Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Pakpahan, Henry A.P.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
616.12 PAK e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ummu Islamee
Abstrak :
Kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu di dunia saat ini. Hal yang sama juga terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit Kardiovaskular sebenarnya dapat dicegah dengan meminimalisasikan faktor risikonya. Upaya pengenalan lebih dini tentang faktor-faktor risiko terjadinya onset penyakit Kardiovaskular merupakan tindakan efektif untuk dapat menanggulangi penyakit ini, misalnya dengan deteksi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor risiko kardiovaskular yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan Elektrokardiografi. Desain penelitian ini adalah Cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 100 orang yang ambil secara sistem purposif dengan analisis uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian uji univariat menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mempunyai risiko berat menurut Skor Kardiovaskular Jakarta (44%). Berdasarkan gambaran faktor risiko responden terbesar adalah laki-laki (68%), kelompok umur 50-54 tahun (21%), tekanan darah normal tinggi (batas normal) (56%), IMT normal (52%), tidak merokok (79%), tidak Diabetes (94%), aktivitas fisik sedang (41%), ratio lingkar pinggang pinggul lebih (66%), HDL normal (50%), dan kadar total kolesterol tinggi (37%). Pemeriksaan EKG sebagian besar tidak ada kelainan (34%). Hasil uji bivariat yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan ada tidaknya kelainan pada hasil elektrokardiografi adalah tekanan darah dan kolesterol. Sedangkan jenis kelamin, umur, IMT, perilaku merokok, Diabetes Mellitus, aktivitas fisik, kadar HDL, rasio lingkar pinggang pinggul, dan nilai risiko berdasarkan Skor Kardiovaskular Jakarta tidak mempunyai hubungan yang bermakana dengan ada tidaknya kelainan jantung pada hasil pemeriksaan elektrokardiografi. Perlu adanya perluasan promosi deteksi dini kardiovaskular sebagai pengendalian faktor risiko melalui konseling atau penyuluhan untuk masyarakat luas. Bagi lembaga mengoptimalisasikan pemantauan kesehatan para jamaah dengan mengadakan kegiatan deteksi dini ini secara berkala. Subdit Jantung dan Pembuluh Darah, Departemen Kesehatan RI sebagai instansi pemerintah khusus pembuat kebijakan penyakit Kardiovaskular dapat merangkul atau bekerjasama dengan Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk para akademisi, perlu adanya penelitian lain atau penelitian yang lebih lanjut seperti uji multivariat atau kualitatif tentang faktor risiko kardiovaskular terhadap ada tidaknya kelainan pada hasil EKG untuk menggali faktor risiko kardiovaskular lebih mendalam.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhestiro Harnindyo Putro
Abstrak :
Latar Belakang : Telah banyak dipublikasikan berbagai macam algoritme untukmenentukan lokasi jaras tambahan pada pasien dengan sindroma Wolff-ParkinsonWhite.Algoritme-algoritme tersebut memiliki akurasi yang baik meskipunmemiliki alur yang komplek dan sulit untuk diingat. Berbagai macam algoritmeyang berkembang menggunakan morfologi delta wave dan polaritas komplek QRSdalam penyusunannya. Dengan adanya teknologi kateter ablasi yang ada saat inialgoritme yang komplek tidak diperlukan lagi. Diperlukan suatu algoritme yangsederhana, memiliki akurasi yang baik dan mudah diingat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai akurasi algoritme sederhana untuk memprediksi lokasi jarastambahan. Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan diDepartemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI/ Pusat Jantung NasionalHarapan Kita PJNHK. Data yang diambil berupa elektrokardiografi EKG pada67 pasien dengan sindroma Wolff-Parkinson-White yang menjalani tindakan ablasiperiode Januari 2014 - Oktober 2016. Data EKG yang terkumpul dibacaberdasarkan algoritme baru oleh dua orang penilai independen kemudiandibandingkan dengan hasil ablasi pada tabel 2x2. Hasil Penelitian : sampel akhir sebanyak 47 data hasil bacaan EKG observerterpercaya dihitung berdasarkan tabel 2x2 dengan hasil ablasi. Hasil menunjukkanalgoritme ini memiliki sensitivitas left free wall 45, septal 80, right free wall92, spesifisitas left free wall 96, septal 69, right free wall 85. Nilai dugapositif NDP left free wall 90, septal 55, dan right free wall 67. Nilai duganegatif NDN left free wall 70, septal 88, dan right free wall 97. Akurasialgoritme bervariasi dari 73 -87. Didapatkan perhitungan kesepahaman antarpenilai dengan nilai kappa 0,74-0,93. Perhitungan likelihood ratio menunjukkanlikelihood ratio positif left free wall 11,23, septal 2,23, dan right free wall 6,57.Likelihood ratio negatif left free wall 0,57, septa 0,28, dan right free wall 0,09. Kesimpulan : Algoritme baru yang lebih sederhana ini memiliki akurasi yang baikdengan angka kesepahaman antar penilai yang baik sehingga dapat digunakansecara umum.
