Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Koszarski, Richard
New York: Macmillan Library Reference USA,, 1990
R 791.43 KOS h III
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Wijendaru
"ABSTRAK
Perkembangan global dalam bidang komunikasi dan budaya membawa serta perhatian pada ideologi, kesadaran, dan hegemoni. Manipulasi yang dilakukan terhadap informasi dan citra publik mengkonstruksikan suatu ideologi dominan yang kuat. Kekuasaan dominasi mereka berasal dari kemampuan politik atau ekonomi mereka untuk menyampaikan kepada masyarakat sistem ide yang mereka sukai. Penyajian berulang-ulang suatu ideologi yang terus menerus menunjukkan suatu budaya. Ideologi yang diwakili oleh bahasa dan diinterpretasikan melalui bahasa tersebut, kemudian diinterpretasikan dan digunakan oleh orang-orang dalam interaksi sosial sehari-hari. Transmisi ideologis itu kemudian mempengaruhi kesadaran khalayak melalui lembaga-lembaga yang kuat dalam masyarakat yang menyusupi dan mempengaruhi tindakan khalayak. Kesadaran mencerminkan pola representasi ideologis yang dominan dan meresap di mana-mana. Pengulangan tema-tema ideologis dapat mengirimkan ide-ide jauh ke dalam kesadaran individual dan khalayak. Dalam hal ini, PT Mugi Rekso Abadi Holding (MRA Group), sebuah institusi yang mengembangkan bisnis dengan mengutamakan leisure and entertainmenl mengulang tema ideologis yang dibawanya melalui perluasan bisnisnya ke bidang food and beverages, media, lifestyle and entertainmenl, dan automolive. Skripsi ini berusaha memberikan gambaran atas perluasan institusional (spasialisasi) MRA Group yang dapat dilihat sebagai suatu bentuk hegemoni dengan disebarkannya produk-produk budaya pop Amerika melalui unit-unit usahanya yang beragam, namun konsisten dengan konsep leisure and entertainmenl. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana spasialisasi MRA Group dapat dilihat sebagai suatu bentuk hegemoni dengan disebarkannya budaya pop, yang membawa nilai-nilai hiburan, melalui unit-unit usahanya atau Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai implikasi dari kerangka pemikiran yang dikemukakan, sehingga ketika menggunakan konsep tentang hegemoni, perlu pula dilihat kerja yang dianalisis dan memperoleh tidak hanya secara isi ideologi, tetapi juga yang lebih tersembunyi. Oleh karena itu, di samping melakukan analisis secara institusional terhadap MRA Group, juga dilakukan analisis semiotika terhadap budaya pop yang dibawa oleh produk-produk media MRA Group, yaitu lagu-lagu populer yang dibawa oleh Hard Rock FM dan MTV On Sky, serta gambar fotografis sampul majalah Kosmopolitan untuk mengetahui unsur-unsur budaya pop seperti apa yang disebarkan. Untuk menjelaskan hal-hal yang laten (tersembunyi) dari budaya pop tersebut, maka hasil analisis tersebut kemudian dikaitkan dengan perspektif Mands karena beberapa prinsip dasar dari analisis Marxis digunakan dalam penelitian ini, seperti alienasi, kesadaran palsu, dan hegemoni. Data diperoleh melalui wawancara dengan pihak MRA Group, Hard Rock FM dmMTVOn Sky, serta majalah Kosmopolitan, juga pengamatan terhadap isi media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spasialisasi MRA Group dapat dilihat sebagai suatu bentuk hegemoni karena melalui beragamnya unit usaha yang dikembangkannya, MRA menyebarluaskan budaya pop ke kalangan generasi muda kelas menengah perkotaan, yang tanpa disadari membawa ideologi plesir (pleasure) masuk ke dalam kehidupan kelompok tersebut. Hegemoni ini tampak dari: Pertama, ideologinya berlaku di mana-mana dengan