Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayaturrohman
Abstrak :
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar hubungan wara? dan kecerdasan emosional dengan tingkat konformitas santri Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor. Ada tiga hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu: a) terdapat hubungan yang signifikan antara wara? dengan tingkat konformitas, b) terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan tingkat konformitas dan c) terdapat hubungan yang signifikan antara wara? dan kecerdasan emosional secara bersama dengan tingkat konformitas. Populasi dalam penelitian ini adalah santri Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor yang berjumlah 80 orang, untuk menentukan sampel digunakan Tehnik Random Sampling. Berdasarkan salah satu teori penelitian, jumlah populasi yang kurang 100 orang dianggap cukup representatif bila diambil 20-25%, maka dalam penelitian ini diambil 40 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket (kuesioner) model Skala Likert dan diolah dengan tehnik analisa Alpha Cronbach. Hasil analisa instrumen tersebut menunjukan validitas dan realibelitas yang cukup dengan r-hitung masing-masing variabel sebagai berikut: 1) variabel wara? (X1) r-hitung 0,779, b) variabel kecerdasan emosional (X2) r-hitung 0,726 dan c) variabel konformitas r-hitung 0,680. Hasil penelitian dalam uji korelasi menunjukan bahwa besar hubungan variabel wara? dengan konformitas adalah -0.580 sedangkan besar hubungan variabel kecerdasan emosional dengan konformitas adalah -0.636, sedangkan nilai R Squer yang menunjukan determinasi atau presentase hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebesar 0.410 yang berarti presentase hubungan X1 dan X2 dengan Y adalah sebesar 41 %. Sementara dalam uji regresi ditemukan hasil bahwa konstanta (a) sebesar 85.058, sedangkan koefisien regresi X1 sebesar -0.146 dan koefisien regresi X2 sebesar -0.437. Hal ini menunjukan bahwa variabel X1 dan X2 mempunyai hubungan negatif dengan variabel Y atau wara bisa mengurangi tingkat konformitas sebesar 14% dan kecerdasan emosional mengurangi tingkat konformitas sebesar 43 %.
The root of the matter in this research is what the relation of wara' and emotional quotient with level of conformity student Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor. There are three hypothesises which will be tested in this research that are: a) there is significant relationship between wara' with level of conformity, b) there is significant relationship between emotional quotient with level of conformity and c) there is significant relationship between wara' and emotional quotient simultantly/together with level of conformity. Population in this research is student Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor which amounts to 80, to determine sample is applied by Random Sampling technique. Based on one of the research theory, number of populations that is less 100 is assumed by enough representative if taken by 20-25%, hence in this research taken 40 responders. Instrument applied to collect data is questionaire, Likert Scale and analyzed with Alpha Cronbach. Result of the instrument analysis shows validity and reliability that is enough with r-statistic each variable as follows: 1) variable wara' ( X1) r-statistic 0,779, b) emotional quotient variable (X2) r-statistic 0,726 and c) conformity variable r-statistic 0,680. Result of research in testing correlation shows that the relation of variable wara' with conformity is -0.580 while the relation of emotional quotient variable with conformity is -0.636, while assessing R Square which shows determination or percentage relation between independent variable and dependent variables 0.410 meaning the contribution of X1 and X2 with Y is 41%. While in testing regression is found by result that constanta (a) 85.058, while regression coefficient X1 equal -0146 and regression coefficient X2 equal ?0.437. This thing shows that variable X1 and X2 has the negative relation with variable Y or wara? can lessen level of conformity equal to 14% and emotional quotients lessens level of conformity 43 %.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25361
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Endah Wahyuni
Abstrak :
