Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dana Dharaniyadewi
Abstrak :
Pendahuluan. Sepsis merupakan suatu kondisi klinis yang serius dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Procalcitonin (PCT) merupakan suatu penanda yang baik untuk diagnosis dini dan pengawasan infeksi. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemeriksaan PCT semikuantitatif terhadap kecepatan dan ketepatan pemberian antibiotik empirik awal serta mortalitas pada pasien sepsis. Metode. Desain studi ini adalah uji klinis diagnostik acak yang merupakan suatu pragmatic trial. Subjek pada penelitian ini adalah semua pasien sepsis berusia 18 tahun atau lebih dengan atau tanpa tanda hipoperfusi atau disfungsi organ yang berobat ke Instalasi Gawat Darurat Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Subjek dirandomisasi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang diperiksa PCT semikuantitatif dan tidak diperiksa PCT semikuantitatif. Hasil pemeriksaan PCT semikuantitatif akan diberitahukan kepada dokter yang merawat pasien. Luaran primer yang dinilai pada studi ini adalah mortalitas 14 hari dan Luaran sekunder adalah kecepatan dan ketepatan antibiotik empirik awal. Penilaian ketepatan antibiotik empirik dilakukan oleh sorang Konsultan Penyakit Tropik Infeksi berdasarkan Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil. Dua ratus lima subjek memenuhi kriteria inklusi. Sembilan puluh lima dari 100 subjek pada kelompok yang diperiksa PCT dan 102 dari 105 subjek pada kelompok yang tidak diperiksa PCT dimasukkan ke dalam analisis. Mortalitas ditemukan lebih rendah pada kelompok yang diperiksa PCT (RR 0,53; IK 95% 0,36–0,77). Kelompok yang diperiksa PCT memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan antibiotik empirik < 6 jam dibandingkan kelompok yang tidak diperiksa PCT (RR 2,48; IK 95% 1,88–3,26). Ketepatan jenis antibiotik empirik hampir sama pada kedua kelompok (RR 0,99; IK 95% 0,92–1,08). Simpulan. Pemeriksaan PCT semikuantitatif mempengaruhi mortalitas dan kecepatan pemberian terapi antibiotik empirik awal pada pasien sepsis, namun tidak mempengaruhi ketepatan terapi antibiotik empirik awal yang diberikan. ......Introduction. Sepsis is a serious clinical condition with a considerable morbidity and mortality. Procalcitonin (PCT) is a good biomarker for early diagnosis and infection monitoring. The present study aimed to investigate the effect of semi-quantitative PCT test to the empirical antibiotic initiation time, the appropriateness of empirical antibiotics and mortality in septic patients. Methods. Study design was randomized diagnostic trial which was also a pragmatic trial. Septic patients more than 18 years old with and without signs of organ hypoperfusion or dysfunction who were admitted to Cipto Mangunkusomo hospital emergency department in internal medicine unit were eligible. Subjects were randomly assigned to either a semi-quantitative PCT-examined (study group) or a control group. Semi-quantitative PCT test result will be informed to physician who were taking care of the patients. The primary outcome was 14-day mortality. Secondary outcomes were the time of initiation and appropriateness of empirical antibiotics. A Tropical Infection Consultant will assess the appropriateness of empirical antibiotics based on Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Results. Two hundred five patients met the inclusion criteria. Ninety five of 100 subjects from study group and 102 of 105 subjects from control group were included in analysis. Mortality risk was lower in study group (RR 0.53; 95% CI 0.36–0.77). The study group had a greater probability to have a first dose of empirical antibiotic in less than 6 hours compared to the control group (RR 2.48; 95% CI 1.88–3.26). No effect was seen in appropriateness of empirical antibiotics between groups (RR 0.99; 95% CI 0.92–1.08). Conclusions. Semi-quantitative PCT examination affect the empirical antibiotic initiation time and mortality in septic patients, but not the appropriateness of empirical antibiotics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Indari
Abstrak :
