Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sisma Pramasasti
Abstrak :
Penggunaan model elektroda kerja yang ciimodifikasi dalam metode voltametri kian diminati dan terus dikembangkan seoara intensif untuk tujuan identifikasi |ogam. IV|odifikasi elektroda ini memungkinkan terbentuknya karakteristik permukaan elektroda yang dapat dikontrol, seningga meningkatkan selektifitas dan sensitivitasnya. Pada penelitian ini, telan bernasil memociifikasi elektroda kerja emas yang dilakukan melalui dua tanapan. Tanap pertama, pembentukan self assembled monolayer (SAIVI) sistiamina pada permukaan emas. Tanap kedua, elektroda Au@sistiamina ciimociifikasi seoara optimum dengan EDTA pH 7,00. Kebernasilan tanapan modifikasi ini ditunjukkan dengan terjadinya penurunan double layer capacitance, dikarenakan ternambatnya proses transfer elektron pada permukaan elektroda emas. Elektroda termociifikasi sistiamina dan EDTA selanjutnya bernasil mengicientifikasi keberadaan ion Hg" dalam Iarutan ningga konsentrasi 5 X 10'7 IVI dengan Cara pembentukan kompleks antara Hg" dengan EDTA. Kompleksasi antara ion Hg" dengan EDTA seoara optimum dilakukan dengan vvaktu akumulasi 45 detik dan pada kondisi Iarutan Hg" pH 4,00. Ion Hg" yang telan terkompleks bernasil dikarakterisasi seoara elektrokimia dalam Iarutan buffer asetat yang mengandung KCI dengan scan rate optimum sebesar 100 mV/s. Pengaruh Keberadaan ion Fe" dan Pb" dalam Iarutan Hg" pada berbagai pH telan bernasil diamati dengan kenyataan terjaciinya persentase perubanan tinggi arus Hg" yang signifikarm Demikian pula uji kestabilan elektroc|a@sistiamina@EDTA dalam kurun vvaktu satu minggu menunjukkan bahvva, persentase penurunan arus Hg" semakin meningkat
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurahman
Abstrak :
Modifikasi elektroda Au yang merupakan salah satu metoda alternatif yang dapat dipilih sebagai sensor kimia untuk analisis ion logam Cu2+. Modifikasi elektroda Au dilakukan dengan cara mengimobilisasi 2-aminoetanatiol pada permukaan elektroda Au membentuk self assembled monolayers yang difungsionalisasikan dengan EDTA. Imobilisasi EDTA pada permukaan elektroda melalui pembentukan ikatan amida antara gugus karboksil dari EDTA dengan gugus amina dari 2-aminoetanatiol. Pembentukan ikatan amida dipercepat dengan menggunakan katalis EDC dan NHS. Karakterisasi dan pengukuran elektroda Au termodifikasi dilakukan secara elektrokimia dengan teknik voltametri siklik. Hasil penelitian menunjukan modifikasi permukaan elektroda emas dengan 2-aminoetanatiol difungsionalisasi dengan EDTA telah dapat digunakan untuk penentuan logam Cu2+ dengan optimasi pengukuran pada pH 4.0, waktu akumulasi 10 detik, scan rate 150 mV/s, batas deteksi 2,526x10-5 M, luas elektroda yang digunakan 2.697x10-4 cm2. Elektroda termodifikasi EDTA stabil digunakan dalam satu hari setelah modifikasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanisyah Lintang Bagaskari
Abstrak :
Salah satu cara untuk memodifikasi elektroda emas sebagai metode alternatif untuk pendeteksian ion logam yaitu melalui pembentukan self assembled monolayer (SAM) menggunakan senyawa yang memiliki gugus tiol seperti ­3-Mercaptopropionic Acid dan ditambah menggunakan ligan pengkelat seperti EDTA untuk meningkatkan kemampuannya dalam berikatan dengan ion logam. Karakterisasi elektroda emas termodifikasi dilakukan menggunakan teknik voltametri siklik, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectrometer (SEM-EDS). Pengukuran menggunakan teknik voltametri siklik menunjukan elektroda emas memiliki luas secara elektrokimia sebesar 0,501 cm2. Pengukuran menggunakan teknik voltametri siklik juga menunjukan bahwa elektroda yang termodifikasi ­3-Mercaptopropionic Acid dan EDTA memiliki hasil pendeteksian ion nikel yang lebih baik dibanding dengan