melebarnya bisnis MRA ke berbagai bidang yang dijalaninya selama hampir sepuluh tahun (sejak 1992). Kedua, spasialisasi merupakan cara MRA untuk mempertahankan dan mengembangkan diri, sehingga upaya tersebut mempengaruhi dan membentuk alam pikiran generasi muda kelas menengah perkotaan melalui kebiasaan berlangganan bisnis MRA yang beragam. Ketiga, dengan spasialisasi, ideologi plesir yang dibawanya merupakan pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan terus menerus selama bertahun-tahun, hingga kemudian meresap sedikit demi sedikit ke dalam kehidupan masyarakat. Ideologi plesimya ini semakin mudah menguasai masyarakat dengan semakin luasnya bisnis MRA. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa budaya pop yang dibawa oleh unit usaha media MRA adalah sebagai berikut: Dari analisis semiotika yang dilakukan terhadap gambar fotografis sampul majalah Kosmopolitan ditemukan bahwa gambar fotografis tersebut menghadirkan Amerika dalam masyarakat Indonesia melalui sosok wanita modem Barat yang berprofesi dalam industri budaya pop Amerika yang menampilkan realitas budaya masyarakat Amerika yang modem, terbuka, dan berani; realitas selebriti Amerika yang beraral dari kelas atas, terpandang den dengan kehidupan mewahnya; dan gambaran aturan berbusana dalam masyarakat Barat. Sementara itu, dari analisis semiotika musikal yang dilakukan terhadap lagu-lagu populer yang diputar di Hard Rock FM dan MTV On Sky ditemukan beragam aliran musik rock yang menampilkan imaji masyarakat Barat yang kreatif, inovatif, multikultural, bersemangat, teatrikal, gaya, riang-gembira, dan senantiasa berhubungan dengan pesta/ perayaan. Lagu hadir sebagai produk komersial dan commodity listening. Ketiga media yang hadir sebagai unit usaha media MRA ini mensosialisasikan ideologi plesir melalui majalah dan lagu-lagunya karena, baik majalah maupun lagu, hadir untuk mengalihkan perhatian orang dari situasi sosial dan politik mereka yang sesungguhnya dan untuk menyalurkan energi emosional mereka yang mungkin terpakai untuk isu-isu sosial dan politik. Diterimanya isi media tersebut oleh generasi muda kelas menengah perkotaan juga menandakan masuknya budaya pop Amerika sebagai bentuk dominasi terhadap budaya masyarakat Indonesia."
2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nori Ayufi
"Kepopuleran iklan sebagai salah satu alat promosi membuat pihak pemasar dan pengiklan berlomba lomba mengiklankan produknya untuk menarik perhatian konsumen. Akibatnya jumlah iklan yang diterima konsumen pun semakin banyak. Dengan semakin terpaparnya konsumen oleh iklan mereka menjadi semakin jenuh dan sebisa mungkin menghindar. Oleh karena itu pemasar harus memikirkan cara alternatif yang kreatif untuk menarik perhatian khalayak. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah Advertainment yang merupakan perpaduan antara iklan advertising dan hiburan entertainment. Baru baru ini Aplikasi instant messaging LINE muncul dengan mini drama Ada Apa Dengan Cinta AADC. Mini Drama ini hadir untuk memperkenalkan fitur LINE Find Alumni Adapun dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan advertainment pada mini drama LINE Find Alumni AADC dan perannya dalam meraih brand awareness. Dalam tulisan ini dibahas bahwa keterlibatan produk LINE dalam alur cerita AADC sangat besar sehingga dapat digolongkan sebagai Advertainment jenis branded entertainment. Penggunaan advertainment tersebut dapat berperan sebagai strategi alternatif dalam meraih brand awareness LINE Find Alumni di tengah keramaian iklan saat ini.