Background : A lot of algorithms in localizing accessory pathway AP in patientswith Wolff Parkinson White Syndrome have been published. Although many ofthose methods have high accuracy, they are complicated and difficult to memorize.Most of the established algorithm use delta wave morphology and QRS polarity todetermine the location. With the technology of catheter ablation nowadays suchcomplex algorithms are not really needed. This study aim to investigate theaccuracy of a simple algorithm to predict the location of accessory pathways. Methods : This was a cross sectional study conducted in the NationalCardiovascular Center Harapan Kita RSJPDHK Department Cardiology andVascular Medicine, FMUI. The electrocardiography ECG findings of 67 patientswith Wolff Parkinson White syndrome underwent ablations from January 2014until October 2016 were used in the current study. Those ECGs were analyzed usingthe new algorithm and were evaluated by two independent observers and comparedwith ablation results in a 2x2 table. Results : The final number of samples was 47 ECGs. The algorithm showed it hada sensitivity of 45 on left free wall, 80 on septal, 92 on right free wall APs inaddition to the specificity of 96 on left free wall, 69 on septal, 85 on right freewall APs. Positive predictive value PPV were 90 on left free wall, 55 on septaland 67 on right free wall APs. Negative predictive value NPV were 70 on leftfree wall, 88 on septal and 97 on right free wall APs. Algorithm accuracy variedfrom 73 to 87. Inter observer agreement calculation was a kappa of 0.74 mdash 0.93.Likelihood ratio calculation identified the positive likelihood ratio of 11.23 on leftfree wall, 2.23 on septal and 6.57 on right free wall APs and negative likelihoodratio of 0.57 on left free wall, 0.28 on septal and 0.09 on right free wall APs. Conclusion : This new and simple algorithm provide a remarkable accuracy with agood inter observer agreements. Therefore this algorithm is potential to beimplemented in general practice.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55653
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Al Munar Munir
Abstrak :
ABSTRAK
Angka kejadian anemia defisiensi besi yang tinggi di Indonesia. Soetejo dan Samsudin (1976) yang melakukan penelitian terhadap penderita yang berobat jalan di Poliklinik Anak RSCM/FKUI, menemukan prevalensi anemia pada bayi dengan gizi baik sebesar 76,3% gizi kurang sebesar 79,4% dan gizi buruk sebesar 100 %. Pada golongan usia prasekolah, prevalensi anemia pada gizi baik sebesar 68,9%, gizi kurang sebesar 76,8% dan gizi buruk sebesar 90,0%. Untuk golongan usia sekolah, prevalensi sebesar 46,6% pada gizi baik dan 57,5 % pada gizi kurang. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi beberapa perubahan-perubahan elektrokardiografi, radiologis, fonokardiografi dan ekokardiografi serta mencari hubungan keempat hasil pemeriksaan pada anak-anak yang men- derita anemia defisiensi besi.
