83 kV dengan 0,224 ? 0,274 mGy/mAs. Untuk pemeriksaan thorax PA teknik kV standar optimasi terjadi pada ESD 1,341 mGy dan 2,378 mGy untuk kondisi 50 kV dan 55 kV dengan 0,134 ? 0,297 mGy/mAs. Sedangkan untuk teknik kV tinggi yang menggunakan 100 kV, optimasi terjadi pada ESD 2,960 mGy dengan 0,947 mGy/mAs. Dan untuk pemeriksaan abdomen AP optimasi terjadi pada ESD 4,090 mGy dan 4,268 mGy untuk kondisi 70 kV dan 80 kV dengan 0,204 ? 0,267 mGy/mAs. Selain nilai kV, optimasi juga mengikutsertakan nilai kontras tinggi dan rendah, serta karakter CR Agfa yang diwakili oleh nilai lgM (log Median).
Abstract
For the last few decades, X-ray imaging using film screen has been replaced by digital radiography. One of digital imaging systems is computed radiography (CR). So far in Indonesia, the rapid development of CR is not ensued with research to obtain optimum condition in its application.

Has been performed a research in hospital X using Agfa CR Type PSP MD 4.0 and Rando Man phantom to determine optimization of image development. Also conducted measurement of Entrance Surface Dose (ESD) using thermoluminescent dosimeter (TLD) for various kV values. The examinations were selected for skull PA, thorax PA, and abdomen AP. Image phantom assessment was carried out using guideliness from European Commission with assistance of radiologist. Optimization of image was done based on kV value with low ESD value and image assessment.

The results showed that for skull PA examination, optimization occured on ESD 3.580 mGy and 3.834 mGy for exposure condition of 80 kV and 83 kV with 0.224 to 0.274 mGy/mAs. For standard kV technique thorax PA examination, optimization occured on ESD 1.341 mGy and 2.378 mGy at 50 kV and 55 kV with 0.134 to 0.297 mGy/mAs. As for the high kV technique of which used a 100 kV, ESD optimization occured at 2.960 mGy with 0.947 mGy/mAs. While for abdomen AP examination, optimization occured on ESD 4.090 mGy and 4.268 mGy for 70 kV and 80 kV with 0.204 to 0.267 mGy/mAs. In addition to values of kV, optimization also included high and low contrast values as consideration and Agfa CR character that was represented by the lgM (log Median) value.
2012
T30125
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Icha Renisha Mulia
Abstrak :
Pada pesawat angiografi modern, dosis maupun DAP selama pemeriksaan ditampilkan pada panel kendali. Namun, dosis tersebut tidak secara langsung menunjukkan dosis entrans kulit, utamanya pada pusat lapangan radiasi. Dengan menggunakan perangkat lunak berbasis AndroidTM telah dilakukan estimasi dosis entrans kulit pasien berdasarkan hasil pengukuran dengan fantom polymethyl methacrylate PMMA. Dosis entrans kulit pasien yang dikalkulasi dengan mengacu pada Kerma at Reference Point Ka,r dan Dose Area Product DAP dilakukan dengan memasukkan koreksi geometrik akibat kemiringan gantri, atenuasi meja pasien, koefisien konversi kerma udara menjadi dosis serap, dan faktor hamburan balik. Hasil kalkulasi ESD merupakan dosis titik pada pusat lapangan radiasi, bukanlah dosis maksimum yang diterima kulit pasien. Hasil kalkulasi dibandingkan dengan hasil pengukuran ESD pada simulasi dengan fantom PMMA. Penelitian dilakukan dengan pesawat angiografi Siemens Artis Zee dengan kondisi eksposi 69-87 kV dan filter tambahan 0,1 mmCu. Pengukuran dengan thermo-luminescent dosemeters TLD dilakukan pada proyeksi penyinaran posterior-anterior PA , left anterior oblique LAO , right anterior oblique RAO , cranial CRA dan caudal CAU . Diskrepansi ESD hasil kalkulasi dan ESD pengukuran memiliki rata-rata 0,66-5,25 untuk kalkulasi mengacu DAP dan 0,52-5,17 . untuk kalkulasi mengacu Ka,r. ...... During examination of interventional radiology, radiation dose as well as Dose Area Product DAP are shown on control panel in modern angiography devices. However, dose shown indirectly indicates entrance skin dose received by patient, especially dose at center point of radiation field. Using AndroidTM based software, estimation of entrance skin dose ESD has been done based on measurement result using polymethyl methacrylate PMMA phantom in examination simulation. Patient entrance skin dose calculated using Kerma at reference point Ka,r and DAP as input value, then corrected by geometrical factor, patient table attenuation, air kerma to dose conversion coefficient, and backscatter factor. Calculation result then compared to measurement result of ESD on PMMA phantom. The study was performed using Siemens Artis Zee angiography with exposure condition of 69 87 kV and additional filtration 0,1 mmCu. ESD measurements were carried out with thermo luminescent dosemeters TLD , in the projection of posterior anterior PA , left anterior oblique LAO , right anterior oblique RAO , cranial CRA dan caudal CAU . Discrepancy between ESD calculation and ESD measurement ranged from 0,66 to 5,25 for calculation using DAP as reference, in the other hand calculation using Ka,r as reference has discrepancy ranged from 0,52 to 5,17.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Sapta Aji