Perkembangan zaman yang sangat pesat membawa masyarakat pada kehidupan sekuler, hedonistic dan matrealistik. Perubahan dalam pola kehidupan manusia, terutama kehadiran teknologi telah membentuk sistem ideologi baru yang telah menggeser tatanan sistem nilai, etika, dan moralitas religius. Dampaknya melahirkan suatu kelompok sosial yang konsumtif. Kelompok sosial ini gemar mengkonsumsi berbagai macam komoditi sekunder dan tertier sehingga menimbulkan kecemburuan sosial dan mengubah cara orang lain bertingkah laku. Untuk itu diperlukan suatu nilai yang mampu menjembatani teknologi dengan nilai, etika, dan moralitas religius sehingga akan memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Emotional Intelligence merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan, sedangkan Zuhud merupakan karakter yang membentuk pribadi yang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan mengarahkan pada sikap kejernihan jiwa. Kedua nilai ini berpotensi mampu memberikan kontribusi positif bagi nilai-nilai kehidupan. Dalam dunia kerja juga diperlukan sikap saling membantu dan bekerjasama dengan karyawan yang lain, yang lebih dikenal dengan istilah Organization Citizenship Behavior. Tugas-tugas pemimpin akan lebih ringan jika terdapat karyawan-karyawan dengan OCB tinggi, sehingga konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas dan kesuksesan. OCB dipandang sebagai manifestasi dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial, maka akan sangat mungkin dipengaruhi oleh kompetensi sosial yang dimiliki oleh pegawai. Kecerdasan emosi merupakan suatu kapasitas yang mengidentifikasikan tingkat kompetensi personal dan sosial dari karyawan yang bersangkutan, sedangkan zuhud herperan dalam dunia pekerjaan, untuk meningkatkan aktivitas dan etos kerja. Penelitian ini menganalisis kontribusi Zuhud dan Emotional Intelligence terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCR). Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan kajian teoritis. Kuisioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Populasi dalam penelitian ini adaiah RSU Bhakti Asili yang berjumlah 125 orang. Adapun Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil secara Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak, sedangkan jumlah sampel penelitian sebanyak 73 orang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, menerima hipotesis yang diajukan yaitu Zuhud dan Emotional Intelligence berkontribusi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hal ini ditunjukkan melalui hasil analisis regresi berganda dengan nilai F sebesar 66,436 dan signifikasi 0,000. Nilai signifikasi tersebut berada di bawah signifikasi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan positif. Dapat disimpulkan bahwa Zuhud dan Emotional Intelligence nu miliki hubungan yang positif terhadap OCR. Hal ini dapat dimaknakan, bila Zuhud dan Emotional Intelligence karyawan RSU Bhakti Asih mengalami kenaikan maka independen (Zuhud dan Emotional Intelligence) terhadap peruhahan variabel dependen (OCR) adalah sebesar 65,5% sedangkan sisanya sebesar 34,5% dipengaruhi oleh variabel yang lain selain variabel Zuhud don Emotional Intelligence.
The world has changed lastly and it has alTacted the society into a secular, hedonistic, and materialistic life. The change ini human life pattern, especially after the presence of technology has formed a new ideology which has changed the pattern of values, ethics and moralities system that already exist before. It is also hatched a consumtive social group as a result of the change. This social group like to crnnsume unnecessary commodity, there for their habits emerged social jelousy and changed other people behavior. There for, it is necessary to establish a value that can connect technology with religious values, ethnics and morality, so that will give positive effect for life. Emotional Intelligence is an ability to use emotion effectively to reach the purpose, depelove a productive relationship and enreach the success. Meanwhile Zuhud is a character which forms an ind'vidual that will ignore unnecessary things and lead us to the purity of soul. Both values are potentially give positive contribution to the values of the life. In working atmosphere it is also needed sense of help each other and cooperate with other employee, which is better known with term Organizational Citizenship Behavior (OCB). The leader's assignment will he lighter is there are employee with high 0C3, so that the productivity and