Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harding, Bertita
New York: Indianapolis The Bobbs-Merrill, 1937
943.604 HAR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sakamoto, Taro
Tokyo: The International Society for Educational Information, 1984.
952 TAR j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Burckhardt, Jacob, 1818-1897
New York: Doubleday & Company, 1956
949.501 BUR a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brandi, Karl
London: Jonathan Cape, 1949
923.2 42 BRA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
May, Larry
Abstrak :
This is a study of what constituted legality and the role of law in ancient societies. Investigating and comparing legal codes and legal thinking of the ancient societies of Mesopotamia, Egypt, Greece, India, the Roman Republic, the Roman Empire and of the ancient Rabbis, this volume examines how people used law to create stable societies. Starting with Hammurabi's Code, this volume also analyzes the law of the pharaohs and the codes of the ancient rabbis and of the Roman Emperor Justinian. Focusing on the key concepts of justice equity and humaneness, the status of women and slaves, and the idea of criminality and of war and peace; no other book attempts to examine such diverse legal systems and legal thinking from the ancient world.
United Kingdom: Cambridge University Press, 2019
e20528977
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Cooney, Eleanor
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2012
813.54 COO c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Resvina Hamdi
Abstrak :
Masuknya bangsa Barat ke Jepang sejak kedatangan Laksamana Perry menandai awal kehancuran pemerintahan Bakufu Tokugawa. Para rezim anti-Bakufu melakukan pertentangan atas kekecewaan mereka terhadap Bakufu yang dengan begitu saja menjatuhkan harga diri Jepang dan membiarkan pihak asing memasuki Jepang. Pihak rezim ini melakukan berbagai bentuk perlawanan dengan slogan sonno-joi terhadap pihak asing. Seiring berjalannya waktu dan sadar akan kekuatan bangsa asing yang lebih canggih dibandingkan Jepang, praktik sonno-joi berubah tujuan menjadi gerakan untuk menggulingkan Bakufu Tokugawa agar kekuasaan politik dapat dikembalikan kepada Kaisar. Tugas akhir ini akan menjelaskan bagaimana praktik sonno-joi mengalami perubahan dimulai dari masuknya bangsa asing hingga keterlibatan mereka dalam berbagai konflik anti asing dan gerakan penggulingan Tokugawa. ...... The arrival of Western nations into Japan since Commodore Perrys visit marked the beginning of the fall of the Tokugawa Bakufu government. The anti-Bakufu regimes contested as their disappointment towards Bakufu who simply threw Japans pride and allowed foreigners to enter Japan. The regime carried out various forms of resistance by the slogan sonno-joi against foreign parties. Over time and the awareness of the more developed foreign powers compared to Japan, the practice of sonno-joi changed its purpose to become a movement to overthrow the Tokugawa Bakufu so that political power could be returned to the Emperor. This final project will explain how the practice of sonnoi-joi underwent changes starting from the entry of foreign nations to their involvement in various anti-foreign conflicts and the overthrow Tokugawa movement.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogi Dwicahyo Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Keterdesakan Jepang pada akhir Perang Dunia II memaksa mereka untuk membentuk pasukan TokkÅ?tai sebagai salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan peluang untuk menang. TokkÅ?tai merupakan pasukan khusus yang dibentuk oleh Angkatan Laut dan Angkatan Darat Kekaisaran. Mereka menjalankan misi dengan meledakkan diri atau menabrakkan diri pada pasukan musuh sehingga sering pula disebut sebagai pasukan bunuh diri. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai indoktrinasi Kokka ShintÅ? yang dilakukan pemerintah dan kekaisaran Jepang sehingga masyarakat bersedia untuk bergabung dalam pasukan TokkÅ?tai. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan teknik penelitian studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori Nasionalisme Religius yang dikemukakan oleh Mark Juergensmeyer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indoktrinasi yang dilakukan oleh Jepang semenjak zaman Meiji adalah dengan mengonstruksi ShintÅ? tradisional menjadi Kokka ShintÅ? yang memiliki inti kesetiaan pada Kaisar sebagai dasar nasionalisme bersifat religius dan menanamkannya sejak dini pada masyarakat Jepang sehingga dapat dengan mudah dimobilisasi untuk kepentingan negara seperti menjadi anggota pasukan TokkÅ?tai
ABSTRACT
