Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tan Lina
Abstrak :
Tujuan: mengetahui pengaruh pemberian diet rendah kalori seimbang yang dihitung berdasarkan defisit 1000 kkal/hari dari diet dan olahraga erobik yang disesuaikan dengan kemampuan maksimal berolahraga masing-masing individu terhadap berat badan (BB), indeks massa tubuh (MT), tebal lipatan Kulit total (TLK), massa lemak (ML), profil lipid, dan volume oksigen maksimal (VO2max). Tempat : Pusat kebugaran Fit'n Chic, Kelapa Gading. Metodologi : Setelah mendapat persetujuan etik dari Panitia Penilai Etik Penelitian, FKUI diperoleh 26 orang perempuan peserta program penurunan berat badan yang bersedia mengikuti penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental pre- dan pasca- tes dengan menggunakan subyek yang sama sebagai kontrol dan perlakuan. Masing-masing individu mendapat diet rendah kalori seimbang dan olahraga erobik selama 12 minggu. Diet rendah kalori seimbang diberikan berdasarkan pengurangan pemberian kalori/defisit sebesar 1000 kkal/hari dengan perhitungan diet dikurangi rata-rata antara 600 sampai dengan 800 kkal dan energi yang dikeluarkan selama olahraga erobik yang diprogramakan rata-rata antara 200 sampai dengan 400 kkal. Sebelum diberikan olahraga erobik dilakukan tes Cooper untuk menilai kemampuan maksimal masing-masing individu dalam berolahraga. Olahraga erobik diberikan dengan intensitas 60-80% kemampuan maksimal, frekuensi 5 kali seminggu, lama 60 menit. Diet yang diberikan rata-rata 900 - 1100 kkal/hari. Hasil : Terjadi penurunan berat badan secara bermakna (p < 0,05) dari 73,6 ± 11,17 kg menjadi 64,9 ± 10,08 kg (penurunan 11,81%); Penurunan IMT secara bermakna (p < 0,05) dari 29,62 ± 4,53 menjadi 26,10 ± 4.0 kg/m2 (perubahan 11,88%); Penurunan TLK secara bermakna (p < 0,05) dari 103,31 ± 18,39 mm menjadi 64,53 ± 14,13 mm (perubahan 37,54%); penurunan ML secara bermakna (p < 0,05) dari 35,60 ± 3,07 menjadi 24,96 ± 4,46 % (perubahan sebesar 29,89%); penurunan TG secara bermakna (p < 0,05) dari 126,23 ± 44,82 menjadi 109,89 ± 32,89 mg/dL (perubahan 12,94%); penurunan KT secara bermakna (p < 0,05) dart 206,15 ± 22,93 menjadi 182,12 ± 14,09 mg/dL (perubahan 11,66%); penurunan LDL secara bermakna (p < 0,05) dart 130,77 ± 25,11 menjadi 109,27 ± 17,83 mg/dL (perubahan sebesar 16,44%). Terjadi peningkatan VO2max secara bermakna (p < 0,05) dari 27,87 ± 2,75 menjadi 33,70 ± 2,75 ml/kg BB/min (perubahan 20,92%). Terjadi sedikit peningkatan HDL sebesar 0,62 mg/dL (1,24%) yang secara statistik tidak bermakna. Kesimpulan: Dengan diet rendah kalori seimbang dan olahraga erobik dengan dosis yang disesuaikan kemampuan masing-masing individu sangat efektif untuk menurunkan berat badan, IMT, tebal lemak bawah kulit, persentase massa lemak, memperbaiki profil lipid, dan meningkatkan VO2maks.