success will raise shrewdly as a result of that. OCR is regarded as the manifestation of human nature as social creatures, so it will easily be affected by social competency of the employee it self. The Emotional Intelligence is a capacity which identifies personal and social competency level of the employee, meanwhile zuhud has a role in working atmosphere to increase working ethos and activity. The research will analyze the contribution of Zuhud and Emotional Intelligence upon Organizational Citizenship Behavior (OCB). The questioner u:ed in this research is made by the researcher based on theoritical study, The validity and reliability of the questioner has been tested. The population of the research is in public Hospital Bhakti Asih with 125 persons involve. The researcher used Simple Random Sampling, which is the sample are Laken randomly. The sample is about 73 persons. The result of the research is accept the hypothesis, which is Zuhud and 1:Motional Intelligence have a contribution to Organization Citizenship Behavior (OCB). The result is proved by double regression analysis with F score with estimation 66,436 and 0,000 signification. The signification score is under the signification that has been decided, which is 0,05 and positive. The conclusion is Zuhud and Emotional Intelligence have a positive relationship with OCB. It means that, if Zuhud and Emotional Intelligence of the publik Hospital Bhakti Asih employees are increase, so the independent variable (Zuhud dan EI) against the change of dependent variabel OCB is about 65.5%, meanwhile the rest 34,5% is affected by another variable except Zuhud and El variable.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T 17557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Mutiah
Abstrak :
Madrasah dalam khazanah kehidupan manusia Indonesia merupakan fenomena budaya yang telah berusia satu abad lebih (Fajar, 1998). Madrasah telah menjadi salah satu wujud entitas budaya bangsa Indonesia yang telah menjalani proses sosialisasi yang relatif intensif. Indikasinya adalah kenyataan bahwa wujud entitas budaya ini telah diakui dan diterima kehadirannya. Madrasah sebagai sebuah lembaga formal dalam proses belajar mengajar siswa secara formal tak lepas dari berbagai persoalan. Meskipun kurikulum madrasah memiliki penambahan dalam mata pelajaran agama namun di sisi lain dalam kenyataannya penyelenggaraan pendidikan madrasah masih dihadapkan pada sejumlah persoalan yang mengacu pada perbaikan dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Sudah menjadi hal yang umum dan diketahui masyarakat bahwa kualitas madrasah masih rendah dibanding dengan sekolah umum. Hal ini terlihat dari perolehan nilai ujian akhir nasional (UAN) dari tahun ke tahun yang memiliki kecenderungan yang sama yaitu nilai UAN yang masih jauh tertinggal dibanding dengan nilai UAN SLTP. Persoalan kualitas Madrasah Tsanawiyah berkaitan dengan peran kepemimpinan kepala sekolah, di mana peran kepemimpinan kepala sekolah sangat penting bagi mutu sekolah yang dipimpinnya. Terbukti dari beberapa penelitian (lihat Supriadi, 1998 ; Cherniss, 1998) yang menyatakan pentingnya peran kepala sekolah dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya, bagaimana kepala sekolah memberdayakan guru, staf dan siswa dengan cara memberikan motivasi, membina hubungan dan perhatiannya terhadap mereka merupakan perilaku yang sangat berpengaruh terhadap persepsi mereka dan mempengaruhi motivasi kerja mereka. Adanya perhatian, dorongan, usaha-usaha kepala sekolah dan upaya-upaya yang terns menerus dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah akan mempengaruhi juga prestasi belajar siswanya. Di sisi lain kepala sekolah seharusnya mampu menyadari posisinya dan perannya sebagai pimpinan yang senantiasa merupakan panutan, mampu memberikan contoh yang baik dengan disiplin diri, rasa tanggung jawab serta memiliki integritas sebagai pemirnpin. Kepala sekolah adalah pimpinan yang berinteraksi dengan banyak orang, dapat menjadi pelaku perubahan (agent of change) sehingga sangatlah penting bagi seorang kepala sekolah untuk memiliki kesadaran diri, kemampuan dalam memotivasi diri dan bawahannya, memiliki kepekaan atau sensivitas dan memiliki pengendalian diri serta mampu membina hubungan yang baik di mana aspek-aspek tersebut merupakan dimensi-dimensi pada kecerdasan emosional. Di sisi lain kepala sekolah seharusnya juga