Japans urgent condition at the end of World War II forced her to form TokkÅ?tai force as one of the ways that was expected to increase her chance of victory. TokkÅ?tai is a special force formed by Imperial Japanese Navy and Army. who carried out missions by blowing themselves up or crashing into enemy forces. Hence, they are often referred to as suicide forces. The issue discussed in this research is about Kokka ShintÅ? indoctrination carried out by the Japanese government and the empire to convince people to be willing to join the TokkÅ?tai forces. This research uses descriptive analysis method and literature study research technique. This research uses the theory of Religious Nationalism proposed by Mark Juergensmeyer. The results of this study indicate that indoctrination was carried out by the Japanese since the Meiji era by constructing traditional ShintÅ? into Kokka ShintÅ? which had a core of loyalty to the Emperor. This serves as a basis for religious nationalism and is instilled in Japanese people since early age so they could be easily mobilized for the nation, including by being part of TokkÅ?tai
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Taiwan: Commercial Press, 2008
R SIN 121.305 1 SIK
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Harto Juwono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan intrik-intrik politik yang terjadi selama pemerintahan Sunan Paku Buwono IV di Kesunanan Surakarta periode 1808-1820. Tahun 1808 dijadikan sebagai batas awal dengan pertimbangan bahwa pada tahun itu intervensi kolonial untuk pertama kalinya terjadi pada kehidupan politik di kraton, yaitu dengan adanya peraturan tata tertib baru yang dibuat oleh Gubemur Jenderal H.W. Daendels untuk penyambutan pejabat kolonial oleh raja. Tahun 1820 menjadi batas akhir dengan pertimbangan sebagai tahun wafatnya Sunan PBIV. Selama periode pembahasan, tujuh kali intrik-intrik politik dilakukan oleh Sunan PB IV yang dimaksudkan sebagai usaha untuk mempertahankan kekuasaan dan wibawanya. Tujuan utama Sunan PB IV adalah untuk mengembalikan kebesaran dan keutuhan Kerajaan Mataram Islam seperti sebelum peristiwa Palihan Nagari tahun 1755, dan berkuasa sebagai seorang raja Jawa babas dari intervensi asing. Dalam mencapai tujuan tersebut, Sunan PB IV hares menghadapi penguasa kolonial Belanda, Prancis dan Inggris, di samping juga Kesunanan Yogyakarta dan para kerabatnya sendiri di kraton Solo. Semua peristiwa tersebut berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah kolonial sendiri terhadap Kesunanan Surakarta yang diwarnai keraguan. Kepentingan kolonial menuntut adanya perluasan wilayah dan pengakuan kekuasaan oleh raja-raja Jawa. Tetapi pemerintah kolonial juga khawatir terjadinya konflik besar dengan raja-raja Jawa akibat tekanannya. Penguasa kolonial mengetahui semua rencana Sunan itu, tetapi untuk menghindari peperangan besar pemerintah kolonial tidak menurunkan atau membuang Sunan. Sementara itu Sunan PB IV berhasil lolos dari tuntutan penguasa kolonial dengan mengorbankan orang lain yang sebelurnnya dilibatkan dalam intrik politiknya. Tuduhan penguasa kolonial yang didasarkan pada bukti yuridis memungkinkan Sunan untuk mengelak dan menunjuk orang lain sebagai pelaku utamanya.
This research is aimed to explain and to expose some political conspiracies in Solo under the rule of Sunan Paku Buwono fourth. 1808-1820. The year 1808 is a starting point because of fact that in that year colonial intervention into Javanese royal political life was begun. It was shiown by Gouverneur General H.W. Daendels' decision for a formal ceremony in Javanese kraton, especially for respecting a new Minister. The year 1820 is the last point because in the year Sunan Paku Buwono fourth was dead. In his ruling period, there were seven political conspiracies that done by him for defending his royal power and prestige. His main targets were to return a greatness and power of Mataram Kingdom, as before the palihan nagari in 1755, and ruled as a great Javanese emperor without foreigner's intervention. For achieving them, the Sunan had to do with Dutch, French and British colonial powers, and also Yogyakarta Kingdom and his own family in Solo. It had any relation with a doubtfull colonial policy toward Sunan. Colonial interest needed the geographical control on Javanese kings. But she was worry about the great conflict againts Javanese kings, because of her policy. Colonial govenment knew seriously about Sunan's conspiracies, but for preventing a great conflict againts Solo, colonial govenment did not replace the Sunan with another. The Sunan fourth could escape from colonial punishment successfully, because he took another person as his victim of his political conspiracy. The colonial judicial accusement againts the Sultan could not be proven and it made the Sultan was safe from the punishment, until his death in 1820.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>