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh lima komposisi bahan phantom ekuivalen jaringan dan membahas karakteristik interaksi radiasi phantom ekuivalen jaringan dengan bahan penyusunnya, yaitu campuran lilin batik (lilin gondorukem, lilin cecek, lilin parafin, dan lilin lebah) dan karbon aktif. . Komposisi yang diperoleh terdiri dari lima variasi bahan phantom ekuivalen jaringan, antara lain white matter brain (20% cecek wax, 20% karbon aktif, dan 60% gondorukem wax), grey matter brain (16% cecek wax, 16% karbon aktif, 68 % lilin gondorukem), otot (10% lilin cecek, 10% karbon aktif, 80% lilin gondorukem), lemak (10% lilin cecek, 10% karbon aktif, 80% lilin parafin), dan hati (40% tepung beras, 60 % lilin). Masing-masing bahan dibuat kemudian diuji menggunakan mesin x-ray dan dosimeter ruang pengion untuk mendapatkan nilai dosis permukaan masuk (ESD) dan faktor hamburan balik (BSF) pada kondisi sinar standar Radiation Quality Attenuated Beam 5 ( RQA 5). Pengukuran ESD dan BSF dilakukan dengan variasi ketebalan phantom dari 6 cm sampai 10 cm dan variasi lapangan 20 cm × 20 cm dan 25 cm × 25 cm. Nilai rata-rata ESD dan BSF cenderung meningkat pada ketebalan 6 cm hingga 8 cm untuk jaringan otak materi putih, otak materi abu-abu, otot, lemak, hati di bidang 20 cm × 20 cm masing-masing (5,31% ± 1,73%) ; (2,86% ± 2,01%); (1,81% ± 0,79%); (0,62% ± 2,24%); dan (1,34% ± 2,2%). Sedangkan bidang 25 cm × 25 cm mengalami peningkatan (4,86% ± 0,67%); (6,03% ± 5,25%); (0,98% ± 1,31%); (12,42% ± 5,71%); dan (3,81% ± 1,16%). Nilai ESD dan BSF untuk masing-masing jaringan dijenuhkan pada ketebalan 10 cm. ......This study aims to obtain five tissue equivalent phantom compositions and discuss the interaction characteristics of tissue equivalent phantom radiation with its constituent materials, namely a mixture of batik wax (gondorukem wax, cecek wax, paraffin wax, and beeswax) and activated carbon. . The composition obtained consisted of five variations of tissue equivalent phantom materials, including white matter brain (20% cecek wax, 20% activated carbon, and 60% gondorukem wax), gray matter brain (16% cecek wax, 16% activated carbon, 68 % gondorukem wax), muscle (10% cecek wax, 10% activated carbon, 80% gondorukem wax), fat (10% cecek wax, 10% activated carbon, 80% paraffin wax), and liver (40% rice flour, 60 % wax). Each material was made and then tested using an x-ray machine and an ionizing chamber dosimeter to obtain the value of the incoming surface dose (ESD) and backscattering factor (BSF) under standard beam conditions of Radiation Quality Attenuated Beam 5 (RQA 5). ESD and BSF measurements were carried out with variations in phantom thickness from 6 cm to 10 cm and field variations of 20 cm × 20 cm and 25 cm × 25 cm. The mean values ​​of ESD and BSF tended to increase at 6 cm to 8 cm thickness for white matter brain tissue, gray matter brain, muscle, fat, liver in the areas of 20 cm × 20 cm respectively (5.31% ± 1 ,73%); (2.86% ± 2.01%); (1.81% ± 0.79%); (0.62% ± 2.24%); and (1.34% ± 2.2%). While the area of ​​25 cm × 25 cm experienced an increase (4.86% ± 0.67%); (6.03% ± 5.25%); (0.98% ± 1.31%); (12.42% ± 5.71%); and (3.81% ± 1.16%). ESD and BSF values ​​for each tissue were saturated at a thickness of 10 cm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Datu Euphrat Adhi Pradana
Abstrak :
Kualitas gambar dan dosis sangat dipengaruhi oleh kualitas radiasi sehingga perlu dilakukan studi pengaruh tehnik kV tinggi pada pemeriksaan thorak anak. Pengaruh kualitas radiasi terhadap gambar dapat diketahui melalui densitas film hasil penyinaran objek stepwedge. Pengaruh penggunaan kV tinggi terhadap dosis dilakukan dengan menganalisa incident air kerma dan entrance surface dose ( ESD) pada dua pesawat radiografi. Nilai incident air kerma diperoleh dari hasil pengukuran pada jarak 100 cm pada berbagai variasi tegangan tabung (kV) dan beban tabung (mAs), dan nilai ESD diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan TLD yang diletakan pada pertengahan dada pasien. Dari penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan tehnik kV tinggi akan menyebabkan kontras gambar menurun bila dibandingkan dengan tehnik kV standar, Akan tetapi gambaran bronkus paru akan terlihat lebih banyak dibanding penggunaan tehnik kV standar. Pada penggunaan tehnik kV tinggi nilai incident air kerma