memiliki komitmen yang tinggi. Staw dan Salancik (1991) menjelaskan dua aspek dari komitmen yaitu attitudinal commitment (komitmen sebagai sikap) dan behavioral commitment. Attitudinal commitment adalah situasi saat individu mempertimbangkan sejauh mana nilai dan tujuannya sesuai dengan nilai tujuan organisasi. Sedangan behavioral commitment adalah (komitmen sebagai perilaku) merupakan proses di mana individu terikat dengan kegiatan-kegiatan tertentu karena investasinya di masa lalu akan hilang apabila ia menghentikan kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan Allan dan Mayer (1990) membagi komitmen menjadi komitmen afektif, komitmen continuance dan komitmen normatif. Kualitas kepernimpinan dalam penelitian ini merupakan kepemimpinan transformasional (Bass, 1998) yaitu kemampuan pimpinan mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja dan pola kerja serta nilai-nilai yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerjanya demi tercapainya tujuan organisasi. Kepemimpin transformasional akan berupaya melakukan transforming of visionary, mentransvormasikan visinya menjadi visi bersama kemudian mewujudkan visi itu menjadi sebuah kenyataan. Proses transformasi terlihat dalam sejumlah perilaku kepemimpinan ialah attribut charisma, idealized influence inspirational motivation, intellectual stimulation dan individualized consideration. Penelitian ini merupakan suatu studi non-eksprimental dan dilakukan terhadap kepala sekolah (kepala Mts negeri dan swasta). Sampel penelitian berjumlah 49 kepala Mts dari berbagai wilayah di DKI Jakarta dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosional, komitmen organisasi dan kualitas kepemimpinan kepala Mts swasta atau negeri. Pada penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan profil kepala madrasah yang lain, serta perlu dilakukan uji coba alat ukur. Di samping itu juga disarankan penelitian pada dimensi lain yang lebih khusus misalnya kinerja, motivasi atau kepuasan kezja kepala sekolah sehingga lebih terungkap hal-hal yang belum dapat diungkap pada penelitian ini. Dengan hasil penelitian diatas maka kepada kepala Mts disarankan untuk memiliki paradigma belajar sepanjang hayat yang merupakan paradigma yang pantas untuk dianut, sebab mereka adalah pimpinan dalam suatu komunitas sekolah yang akan sangat mempengaruhi segala tindak tanduk , perilaku serta nilai-nilai, keyakinan. di dalam sekolah. dorongan, pujian dan mungkin hukuman/tekanan kiranya perlu diberlakukan pada setiap aspek kehidupan di sekolah. Dalam proses seleksi kepala sekolah sepantasnya dilakukan secara terbuka dan transparan: hal ini untuk mencegah praktek-praktek korupsi yang memang telah melanda dalam beberapa aspek kehidupan di pemerintahan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T18604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thobib Al-Asyhar
Abstrak :
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress, yaitu masa pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh. Bila aktivitas remaja tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja sering meluapkan kelebihan energinya ke arah yang negatif (kenakalan remaja), seperti tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan seks bebas, dan sebagainya. Data kasus kenakalan remaja yang tercatat di kepolisian dapat dijadikan bukti betapa ada masalah yang cukup serius terhadap efek dari rendahnya pengendalian emosionalitas dan lemahnya kontrol spiritualitas remaja. Meskipun berbagai upaya pengendalian kenakalan remaja dilakukan oleh berbagai pihak, namun trend kenakalan remaja juntru cenderung meningkat. Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di lingkungan sekolah formal, khususnya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) merupakan salah satu model pembinaan remaja di sekolah. Unit Kegiatan Rohis mengusung konsep pembinaan mental pesertanya dengan memberikan penanaman nilai keagamaan siswa melalui Mentoring Tarbiyah. Masalah tersebut menarik diteliti untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Untuk menfokuskan pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah¬masalah yang terkait dengan pengaruh Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa (peserta). Kerangka teori dalam penelitian ini adalah mengungkap pengaruh Mentoring Tarbiyah (X) yang memiliki enam indikator: tujuan (XI), murabbi (X2), mutarabbi (X3), materi (X4), manhaj (X5), dan lingkungan (X6) terhadap Kecerdasan Emosional (Yl) dan Kecerdasan Spiritual (Y2). Kerangka teori dan basil analisisnya memunculkan hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut: (1) Mentoring Tarbiyah memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat kecerdasan emosional siswa (mutarabbi), dan (2) Mentoring Tarbiyah memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat kecerdasan spiritual siswa (mutarabbi). Metode penelitian menggunakan metode eksplanatif, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausalitas atara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menelusuri seberapa besar pengaruh Mentoring Tarbiyah terhadap tingkat kecerdasan emosional dan keceradasan spiritual siswa. Pola yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Berdasarkan penelitian di lapangan terhadap Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) SMAN di Jakarta, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Faktor Murabbi paling tinggi pengaruhnya terhadap tingkat Kecerdasan Emosional (EQ) siswa dibandingkan dengan faktor Manhaj, Tujuan Mentoring Tarbiyah, Mutarabbi dan Lingkungan. Sedangkan faktor Materi tidak berpangaruh secara positif terhadap Kecerdasan Emosional (EQ). 2. Faktor Mutarabbi paling tinggi pengaruhnya terhadap tingkat Kecerdasan Spiritual (SQ) siswa dibandingkan dengan faktor Tujuan Mentoring Tarbiyah. Sedangkan faktor Lingkungan, Manhaj, Materi dan Murabbi tidak berpangaruh secara positif terhadap Kecerdasan Spiritual (SQ). ......Adolescent period is also known as storm and stress period, is an emotional upheaval period which is followed by rapid physical growth and many kinds of psychic growth. The emotional upheaval that occurs to adolescent can't be released of any influences. If their activities can't help to fulfill their needs of fluctuation energy, they often overflow their energy tending to the negative ways, like engaging in a gang fight, drugs consuming, free sex, etc. Adolescent delinquency case data?s noted at the police department could be the evidence that there are some serious problems about the effect of low control of the adolescent emotional and also the low control of the adolescent spirituality. In spite of some people doing many efforts to control the adolescent delinquency, yet the adolescent delinquency trends tend to increase. Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) in formal school spheres, especially High School / Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) is one of the adolescent construction models at school. Rohis Activity Unit brings the concepts about constructing the member spirituality by giving spiritual value plantation with Mentoring Tarbiyah. It's so interesting to do some further research about how far will the effect of Mentoring Tarbiyah go to the students' emotional and spiritual Quotient level. Focusing the study of the research, the research is limited by the problems that interrelated by the effects of MT to the students' EQ and SQ. The theory framework of the research is revealing the effect of MT which has six indicators: aims (X1), murabbi (X2), mutarabbi (X3), materials (X4), way of life/manhaj (X5), and circles (X6) to Emotional Quotient (Y 1) and Spiritual Quotient (Y2).The theory framework and the analysis results show the hypothesis as follows: I. MT has any important contributions to the students/ mutarabbi Emotional Quotient level. 2. MT has any important contributions to the students/ mutarabbi Spiritual Quotient level. The research's methodology is using Explanative method; the goal of the research is headed for explaining the causality relations between two variables or more. It will research how far the effects of MT go to the students EQ and SQ level. The research uses the pattern of survey method, which is using questionnaire as a major instrument for gaining data's. According to the field research to Unit Kegiatan Rohani Islam (Rohis) SMAN at Jakarta, there are some conclusions: a. Murabbi factor has most influence to the students' EQ level than manhaj, aims, mutarabbi and circles. But the materials factor hasn't influenced to the students' EQ level. b. Mutarabbi factor has most influence to the students SQ level than aims. But circles, manhaj, materials and murabbi factor hasn't influenced to the students' SQ level.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library