Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riani
"Mual dan muntah merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi pasien sebagai efek samping dari penggunaan kemoradioterapi. Antiemetik dari golongan antagonis reseptor 5HT3 adalah terapi antiemetik standard yang digunakan dalam penanganan mual dan muntah yang disebabkan kemoradioterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antiemetik yang menyertai pemberian kemoradioterapi serta faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan pasien pasca kemoradioterapi.
Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker serviks di RS Kanker Dharmais pada periode Januari 2004 - Nopember 2006 dengan menggunakan desain cross sectional dan bersifat retrospektif dan dengan cara observasional.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia pasien, stadium kanker, jenis kemoterapi, seri kemoradioterapi, dan jenis antiemetik dengan keadaan pasien pasca kemoradioterapi (p > 0,05).

Nausea and vomiting are two of the most feared side effect of cancer chemoradiotherapy. The 5HT3 receptor antagonist is grouped as antiemetic standar therapy for handling nausea and vomiting caused by chemoradiotherapy. This research focus in exploring knowledge the use of antiemetics drugs in a chemoradiotherapy and its factors which influences the patient after therapy treatments.
Research has been conducted in Dharmais Cancer Hospital for servical cancer patient in period January 2004 - November 2006 using cross sectional design in the way retrospectively and observation.
The results show that there is no relation between the age of the patient, cancer stadium, chemotherapy type, chemoradiotherapy series, and antiemetic type with the patient condition pasca chemotheraphy (p > 0,05).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feliani
"Pendahuluan: Emesis gravidarum merupakan keluhan yang umum dirasakan wanita hamil trimester pertama dengan angka kejadian mencapai 50-80% dari seluruh populasi di dunia dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi farmakologis untuk emesis gravidarum telah banyak digunakan namun memiliki beberapa efek samping dan banyak ketakutan dari ibu hamil mendapatkan pengobatan saat kehamilan akan mempengaruhi janin. Superficial needlingmerupakan salah satu modalitas akupunktur dengan melakukan penusukan dangkal yang minimal invasif dan aman serta telah terbukti efektif pada beberapa penelitian klinis. Akupresur juga telah direkomendasikan untuk mengendalikan mual muntah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efek terapi dengan kombinasi superficial needling dengan press tack needle dan akupresur pada wanita dengan emesis gravidarum
Metode: Desain studi ini adalah serial kasus yang dilakukan Juni sampai dengan September 2020 didapatkan 6 kasus. Seluruh subjek serial kasus ini mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu akupunktur kombinasi press tack needle dan akupresur pada titik PC6 Neiguan bilateral selama 7 hari perlakuan dan di follow up sampai 7 hari paska terapi. Dilakukan pengukuran skor PUQE sebelum terapi, pada hari ke-7, hari ke-10, dan hari ke-14; dan pemberian buku diari mual muntah yang diisi selama 7 hari terapi serta pengukuran laboratorium kadar hCG kuantitatif, kadar B6, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, hematokrit, elektrolit darah, keton urin sebelum dilakukan pemasangan press tack needle.
Hasil: Terjadi penurunan skor PUQE pada keenam kasus pada hari ke-7 dibandingkan sebelum terapi dan terjadi penurunan hari ke-14 dibandingkan sebelum terapi pada 5 dari 6 kasus. Penurunan sub skala skor PUQE paling tinggi pada sub skala rasa ingin muntah. Variasi frekuensi akupresur harian yang dilakukan sampai hari ke-7 tidak berpengaruh dengan penurunan skor PUQE. Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil laboratorium sebelum dan pada hari ke-7.
Kesimpulan: Kombinasi superficial needling dengan press tack needle dan akupresur pada wanita emesis gravidarum dapat berguna dengan sangat baik dalam mengurangi keluhan mual muntah.