The popularity of advertisement as a promotional tool enacts the marketers and advertisers to compete in advertising their products as an attempt to attract consumers. As a result the numbers of ads exposed to consumers are increasing. The abundant numbers of ads are causing saturation in consumers hence they tend to avoid the ads. Therefore marketers must think of creative alternative ways to attract potential customer. One of the alternatives that can be used is advertainment a fusion of advertising and entertainment LINE an instant messaging application recently comes with mini drama Ada Apa Dengan Cinta AADC to introduce their latest feature LINE Find Alumni. This paper's purpose is to explore the use of LINE Find Alumni AADC as an advertiment and its role in achieving brand awareness. Discussed in this paper is the very large product integration in the storyline of LINE AADC so it can be classified as advertainment especially branded entertainment. The use of advertainment can be seen as an alternative strategy to achieve brand awareness for LINE Find Alumni among the crowded ads today."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nijholt, Anton, editor
"This book constitutes the refereed conference proceedings of the 9th International Conference on Advances in Computer Entertainment, ACE 2012, held in Kathmandu, Nepal, in November 2012. The 10 full paper and 19 short papers presented together with 5 papers from the special track Arts and Culture and 35 extended abstracts were carefully reviewed and selected from a total of 140 submissions in all categories. The papers cover topics across a wide spectrum of disciplines including computer science, design, arts, sociology, anthropology, psychology, and marketing. Focusing on all areas related to interactive entertainment they aim at stimulating discussion in the development of new and compelling entertainment computing and interactive art concepts and applications."
Berlin: Springer-Verlag, 2012
e20406321
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Irwansyah
"Tahun ini hiburan/program non berita telah mendominasi layar televisi Indonesia. Memainkan peran yang signifikan sebagaimbagian dari identitas budaya, televisi membawa bersama dengan program hiburannya : produksi budaya dan reproduksi dalam bentuk simnol, barang, dan komitas. Melalui program produksi TV hiburan, keterkaitan budaya ini tak dapat dielakkan sejak keterlibatan wujud manusia, - yang mana budaya tertanam- menemani semua proses pembuatan program. Sehingga program televisi Indonesia berisi budaya dan tradisi Indonesia yang menampilkan beragam jenis dan bentuk dari entitas, suku, agama, kelas, bangsa, dan sekitarnya. Pertanyaan yang timbul yang mana simbol budaya dimunculkan pada layar televisi yang hanya menghadirkan identitas budaya (tanpa banyak valensi yang menarik) atau jika mereka bermaksud untuk menarik audiens ke stereotip tertentu.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa program non faktual pada televisi swasta nasional di aindonesia sekitar 24% menunjukkan identitas budaya ; sementara 7% dari program yang ditampilkan berisi elemen stereotip (Pusat UI Kajian Komunikasi, 2012). Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki banyak isu seperti ini. Ini mengidentifikasi tanda budaya yang muncul pada satu televisi nasional Indonesia. Program yang dianaliais 'Untung Ada Sule' , seorang komedian yang ditayangkan setiap hari di salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Selama penulisan penelitian ini, UAS memperoleh rating yang tinggi dan hasilnya berdasarkan Penelitian AGB Media Nielsen, meletakkan program tersebut menjadi tingkat prioritas untuk iklan. Pada setiap episode, Untung Ada Sule (UAS) berisi banyak tanda budaya-termasuk pakaian, makanan, dialek, dekorasi, kerajinan tangan, ornamen, dan lainnya-yang menghadirkan etnik spesifik di Indonesia.
Objektivitas dari penelitian ini adalah untuk meneliti makna dibalik penggunaan simbol entitas budaya sebagai pemanfaatan bingkai kontekstual yang diberikan pada layar TV hiburan yang akan menciptakan sebuah makna tertentu yang akan membawa prasangka etnik. Penelitian ini akan memperkaya kajian tekx analisis pada program non faktual. Bahkan, hasil penelitian menunjukkan gambaran umum tentang apa yang ditawarkan oleh program TV hiburan yang menggangap komoditas simbol budaya. Ini bisa menjadi bukti rekomendasi untuk kebijakan kepenyiaran Indonesia untuk program televisi yang lebih baik dan lebih sehat. Akhirnya, penelitian ini ingin mengkontibusikan perkembangan kualitas dari program TV hiburan denvan cara mempromosikan pemahaman budaya dan mencegah dari stereotip negatif terhadap entitas tertentu.
