Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Citra Ningrum
"Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa emosi moral dan identitas moral memiliki hubungan dengan tindakan moral. Keduanya dianggap memiliki hubungan yang positif dengan tindakan moral. Peran komplementer yang dipegang keduanya dalam membentuk individu yang bertindak sesuai dengan moral memicu asumsi adanya hubungan yang positif antara identitas moral dan guilt. Untuk membuktikan asumsi tersebut penelitian ini dilaksanakan dengan sampel 590 mahasiswa. Identitas moral diukur dengan menggunakan Moral Identity Questionnaire dan emosi moral diukur dengan Test of Self-Conscious Affect. Perhitungan dengan menggunakan pearson correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara identitas moral dan emosi moral, khususnya guilt ( r = 0,502, p < 0,05).

Moral identity and moral emotion are often observed in respect to moral action. Both of them are considered as correlated to moral action to degree which each of them complements motivation to display morally relevant behavior. As they have identical role to moral action, I suggest there is a positive correlation between moral identity and moral emotion. This study aim to see the correlation between moral identity and moral emotion of N = 590 college students. I distributed online and offline questionnaires of Moral Identity Questionnaire to assess moral identity and Test of Self-Conscious Affect to assess moral emotion. In summary, these findings suggest that college students who experienced guilt are more likely to have an importance of being moral and to act accordingly (r = 0,502, p<0,05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Septiana
"Kecurangan akademik merupakan fenomena yang dampaknya merugikan bagi pengembangan karakter mahasiswa karena akan memengaruhi perilaku mahasiswa selanjutnya di masyarakat. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh emosi moral yang terdiri dari emosi malu, emosi bersalah, dan emosi bangga hubris yang dimoderasi oleh identitas moral terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan 189 mahasiswa dari seluruh fakultas di Universitas Indonesia. Partisipan diminta untuk mengisi emosi yang dirasakan setelah membaca skenario emosi malu, emosi bersalah dan emosi bangga hubris, Moral Identity Questionaire dan tugas matriks angka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emosi bersalah berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik, semakin merasa bersalah maka mahasiswa semakin tidak melakukan kecurangan. Hasil lain juga menunjukkan bahwa identitas moral berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki identitas moral yang tinggi, tidak akan melakukan kecurangan. Selain itu ditemukan hasil bahwa identitas moral berperan sebagai moderator pada pengaruh antara emosi bersalah terhadap kecurangan akademik mahasiswa.
Penelitian ini memiliki keterbatasan teoritik karena peneliti tidak memperhitungkan faktor eksternal yang memengaruhi kecurangan akademik. Padahal secara teori, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian ini memiliki implikasi praktis bahwa yang perlu didahulukan adalah pendidikan kepedulian dan empati. Dengan pendidikan ini sedari dini, bila keduanya hadir/bisa dididik, maka seseorang akan merasa bersalah bila melakukan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Selain itu nilai-nilai kejujuran, keadilan dan tanggung jawab juga perlu ditanamkan sejak kecil. Dengan identitas moral yang kuat, individu akan menampilkan dirinya secara konsisten sebagai orang yang bermoral.
Saran penelitian ini antara lain instansi pendidikan perlu memantapkan standar moral yang berlaku, kesamaan persepsi mengenai kecurangan akademik, penerapan peraturan tentang kecurangan akademik secara konsisten, penghargaan perlu diberikan pada mahasiswa yang menerapkan kejujuran, serta hukuman perlu mengandung aspek emosi bersalah, yang berisi nilai-nilai yang sudah terinternalisasi.

Academic dishonesty is a phenomenon whose impact is detrimental to the development of student character as it will affect the behavior of subsequent students in the community. This study aims to examine the influence of moral emotions consisting of shame, guilt, and hubris pride emotions that are moderated by the moral identity of academic dishonesty on the college students. This research is an experimental research involving 189 students from all faculties at Universitas Indonesia. Participants were asked to fill the perceived emotion after reading the shame, guilt and hubris pride scenario, the Moral Identity Questionaire and the numerical matrix assignment.
The results showed that the guilty emotions have a significant effect on academic dishonesty, the more guilty the students are the less the cheating. Other results also show that moral identity has a significant effect on student academic dishonesty. Students who have a high moral identity, will not commit cheating. In addition, it was found out that moral identity acts as a moderator on the influence of emotion of guilt against student academic dishonesty.
This study has theoretical limitations because researchers do not take into account the external factors that affect academic dishonesty. Whereas in theory, human behavior is influenced by internal and external factors. This study has practical implications that what needs to come first is education of care and empathy. With this education early on, if both are present/can be educated, then someone will feel guilty when doing that is not in accordance with prevailing norms. In addition, the values ?? ??of honesty, fairness and responsibility also need to be instilled since childhood. With a strong moral identity, the individual will present himself consistently as a moral person.
Suggestions of this research include educational institutions need to strengthen applicable moral standards, common perceptions of academic dishonesty, the application of rules on academic dishonesty consistently, awards need to be given to students who apply honesty, and punishment needs to contain aspects of emotional guilt, which contains the values which has already been internalized.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2456
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Tarisa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan nilai motivasional dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Pengukuran emosi malu dan emosi bersalah menggunakan alat ukur Test of Self Conscious Affect 3 (TOSCA-3) yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow (2000), dan telah diadaptasi kembali dan disesuaikan dengan konteks remaja oleh Tambusai (2013), dan Qonita (2013). Sementara itu, nilai motivasional diukur dengan menggunakan alat ukur The Potrait Values Questionaire (PVQ) yang dikembangkan oleh Schwartz (2003), dan telah diadaptasi oleh Halim (2008). Alat ukur PVQ tersebut dimodifikasi kembali dan disesuaikan dengan konteks remaja. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 506 remaja berusia 15-19 tahun, yang berasal dari lima wilayah administrasi DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara openness to change, dan conservation dengan emosi malu, serta self-transcendence, dan conservation dengan emosi bersalah. Openness to change dapat memprediksi varians emosi malu dengan lebih baik dibandingkan conservation, dan conservation dapat memprediksi varians emosi bersalah dengan lebih baik dibandingkan self-transcendence. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa remaja memiliki skor emosi bersalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor emosi malu.

This research was conducted to see the correlation between motivational values and shame emotion and guilt emotion in adolescents. The Test of Self Conscious Affect 3 (TOSCA-3), developed by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow (2000), and revised by Tambusai (2013), and Qonita (2013) to adjust to the adolescents context was used to measure shame emotion and guilt emotion. Meanwhile, The Potrait Values Questionaire (PVQ), developed by Schwartz (2003), and modified by Halim (2008), was used to measure the motivational values. Before being used, the PVQ has been revised to adjust to the adolescents context. The number of participants in this study were 506 adolescents, age 15-19, accross DKI Jakarta.
Based on the research, it can be concluded that there are correlations between openness to change and conservation with shame emotion, and also there are correlations between self-transcendence and conservation with guilt emotion. Openness to change is a better predictor of shame emotion, while conservation is a better predictor of guilt emotion. It is also found that adolescents have higher score of guilt emotion than shame emotion.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library