berkurang sekitar 57,975% - 61, 007% untuk pesawat Trophy dan sekitar 36,492% - 40,197% untuk pesawat Siemens. Penggunaan tehnik kV tinggi menurunkan dosis terimaan pasien, dengan tetap menghasilkan diagnosa optimal dari gambaran radiografi thorak anak. ...... Image quality and dose influence by radiation quality, so it necessary to study about effect of high kV technique application on pediatric examination. The effect of radiation quality on image can be study from optical density on film produced by exposed object stepwedge. The dose do to high kV technique analyzed by incident air kerma and entrance surface dose on two general X-Ray machine. Incident air kerma obtain from measurement at 100 cm variation tube voltage (kV) and loading (mAs), and ESD obtain from measurement TLD on patient. From this study it found that high kV technique could reduced contrast againt standar kV technique, on the other hand more bronchus can be seen clearly againt standar kV technique. On high kV technique, incident air kerma reduced approximately 57.975 %- 61.007 % for trophy machine and approximately 36.492% - 40.197 for Siemens machine. High kV technique reduced pasient dose, while still producing an optimal diagnosis of thoracic radiographs of children.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S670
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Yuni Lestari
Abstrak :
Terdapat kekhawatiran yang tumbuh di masyarakat umum serta bidang medis dan scientist tentang paparan radiasi dari prosedur sinar-x diagnostik dalam kasus wanita hamil yang menjalani pemeriksaan radiografi dimana embrio/janin berada dekat ataupun masuk dalam lapangan radiasi, misalnya pemeriksaan radiografi thoraks dan abdomen. Penelitian ini dilakukan untuk estimasi dosis janin pada pemeriksaan thoraks dan abdomen untuk kepentingan penilaian risiko janin dan manfaat pada review justifikasi. Estimasi dosis janin didapatkan dengan mengalikan antara Normalized Uterine Dose (NUD) dengan Entrance Surface Dose (ESD). NUD didapatkan dari kalkulasi software Xdose, sedangkan ESD didapatkan dari hasil bacaan Thermoluminescence Dosimetry (TLD) yang diletakkan pada titik berkas utama permukaan phantom posterior dengan tebal phantom 17 cm untuk pemeriksaan thoraks dengan arah penyinaran posterior-anterior dan pada titik berkas anterior permukaan phantom untuk pemeriksaan abdomen dengan arah penyinaran anterior-posterior. ESD juga bisa didapatkan dari hasil perkalian antara incident air kerma dengan backscatter factor. Pemeriksaan thorak dilakukan dengan tegangan tabung 55, 60, 66, 70 dan 77 kV dengan beban tabung 10 mAs sedangkan pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tegangan tabung 60, 66, 70, 77, 81 dan 85 kV dengan beban tabung 10 mAs. Dosis janin yang didapat pada pemeriksaan thoraks antara 1,92x10-5 ? 2,79x10-5 mGy sedangkan pada pemeriksaan abdomen dosis janin yang didapat antara 0,054 ? 0,975 mGy. Dosis janin yang didapat masih berada dibawah nilai batas dosis menurut The International Commission on Radiological Protection (ICRP) yaitu 100 mGy. ......There has been growing concern on public, as well as scientific and medical communities, about radiation exposures from diagnostic X-ray procedures in the case of pregnant women who undergo radiological examinations when the embryo/fetus is near or included in the X-ray field, for example thorax and abdomen radiographic examinations. This research was conducted to estimate fetal doses in thorax and abdomen examination for risk-benefit considerations as justification review. Fetal doses estimation were obtained by multiplying Normalized Uterine Dose (NUD) with Entrance Surface Dose (ESD). NUDs were obtained using calculation software XDose while ESDs were obtained from Thermoluminescence Dosimetry (TLD) placed on the posterior center beam of phantom surface with 17 cm thickness for thorax examinations posterior-anterior projection and on anterior center beam of phantom surface for abdomen examinations anterior-posterior examinations. ESD can also be obtained by multiplying incident air kerma with backscatter factor. Thorax examination performed with a tube voltage of 55, 60, 66, 70 and 77 kV and 10 mas, while the abdominal examination performed with a tube voltage of 60, 66, 70, 77, 81 and 85 kV and 10 mas. From thorax examination fetal doses between 1.92 x10-5 to 2.79 x10-5 mGy and from abdomen examination fetal doses between 0.054 to 0.975 mGy. Fetal doses obtained were less than the dose limit value according to The International Commission on Radiological Protection (ICRP) of 100 mGy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S814
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library