Penelitian ini diteliti dengan cara teori dan konsep analisis isi, penelitian ini mennyelidiki makna proses pembuatan simbol prasangka etnik yang ditampilkan pada satu episode di program UAS. Dengan mengimplementasikan analisis isi dengan bingkai kontekstual pada setiap adegan program di episode tersebut, dimana penelitian ini dilakukan. Melalui interpretatif konstuktivisme , analisis pada setiap adegan dibuat untuk memahami bagaimana produksi dan reproduksi dari komoditas simbol yang dimanfaatkan semua cara melalui adegan tersebut dan pengaturan episode yang mungkin menciptakan makna tertentu pada konteks tersebut. Identitas budaya menghadirkan masing -masing dan setiap simbol yang muncul di layar diteliti apakah benar atau tidak beberapa tingkatan yang mereka bawa untuk stereotip tertentu terhadap entitas tertentu.
Hasil penelitian ini mengidinkasi salah satu adegan UAS yang berisi banyak simbol budaya yang menghadirkan permasalahan ide antara apa pemahaman biasa yang dianggap entitas tertentu dan menciptakan makna baru yang berbeda, yang menyebabkan prasangkan etnik.

In recent years entertainment/non-news program have been dominating the Indonesian television screen.mPlayimg a significant role asmpart of cultural identity industry, televisiom brongs together in its entertainment program : cultural production and reproduction in the form of symbols, goods, and commodities. Throughout the production of TV entertainment program, this cultural engagement is inevitable since the involvement of humannentity -in which culture is embedded -naccompanies thenoverallnprocess of the making. zThus,mthe Indonesian television program contains the Indonesian culture and traditions that show various kinds and forms of ethnicity, race, religion, class, nation, and vicinity. Questions arise as of whether the cultural symbols appeared on the televisionmscreen are merely representingmthe cultural identity (without any valence attached) of if they are meant to drag the audience toma particula stereotyping.
Previous research reveals that in the npn-factual programs on national private televisions inmIndonesia 24% of whichnshows cultural identity; meanwhile 7% of the programs shown contains stereotyping element (UI Center of CommunicationmStudy, 2012). This research is meant to exploremmore on this issue. It identifies the cultural signs appeared on one of the Indonesian television entertainmentmprogramsmwhich obtainsmthe top rank in rating, acquiring prime show time on the nationalmTV slots. The program to bw analuzedmis 'Untung Ada Sule'm(can be translated as 'Luckily There os Sule'), a comedian soap operamthat is beingnaired every day in one privatennational TV station in Indonesia. During the making of this research, UAS has been acquiring high rating and share based on AGB nielsen Media Research, putting the progra, at priority level form advertisements. In every episode, 'Untung Ada Sule' (UAS) contains plentiful cultural signs-including clothing, food, dialect, decoration, handicrafts, ornaments, etc - representing specificmethnicity in Indonesia.
The objective of this research is to explore the meaning bwhind the use of symbols representing cultural ethnicity as whether the utilization of the symbols within the contextual framework given on the entertainment TV scene would create a particular meaning that will bring program. Moreover, the research result will providena general picture about what is offered by the Indonesian entertainment TV program with regards to cultural symbolic commodities. This can be furthered up so to provide a recommendation for the Indonesian broadcasting policy for better and healthier television programs. In the end, the study may contribute tp the quality enhancement of TV entertainment program in a way that it promotes cultural undertanding and prevents from negative stereotyping towards particular ethnicity.
By means of tje text analysis concepts and theories, this research exploresnthe meaning making process towards ethnic prejudice symbols shown on one episode of UAS program. By implementing text analysis within the contextual framework of every scene in the episode, the study is conducted. Through the interpretive constructivism, analysis on each scene is made as to understand how the production and reproduction of sympolic commodities utilized all the wah through the scene and setting of the episodw may create particular meaning within context. Cultural identities represented by each and every symbol appeared on scene are scrutinized as whether or not to some extent they lead to a particular stereotyping towards a particular ethnicity.