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Houghton, Andrew R
Boca Raton: CRC Press, 2014
616.120.7.547 HOU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Indra Sihar M.
Abstrak :
Hipertrofi ventrikel kiri atau Left ventricle hypertrophy (LVH) adalah faktor risiko independen terjadinya gagal jantung pada pasien hipertensi. Diagnosis dini LVH diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada otot jantung. Cardiotropin-1 (CT-1) diproduksi oleh kardiomiosit dan fibroblas, yang kadarnya dilaporkan meningkat pada pasien hipertensi primer. Tujuan : Membuktikan manfaat CT-1 serum untuk mendeteksi LVH pada pasien hipertensi primer. Metode : Penelitian uji diagnostik dilaksanakan di RSCM Jakarta periode Februari s/d Maret 2013. Subyek penelitian adalah 75 pasien hipertensi primer dengan atau tanpa LVH. Diagnosis LVH dilakukan dengan ekokardiografi sebagai baku emas dan elektrokardiografi/EKG (kriteria Sokolow Lyon voltage, Cornell voltage dan Cornell product). Kadar CT-1 serum diperiksa dari sampel darah vena dengan metode ELISA. Hasil : Berdasarkan ekokardiografi 46 orang (61,3%) LVH dan 29 orang (38,7%) tidak LVH. Kadar CT-1 subyek LVH adalah 82,96 ± 351,843 pg/mL dan subyek tanpa LVH 4,55 ± 1,281 pg/mL (p=0,01). Korelasi CT-1 dengan LVMI adalah tidak bermakna (p=0,1). Luas area dibawah kurva ROC CT-1 untuk diagnosis LVH adalah 0,67 (p=0,01). Nilai cut-off CT-1 adalah 4,45 pg/mL. Uji diagnostik CT-1: Sensitifitas 54,4%, spesifisitas 75,9, NDP 78,1%, NDN 51,2 dan akurasi 61,3%. Uji diagnostik kombinasi CT-1 dan EKG (salah satu kriteria positif LVH): sensitifitas 67,4%, spesifisitas 72,4% , NDP 79,5%, NDN 58,3% dan akurasi 69,3%. Simpulan. CT-1 kurang sensitif namun cukup spesifik untuk diagnosis hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Kombinasi CT-1 dengan EKG meningkatkan nilai diagnostik pemeriksaan untuk deteksi LVH pada pasien hipertensi primer.
Left ventricle hypertrophy (LVH) is independent risk factor of heart failure on hypertension patients. Early detection of LVH is necessary to prevent extensive damage of heart muscle. Cardiotropin-1 (CT-1) is produce by cardiomyosite and fibroblast, that the level of CT-1 has been reported increase on primary hypertension patients. Aim : To prove the benefit of CT-1 serum to detect LVH on primary hypertension patients. Methods : A diagnostic study has been conducted on RSCM Jakarta on the periode of February to March 2013. Research subjects were 75 primary hypertension patients with and without LVH. LVH diagnosis was performed by echocardiography examination as gold standard and electrocardiography/ECG (Sokolow Lyon voltage, Cornell Voltage and Cornell product criterias). CT-1 level was measured by ELISA method from vein blood sample. Results : Based on echocardiography examination 46 patients (61.3%) were diagnosed as LVH and 29 patients (38.7%) without LVH. The level of CT-1 of patients with LVH was 82.96 ± 351.843 pg/mL and 4.55 ± 1.,281 pg/mL on patients without LVH (p=0.01). Correlation between CT-1 and Left Ventricular Mass Index was not significant (p=0.1). Area under the ROC curve was 0.67 (p=0.01). The cut-off of CT-1 level for diagnosis of LVH was 4.45 pg/mL. Diagnostic test yield the sensitivity of CT-1 for diagnosis of LVH was 54.4%, specificity 75.9%, PPV 78.1%, NPV 51.2% and accuracy was 61.3%. Diagnostic test of combination CT-1 and ECG (positive LVH by one or more ECG’s criteria) yield sensitivity 67.4%, specificity 72.4% , PPV 79,5%, NPV 58.3% and accuracy 69.3%. Conclusion. CT-1 examination was not sensitive but specific for LVH diagnosis. Combination of CT-1 and ECG examination was improve diagnostic value of CT-1 for detection of LVH on primary hypertension patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library