elektroda yang hanya termodifikasi ­3-Mercaptopropionic Acid. Elektroda termodifikasi ­3-Mercaptopropionic Acid dan EDTA dapat digunakan untuk mendeteksi logam Ni2+ dengan rentang konsentrasi yang linier dari 1,0 x 10-4 M sampai 1,0 x 10-2 M (r2 = 0,9943) dengan batas deteksi 5,66 x 10-3 M pada pH 4. ......One way to modify the gold electrode as an alternative method for metal ion detection is through the formation of a self-assembled monolayer (SAM) using a compound that has a thiol group such as 3-Mercaptopropionic Acid and added with chelating ligands such as EDTA to increase its ability to bind to metal ions. Characterization of the modified gold electrode was carried out using cyclic voltammetry, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectrometer (SEM-EDS). Measurement using cyclic voltammetry technique shows that the gold electrode has an electrochemical area of ​​0.501 cm2. Measurements using cyclic voltammetry also showed that the 3-Mercaptopropionic Acid and EDTA modified electrodes had better nickel ion detection results than the 3-Mercaptopropionic Acid modified electrodes. The 3-Mercaptopropionic Acid and EDTA modified electrodes can be used to detect Ni2+ with a linear concentration range from 1,0 x 10-4 M to 1,0 x 10-2 M (r2 = 0.9943) with detection limit of 5,66 x 10-3 at pH 4.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmesa
Abstrak :
Elektroda AuNp-BDD dan Au-BDD dikembangkan sebagai elektroda kerja untuk pengukuran biochemical oxygen demand (BOD) menggunakan Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 terimobilisasi pada Na-alginat. Pengukuran BOD dilakukan dengan mengamati perubahan konsentrasi oksigen akibat proses oksidasi senyawa organik dalam larutan oleh mikroorganisme. Glukosa dan galaktosa digunakan sebagai model senyawa organik. Teknik multi pulse amperometry pada potensial reduksi oksigen -670 mV vs Ag/AgCl digunakan untuk mendeteksi oksigen sisa yang tidak digunakan oleh mikroorganisme. Waktu tunggu optimum adalah 10 menit dan ketebalan lapisan imobilisasi adalah 2 mm. Karakterisasi elektroda dengan XPS menunjukkan rasio Au/C untuk Au-BDD dan AuNp-BDD adalah 0.0553 dan 0.2084. Pada pengukuran oksigen, elektroda AuNp-BDD ditemukan lebih sensitif dibandingkan elektroda Au-BDD maupun elektroda Au. Sedangkan sensor BOD dengan mikroorganisme terimobilisasi ditemukan memiliki waktu pengukuran lebih cepat, sensitifitas lebih tinggi, repeatbility lebih baik dan limit deteksi lebih rendah dibandingkan sensor dengan mikroorganisme bebas. Kelinieran yang baik (R2 = 0.994) ditunjukkan untuk glukosa pada retang konsentrasi 0.1 ? 0.9 mM (ekuivalen dengan 10 - 90 mg/L BOD) dan limit deteksi 0.46 mg/L BOD. Kestabilan arus yang baik ditunjukkan oleh nilai RSD 3.35% (n=8 pengukuran). Laju konsumsi oksigen dengan sumber karbon glukosa lebih tinggi dari galaktosa menandakan bahwa khamir Rhodotorula mucilaginosa lebih mudah mendegradasi glukosa. Keberadaan ion Cu2+ memberikan pengaruh pada sel khamir Rhodotorula mucilaginosa dengan penurunan konsumsi oksigen. ...... NanoGold-modified boron doped diamond (AuNp-BDD) and Golddeposited boron doped diamond (Au-BDD) electrodes were used as working electrodes for measuring biochemical oxygen demand (BOD) using Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 immobilized in a Na-alginate matrix. BOD measurement is done by observing the changes in oxygen concentration due to oxidation of organic compounds in solution by microorganisms. Glucose and galactose were used as model organic compounds. Multy-pulse amperometry technic at -0.67 V (vs Ag/AgCl) of oxygen reduction potensial was used to detect the remaining of oxygen which is not used by microorganisms. An optimum waiting time was observed to be 10 min and thickness of immobilization matrix is 2 mm. Ratio of Au/C 0.0553 and 0.2084 was obtained by XPS for Au-BDD and AuNp-BDD electrodes, respectively. Dissolved oxygen detection, AuNp-BDD electrode is more sensitive than Au-BDD or Au electrodes. The BOD sensor using immobilized microorganism was found to have a faster measurement time, higher sensitivity, better repeatbility and lower detection limit compared to the sensor using free microorganisms. Good linierity (R2 = 0.994) was shown in the range of glucose concentration of 0.1 - 0.9 mM (equivalent to 10 ? 