Objective: To determine the effects of balanced LCD and endurance exercise with appropriate individual maximal capacity on body weight, body mass index (BM), total skin fold (TSF), percent body fat (BF), lipid profiles, and V02 max Location: Fit'n Chic fitness centre, Kelapa Gading. Methods: Twenty six overweight women were studied in a pre and post test, using control group as the same subjects as the treatment group. Subjects received a balanced LCD and endurance exercise for 12 weeks. Balanced LCD was given based on energy deficit 1000 kkal/day from diet and exercise. Deficit from diet was 600 to 800 kkal. The calorie from the diet was given within 900 - 1100 kkal/day and energy expenditure from endurance exercise was 200 to 400 kkal. All subject bad to undergo Cooper test for designing the intensity of the endurance program. Endurance exercise 60 - 80% V02max for 60 minutes, 5 days a week. The procedures followed were in accordance with the ethical Committee of the Department of Medicine, University of Indonesia. Results: Balanced LCD and endurance exercise, decreased body weight 8,7 kg (11,81%) (p< 0,05) from 73,6 ± 11,17 to 64,9 t 10,08 kg BM1 decreased 11,88% (p < 0,05) from 29,62 t 4,53 to 26,10 ±4.0 kglm2), TSF decreased 37,54% (p < 0,05) from 103,31 t 18,39 to 64,53 ± 14,13 mm , percent BF decreased 29,89% (p < 0,05) from 35,60 t 3,07 to 24,96 ± 4,46 % , TG decreased 12,94% (p < 0,05) from 126,23 t 44,82 to 109,89 t 32,89 mg/dL, total cholesterol decreased 11,66% (p < 0,05) from 206,15 ± 22,93 to 182,12 ± 14,09 mg/dL, LDL decreased 16,44% (p < 0,05) from 130,77 ±25,11 to 109,27 ± 17,83 mg/dL, VO2max increased significantly (p < 0,05) before 27,87 ± 2,75 , after 33,70 t 2,75 ml/kg BW/min (changed 20,92%). IIDL increased not significantly (p > 0,05) from 32 ± 14 to 37 ± 16 mg/dL. The balanced LCD and endurance exercise with exact dose appropriate to individual performance resulted in significant weight loss, reduced BMI, TSF, percent BF, and improved lipid profiles and VO2max.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T10967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendria Putra
Abstrak :
Endurance exercise merupakan aktifitas fisik aerobic yang dapat meningkatkan denyut jantung dan pernafasan bila dilakukan dalam waktu yang direkomendasikan pada pasien Diabetes Mellitus. Ketidaktahuan perawat tentang bentuk, intensitas, durasi, dan frekuensi latihan fisik yang diperbolehkan pada pasien tersebut akan menyebabkan tidak terlaksananya manajemen asuhan keperawatan yang baik dan benar pada pasien Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristlk, nilai HDL darah, nilai HDL darah sebelum dan sesudah endurance execise, nilai HDL darah antara kelompok kontrol dan intervensi sesudah endurance exercise serta variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai HDL sesudah endurance exercise. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperirnen dengan pendekatan the untreated control group design with pretest and positest. Populasi penelitian sebanyak 388 orang. Sampel penelitian adalah 47 responden (23 responden pada kelompok kontrol dan 24 responden kelompok intervensi) dengan menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan nilai HDL darah sebelum dan sesudah endurance exercise (p=0.000), adanya perbedaan signifikan nilai HDL darah sesudah endurance exercise antara kelompok kontrol dan intervensi (p=0.042), serta keteraturan kontrol merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai HDL darah sesudah endurance exercise (Beta=0.370). Kesimpulan penelitian ini adalah endurance exercise dapat meningkatkan nilai HDL darah pasien Diabetes Mellitus. Dari hasil penelitian ini disarankan endurance exercise dapat menjadi salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabine Versayanti
Abstrak :