Latar Belakang : Data World Health Organization (WHO) tahun 2019 menunjukkan infeksi saluran napas bawah menjadi penyebab kematian keempat di dunia dengan angka kematian 6.1%. Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran napas bawah yang disebabkan oleh mikroorganisme. Jenis pneumonia yang banyak di masyarakat adalah pneumonia komunitas. Tingginya angka kejadian penumonia komunitas yang disebabkan oleh bakteri menyebabkan meningkatnya kebutuhan antibiotik sebagai pengobatan. Pemberian antibiotik dapat berupa empirical antibiotic treatment (EAT) atau pathogen-directed treatment (PDT). Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan pengobatan pasien pneumonia komunitas rawat inap dengan EAT atau PDT. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan desain kohort retrospektif dengan pengambilan data rekam medis di RSUP Persahabatan. Subjek peneltian ini adalah pasien pneumonia komunitas rawat inap periode 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2022. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling. Hasil : Subjek penelitian terdiri dari 220 pasien EAT dan 62 pasien PDT. Mayoritas bakteri yang ditemukan pada biakan sputum adalah gram negatif (82%) dengan jenis terbanyak adalah Klebsiella pneumonia (29.3%), Acinetobacter baumanii (16.7%) dan Eschericia coli (15.3%). Antibiotik terbanyak pada EAT adalah levofloksasin (87.3%) dan pada PDT adalah meropenem (34%). Keberhasilan pengobatan pasien dengan EAT sebesar 74.5% yang dipengaruhi oleh skor PSI (OR 5.318 (IK 95% 2.046 - 13.820, p=<.001), lama perawatan (OR 1.949 (IK 95% 1.043 - 3.641, p=0.035) dan riwayat penggunaan ventilator (OR 29.364 (IK 95% 12.80 - 67.34, p= <.001). Keberhasilan pengobatan pasien dengan PDT sebesar 46.8% yang dipengaruhi oleh riwayat penggunaan ventilator (OR 9.615 (IK 95% 2.712-34.08, p=<.001) dan hasil biakan sputum Acinetobacter baumanii (OR 2.608 (IK 95% 1.089 - 6.246), p = 0.028). Kesimpulan : Keberhasilan pengobatan pasien dengan EAT sebesar 74.5% dipengaruhi oleh skor PSI, lama perawatan dan riwayat penggunaan ventilator. Keberhasilan pengobatan pasien dengan PDT sebesar 46.8% dipengaruhi oleh riwayat penggunaan ventilator dan biakan sputum Acinetobacter baumanii. ......Background: Data from the World Health Organization (WHO) in 2019 shows that lower respiratory tract infections are the fourth cause of death in the world with a mortality rate of 6.1%. Pneumonia is a lower respiratory tract infection caused by microorganisms. The type of pneumonia that is common is community-acquired pneumonia. The high incidence of community-acquired pneumonia caused by bacteria causes an increased need for antibiotics as treatment. Antibiotics can be given as empirical antibiotic treatment (EAT) or pathogen-directed treatment (PDT). This study aims to see the success rate of inpatient community-acquired pneumonia with EAT or PDT. Methods : This study was an observational study using a retrospective cohort design by collecting medical record data at Persahabatan Hospital. The subjects of this study were inpatient community-acquired pneumonia patients for the period January 1, 2021 to December 31, 2022. The total sampling method was selected for the study. Results : The subjects in this study consisted of 220 EAT patients and 62 PDT patients. The majority of bacteria found were gram-negative (82%) with the most common types were Klebsiella pneumonia (29.3%), Acinetobacter baumannii (16.7%) and Escherichia coli (15.3%). The most antibiotics in EAT was levofloxacin (87.3%) and in PDT was meropenem (34%). The success rate of patients with EAT was 74.5%, which was affected by PSI score (OR 5.318 (IK 95% 2.046 - 13.820, p=<.001), length of stay (OR 1.949 (IK 95% 1.043 - 3.641, p=0.035) and history of ventilator use (OR 29.364 (IK 95% 12.80 - 67.34, p= <.001). The success rate of PDT was 46.8%, influenced by the history of ventilator use (OR 9.615 (IK 95% 2.712-34.08, p=<.001) and Acinetobacter baumanii in sputum culture (OR 2.608 (IK 95% 1.089 - 6.246), p = 0.028). Conclusions : The success rate of patients with EAT was 74.5%, influenced by PSI score, length of stay and history of ventilator use while those with PDT were 46.8%, influenced by the history of ventilator use and Acinetobacter baumanii in sputum culture.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library