This research result indicates one of which is that UAS contains abundant cultural symbols representing the conflicting ideas between what is commonly understood regarding a specific ethnicity and the 'newly created' meaning different from that, which may lead to ethnic prejudice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meri Erawati
"Disertasi ini membahas bioskop sebagai hiburan masyarakat urban di Padang 1923-2000. Pokok kajian utama adalah perkembangan bioskop dari hiburan elit hingga hiburan massa. Kajian ini menarik karena bioskop merupakan fenomena yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sehari-hari, namun bukanlah fenomena baru karena bioskop telah dikenalkan sebagai hiburan sejak masa kolonial Belanda. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode sejarah yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan bioskop dari hiburan elit menjadi hiburan massa dipengaruhi oleh dua faktor timbal balik yakni dari penonton dan dari bioskop. Faktor dari penonton adalah membaiknya kehidupan sosial ekonomi seiring dengan meningkatnya stabilitas ekonomi dan sosial masa pemerintahan Orde Baru sehingga masyarakat berkesempatan untuk menikmati hiburan khususnya bioskop. Faktor dari aspek bioskop adalah dibangunnya bioskop-bioskop baru dengan kelas rendah oleh pengusaha bioskop di kawasan pinggiran dan dengan harga karcis yang murah. Meskipun kalangan elit dan kalangan massa sama-sama menikmati hiburan bioskop, namun mereka memiliki pilihan ruang bioskop yang berbeda, dimana kalangan elit memasuki bioskop elit sedangkan kalangan massa memasuki bioskop bawah. Perbedaan pilihan tersebut dipengaruhi oleh kapital ekonomi dan pola pikir.

This dissertation discusses cinema as entertainment for the urban community in Padang from 1923-2000. The main subject of study is the development of cinema from elite entertainment to mass entertainment. This study is interesting because cinema is a phenomenon that is part of people's daily lifestyles, but it is not a new phenomenon because cinema has been introduced as entertainment since the Dutch colonial period. This research is a qualitative research using historical methods, namely heuristics, criticism, interpretation and historiography. The results of the study conclude that the development of cinema from elite entertainment to mass entertainment is influenced by two reciprocal factors, namely from the audience and from the cinema. The factor from the audience is the improvement in socio-economic life along with increasing economic and social stability during the New Order government so that people have the opportunity to enjoy entertainment, especially cinema. The factor from the cinema aspect is the construction of new low-class cinemas by cinema entrepreneurs in suburban areas and with low ticket prices. Although the elite and the masses both enjoy cinema entertainment, they have a different choice of cinema space, where the elite enter the elite cinema while the masses enter the lower cinema. The difference in choice is influenced by economic capital and mindset."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1987
709.921 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Doddv Umar Said
"Perkembangan teknologi dan kebudayaan telah cukup jauh merasuk kedalam berbagai segi kehidupan manusia Indonesia, terutama dikota besar metropolitan Jakarta. Salah satu diantaranya nampak dibidang hiburan, yang kemajuannya seimbang bahkan kadang-kadang lebih cepat dari pada kemajuan sosial ekonomi masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Pemda DKI Jakarta telah memberlakukan peraturan atau kebijakan perpajakan mengenai tarif pajak hiburan, hal ini dimungkinkan untuk meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah. Dimana kontribusinya terhadap penerimaan pajak daerah DKI Jakarta dinilai masih kecil atau belum optimal.
Tujuan daripada penelitian yang dilakukan yaitu adalah menganalisis pengelolaan pajak hiburan Sudipenda dengan pendapatan masalah berdasarkan sistem perpajakan yang mengacu kepada azas-azas perpajakan, melalui metode penelitian deskriptif analisis penulis mengumpulkan data dan informasi dilakukan pada Suku Dinas Pendapatani Daerah Jakarta Utara.
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam administrasi perpajakan dimana pengelolaan pajak hiburan belum dilaksanakan secara konsekwen antara lain mengenai pelimpahan wewenang pemungutan pajak dan sumber daya manusianya yang tidak memadai. Atas dasar temuan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan adalah wajib pajak dapat membayar dimana saja, sehingga akan mempercepat proses pelayanan dan penerimaan pendapatan asli daerah dan sektor pajak hiburan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1987
709.921 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Epstein, Adam
""Important to the study of entertainment law is the appreciation that the various entertainment industries are often comprised of extremely creative individuals who interact with for-profit business ventures. This can lead to conflict, which has led to litigation, published decisions, changes in law, and so on. An appreciation that entertainment continues to move into American households via computer screens, video games, advanced HDTV broadcasts, and plasma television sets is vital."--Jacket. "
New Jersey: Pearson/Prentice Hall, 2006
344.099 73 EPS e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>