Introduction: Emesis gravidarum is a common complaint experienced by pregnant women in the first trimester with an incidence of 50-80% of the world's population and can interfere with daily activities. Pharmacological therapy for emesis gravidarum has been widely used but it has several side effects and a lot of fear of pregnant women getting treatment when pregnancy will affect the fetus. Superficial needling is one of the acupuncture modalities by performing shallow puncturing which is minimally invasive and safe and has been proven effective in several clinical studies. Acupressure has also been recommended for controlling nausea and vomiting. The purpose of this study was to describe the effect of therapy with a combination of superficial needling with a press tack needle and acupressure in women with emesis gravidarum.
Methods: The design of this study is a case series conducted from June to September 2020, obtained 6 cases. All subjects of this case series received the same treatment, namely the combination acupuncture press tack needle and acupressure at the PC6 Neiguan bilateral point during 7 days of treatment and followed up until 7 days after therapy. PUQE score was measured before therapy, on day 7, day 10, and day 14; and provision of a nausea and vomiting diary that was filled in for 7 days of therapy as well as laboratory measurements of quantitative hCG levels, B6 levels, SGOT, SGPT, urea, creatinine, hematocrit, blood electrolytes, urine ketones before placing a press tack needle.
Results: There was a decrease in PUQE score in the six cases on day 7 compared to before therapy and there was a decrease in day 14 compared to before therapy in 5 of 6 cases. The decline in the PUQE score subscale was highest on the retching subscale. The variation in the frequency of daily acupressure performed until day 7 had no effect on the decrease in PUQE scores. There were no significant changes in laboratory results before and on day 7.
Conclusion: The combination of superficial needling with press tack needle and acupressure in women with emesis gravidarum can be very useful in reducing complaints of nausea and vomiting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Maryani
"Kemoterapi sering menimbulkan kecemasan, mual dan muntah. Salah satu tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi kecemasan,mual dan muntah setelah kemoterapi adalah dengan relaksasi Progressive Muscle Relaxation (PMR).
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh PMR terhadap kecemasan, mual, dan muntah setelah kemoterapi pada kanker payudara di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metoda penelitian quasi experiment.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre and post test group design dengan kelompok kontrol. Sampel berjumlah 70 orang. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Alat yang digunakan kuesioner kecemasan State and Trait dan Morrow Assesment Nausea and Emesis (MANE) untuk mengukur mual dan muntah. Kelompok intervensi diberikan relaksasi dengan Progressive Muscle Relaxation (PMR) sehari dua kali selama satu minggu post kemoterapi (dua siklus kemoterapi) atau secara total, subjek melakukan 28 kali relaksasi dengan PMR.Untuk menguji perbedaan rata-rata skor kecemasan, mual, dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi digunakan uji T.
Hasil penelitian usia, tingkat pendidikan, dan siklus kemoterapi setara. Selisih Penurunan rata-rata kecemasan, mual, dan muntah sebelum dan setelah PMR pada kelompok intervensi berbeda secara bermakna (p value=0,000).
Kesimpulan PMR dapat menurunkan kecemasan, mual, dan muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Disarankan PMR diterapkan di rumah sakit sebagai salah satu terapi komplementer nonfarmakologik untuk mengatasi kecemasan, mual, dan muntah, dibuat sebagai prosedur tetap dalam
intervensi keperawatan.

ABSTRACT
Chemotherapy often causes anxiety, nausea and vomiting. One of the complementary therapy nonfarmacological procedures to overcome post-chemotherapy anxiety, nausea, and vomiting is Progressive Muscle Relaxation (PMR).
The objective of the research is to identify impact of PMR on anxiety impact of PMR on anxiety, nausea, and vomiting after chemotherapy for breast cancer at Dr. Hasan Sadikin Hospital in Bandung. The research method was a quasi experimental.
The research design was pre and post groups design with a control. The number of the sample participated in the study was 70 persons. The sample collection technique used was a consecutive sampling. One quesionare was utilized the State and Trait and the Morrow Assessment Nausea and Emesis (MANE) to measure nausea and vomiting. The intervention group was treated with PMR twice a day for one week post chemotherapy (two cycle of chemotherapy) or subjek was relaxation with PMR for 28 times, totally. To test the average difference in scores of anxiety, nausea, and vomiting in in the control and the intervention groups, a ttest was used.
The research result demonstrated tha the age, education, and the chemotherapy cicle is equal.the average scores of anxiety, nausea, and vomiting before and after PMR in the intervention groups decreases significantly (pvalue=0,000). It is conclude that PMR can reduce anxiety, nausea, and vomiting after chemotherapy among patient with breast cancer at Dr. Hasan Sadikin Hospital in Bandung.
It is recommended that PMR should be used in hospitals as a complementary therapy to overcome anxiety, nausea, and vomiting nonpharmacologicaly. In addition, a recommendation also directed to the management of hospital to include PMR as a standard nursing procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library