Latar Belakang. Pasien cedera medula spinalis CMS hampir selalu mengalami penurunan fungsi kardiovaskular, sedangkan aktivitas sehari-hari memerlukan kebugaran kardiorespirasi yang tinggi. Latihan endurans kardiorespirasi memiliki manfaat yang baik pada pasien CMS dan latihan ini harus dimulai dari awal sehingga dapat menunjang latihan fungsional yang akan diberikan untuk memperoleh kemandirian dengan lebih cepat. Tujuan. Menilai manfaat penambahan terapi latihan endurans kardiorespirasi arm ergocycle pada kemampuan fungsional pasien CMS yang dinilai melalui jarak 6 Minutes Push Test 6MPT , Functional Independence Measure FIM, dan Fatique Severity Scale FSS. Metode. Desain penelitian adalah uji klinis acak terkontrol. Subyek adalah pasien CMS rawat inap RSUP Fatmawati yang dirawat untuk latihan kemandirian. Subyek dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan tambahan terapi latihan endurans kardiorespirasi arm ergocycle, 3 kali/minggu, durasi awal 10 menit yang dinaikkan secara bertahap, selama 3 minggu, intensitas latihan 40 power output maksimal. Hasil. Terdapat 26 subjek yang mengikuti penelitian, namun 24 yang menyelesaikan penelitian yaitu 13 pada kelompok perlakuan dan 11 pada kelompok kontrol. Terdapat peningkatan jarak 6MPT pada kelompok perlakuan 136,36 39,02m menjadi 231,20 97,15m p=0,000 dan kelompok kontrol 134,55 52,32m menjadi 186,67 63,57m p=0,006. Delta jarak 6MPT pada kelompok perlakuan 94,83 66,92m dan kelompok kontrol 60,66 57,63m p=0,198. Kelompok perlakuan mengalami peningkatan FIM 66,77 13,88 menjadi 95,77 14,23 p=0,000, kelompok kontrol 68,46 18,12 menjadi 93,27 16,24 p=0,003. Delta FIM pada kelompok perlakuan 29 17,13 dan kontrol 25,45 21,75 p=0,659. Delta FSS pada kelompok perlakuan -4,3 5,14 dan pada kelompok kontrol -6,36 5,95 p=0,373. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna peningkatan jarak 6MPT terhadap FIM dan FSS. Pada kelompok perlakuan didapatkan korelasi peningkatan jarak 6MPT dengan FIM r=0,359 p=0,228 dan pada kontrol r=0,120 p=0,725. Korelasi peningkatan jarak 6MPT dengan FSS pada kelompok perlakuan adalah r=-0,015 p=0,961 , sedangkan kontrol r=0,004 p=0,991. Kesimpulan. Terdapat peningkatan jarak 6MPT, FIM dan FSS pada penambahan latihan endurans kardiorespirasi dengan arm ergocycle namun kenaikannya dibandingkan dengan kontrol tidak berbeda bermakna.
Background. Spinal cord injury SCI patient always experience decrease in cardiovascular function, while daily activities require high cardiorespiratory fitness. Cardiorespiratory endurance exercises have good benefits in CMS patients and this exercise should be started from the beginning to support the functional exercises that will be given to gain independency faster. Aim. Assessing the benefits of additional endurance exercise therapy of arm ergocycle in SCI patients with the outcomes are 6 Minutes Push Test 6MPT distance, Functional Independence Measure FIM , Fatique Severity Scale FSS. Method. The study design was a randomized, controlled trial. The subjects were SCI patient in inpatient RSUP Fatmawati who was treated for independency. The subjects were divided into two groups randomly into the control group and the treatment group that given additional cardiorespiratory exercise with ergocycle, 3 times week, the initial duration of 10 minutes gradually increased, 3 weeks, 40 maximum power output. Results. There were 26 subjects who followed the study but 24 who completed the study, 13 in the treatment group and 11 in the control group. There was an increase of 6MPT distance in the treatment group 136,36 39,02m to 231,20 97,15m p 0,000 and the control group 134,55 52,32m to 186,67 63,57m p 0,006. Delta distance of 6MPT in treatment group 94,83 66,92m and control group 60,66 57,63 m p 0,198. The treatment group experienced an increase of FIM 66,77 13,88 to 95,77 14,23 p 0,000 , control group 68,46 18,12 to 93,27 16,24 p 0,003. Delta FIM in treatment group 29 17,13 and control 25,45 21,75 p 0,659. Delta FSS in the treatment group 4,3 5,14 and in the control group 6,36 5,95 p 0,373. There was no significant correlation between 6MPT increase in FIM and FSS. In the treatment group, the correlation of 6MPT distance increased with FIM r 0,359 p 0,228 and control r 0,120 p 0,725. The correlation of 6MPT distance increase with FSS in treatment group was r 0,015 p 0,961 , while control r 0,004 p 0,991. Conclusion. There was an increase in the distance of 6MPT, FIM and FSS in the exercise group but the increment was not significant compared with controls in inpatient SCI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library