Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hinchliffe, Alan
England: John Wiley & Sons, 2005
541.22 HIN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Barrow, Gordon M.
Tokyo: McGraw-Hill, 1962
539.12 BAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Venables, John A.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2000
530.427 5 VEN i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wachid Abdullah
"Energi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam seluruh kegiatan pembangunan nasional. Pertumbuhan konsumsi energi di negara berkembang seperti di Indonesia cenderung lebih tinggi dari negara maju. Konsumsi tersebut berkaitan dengan semakin banyaknya pekerjaan yang menggunakan energi listrik dan mesin industri, serta berbagai kegiatan ekonomi lainnyal. Salah satu sumber energi yang terpenting sampai saat ini adalah minyak bumi. Antares tahun 1994/95 dan proyeksi pada tahun 1998/99 memperiihatkan bahwa minyak bumi masih merupakan andalan sumber energi. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 : Tingkat Permintaan Energi Tabun 1994/95 s.d. 1998/99 (dalam satuan MBOE : Million Barrels of Oil Equivalent)*
Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi, 1998 ** Setara dengan 3uta Bard Minyak
* Angka Sementara
11 Saddayao, Corazon Morales, 1778: 3
Tabei diatas menunjukkan bahwa antra tahun 1994/95 s.d. 1998/99 lebih dari 60% permintaan energi dalam negeri diperoleh dari minyak bumi. Pada tahun 1998/99 proporsi permintaan energi 61,11% energi dari minyak bumi. Disamping untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, bagi Indonesia minyak bumi juga merupakan andalan bagi pemasukan devisa negara. Gambaran penerimaan dalam negeri dari minyak & gas (migas). ditunjukkan pada tabei berikut :
Tabei 2 Kuantitas dan Nilai Ekspor Minyak dan Gas Indonesia, 1990-1997
Sumber : Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Ekspor/lmpor 1997
Data diatas menunjukkan bahwa memang ketergantungan ekspor dari migas semakin lama semakin menurun. Hal ini diakibatkan oleh adanya peningkatan ekspor di bidang non-migas yang mendapat prioritas khususnya pada dasawarsa terakhir. Penurunan ekspor minyak dan gas bumi tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan minyak di dalam negeri sendiri yang telah mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan kebutuhan masyarakat, seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3 : Banyaknya Produksi Migas Menurut jenis Pengilangan 1992-1996 (Gasoline, Premium, Minyak Tanah/ Kerosene, Solar) dalam satuan Barrel
Sumber : Statistik Pertambangan minyak dan Gas Bumi, 1996
Data diatas menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan produksi beberapa hasil migas khususnya premium, kerosene, dan solar dari tahun ke-tahun. Jika angka-angka diatas kita konfirmasikan terhadap pertumbuhan kendaraan bermotor yang menggunakan produk migas tersebut, maka terlihat adanya hubungan yang erat antara peningkatan produk migas tersebut terhadap peningkatan jumlah kendaraan bermotor.
Antara tahun 1992-1997 produksi rakitan seluruh kendaraan bermotor mengalami kenaikan kecuali penurunan jeep antara tahun 1996-1997, dan penurunan produksi bis antara tahun 1995-1997. Dengan demikan terlihat indikasi yang kuat bahwa peningkatan beberapa jenis produksi migas dipengaruhi oleh kendaraan bermotor yang menggunakan jenis produk tersebut?"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pavitraj Singh Aulakh
"Hidrogen sebagai pembawa energi terbarukan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energi global dan mengatasi tantangan perubahan iklim, namun penyimpanannya menghadapi tantangan seperti kepadatan volumetrik rendah dan kondisi operasi ekstrem. Penyimpanan hidrogen melalui dekomposisi amonia menjadi alternatif penyimpanan yang berpotensi. Amonia cocok untuk menghasilkan hidrogen on-site tanpa emisi karbon untuk aplikasi PEM fuel cell yang membutuhkan suhu operasi di bawah 450°C, namun pengembangan katalis non-logam mulia dengan biaya rendah yang mampu bekerja pada suhu rendah tetap menjadi tantangan besar. Salah satu terobosan merupakan utilisasi katalis bimetalik besi-kobalt dengan penyangga MgO untuk dekomposisi amonia pada 500°C dan 1 bar ditemukan mampu menekan nitridasi dan mencapai energi pengikatan nitrogen yang setara dengan katalis berbasis Ru (Chen, dkk, Nat. Commun. 2024, 871, 15, 8410). Pada penelitian ini, studi lebih lanjut mengenai katalis bimetalik besi-kobalt akan dilakukan dengan fokus pada pengaruh orientasi permukaan katalis terhadap reaksi dekomposisi amonia. Pendekatan DFT diterapkan pada setiap tahap reaksi untuk mengevaluasi energi adsorpsi dan energi reaksi, yang berfungsi sebagai indikator performa katalis. Hasil simulasi menunjukkan orientasi (100) terbaik untuk disosiasi, (111) untuk rekombinasi dan desorpsi yang merupakan tahap penentu laju, serta (210) untuk keseimbangan energi pada seluruh tahapan, mencerminkan efisiensi bervariasi yang dipengaruhi oleh orientasi permukaan dan efek kobalt.

Hydrogen, a renewable energy carrier, is crucial in addressing global energy demands and climate change. However, its storage faces challenges like low volumetric density and extreme conditions. Ammonia decomposition presents a potential alternative for hydrogen storage due to its high hydrogen content and stability at low pressures. Ammonia is ideal for generating on-site hydrogen without carbon emissions, especially for PEM fuel cells that require operating temperatures below 450°C. Developing low-cost, non-precious metal catalysts that can function at low temperatures remains a challenge. A notable breakthrough involves using iron-cobalt catalyst supported by MgO for ammonia decomposition at 500°C and 1 bar, which effectively suppresses nitridation and achieves nitrogen binding energies comparable to Ru-based catalysts (Chen et al., Nat. Commun. 2024, 871, 15, 8410). This study focuses on the effect of surface orientation on the ammonia decomposition reaction using an iron-cobalt catalyst. The DFT approach is used to evaluate adsorption and reaction energies at each reaction step, serving as indicators of catalyst performance. Simulation results indicate that the (100) orientation is best for dissociation, (111) for recombination and desorption, which are the rate-determining steps, and (210) for energy balance across all stages, highlighting efficiency variations influenced by surface orientation and cobalt effects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library