90 mg/L BOD) and detection limit of 0.46 mg/L BOD. Good stability of currents were shown by an RSD of 3.35%(n=8). The rate of oxygen consumption to glucose is higher than of galactose, indicating that glucose is a better substrate for Rhodotorula mucilaginosa than that of galactose. The presence of Cu ions influence the yeast cells with a decreasing in oxygen consumption.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmesa
Abstrak :
Pengaruh ion Cu2+ diuji untuk sensor BOD yang sedang dikembangkan. Sensor BOD dibuat dengan menggunakan sistem sel khamir bebas untuk khamir Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 dan khamir Candida fukuyamaensis UICC Y-247 pada elektroda emas. Penentuan nilai reduksi oksigen pada -600 mV (vs Ag/AgCl) ditentukan dengan cyclic voltametri. Sedangkan deteksi oksigen sisa yang tidak digunakan oleh mikroorganisme dilakukan dengan teknik multi pulse amperometry (MPA). Hasil pengukuran kalibrasi linier pada keadaan free cell untuk kedua jenis khamir menunjukkan nilai daerah kelinieran yang baik dengan nilai regresi 0,994 dan 0,987 berturut-turut untuk keadaan free cell Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 dengan waktu optimum pengukuran 20 menit dan untuk keadaan free cell Candida fukuyamaensis UICC Y-247 dengan waktu optimum pengukuran 25 menit. Presisi yang lebih baik ditunjukkan dengan 15 kali pengukuran untuk khamir Rhodotorula mucilaginosa dengan nilai RSD 0,9 %, sedangkan untuk khamir Candida fukuyamaensis dengan nilai RSD 5,01%. Pengaruh keberadaan logam berat pada sistem pengukuran dilakukan dengan menvariasikan konsentrasi ion Cu2+. Sensor BOD dengan Rhodotorula mucilaginosa menunjukkan ketahanan yang lebih baik terhadap kehadiran ion Cu2+ seperti ditunjukkan oleh sedikitnya kenaikan arus oksigen dibandingkan dengan kenaikan arus oksigen pada sensor BOD dengan Candida fukuyamaensis. ......Influence of copper ions was examined on developed microbial BOD sensors.The BOD sensors carried out in a system consisted of free cell yeast and gold electrode. Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 and Candida fukuyamaensis UICC Y-247 were used as the microbial yeasts. Oxygen reduction potensial of -600 mV (vs Ag/AgCl) was determined by using cyclic voltametry, whereas the excess oxygen concentration, which not used by microorganism, was determined by multy pulse amperometry (MPA). Optimum waiting times of 20 and 25 min were obtained for BOD sensors of Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 and Candida fukuyamaensis UICC Y-247, respectively. Linear calibration curves showed good linearity with linear regressions of 0.994 and 0.987 for those of Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 and Candida fukuyamaensis UICC Y-247, respectively. However, better precision of measurement (n=15) was shown by an RSD of 0.90% for Rhodotorula mucilaginosa, whereas it was 5.01% for Candida fukuyamaensis. Influence of copper ions was examined in various concentrations of Cu ions. BOD sensor of Rhodotorula mucilaginosa shows better resistance against Cu ions than that of Candida fukuyamaensis, as it is shown by less increasing of oxygen current at Rhodotorula mucilaginosa than that at Candida fukuyamaensis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library