Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prinsa Raudha Anca
Abstrak :
Pendahuluan : Oksigen adalah zat penting yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk dapat bertahan hidup. Saat terjadi hipoksia, otak merupakan organ yang paling rentan terjadinya cidera sel. Kondisi ini membuat ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang akan memicu stress oksidatif dan berujung pada kematian sel jika sel tidak mampu beradaptasi. Elektroakupunktur memiliki efektifitas terhadap perbaikan sel dan membantu mitokondria dalam rantai pernafasan. Penelitian ini menilai pengaruh elektroakupunktur terhadap perbaikan sel secara histologi dan kadar antioksidan (SOD) pada otak tikus dengan kondisi hipoksia sistemik. Metode : Penelitian ini adalah uji eksperimental dengan post test design dan kelompok kontrol yang menggunakan hewan coba berjumlah 24 ekor wistar yang dibagi secara acak kedalam kelompok kontrol (n=6), kelompok hipoksia (n=6), kelompok sham (n=6) dan kelompok elektroakupunktur (n=6). Kelompok hipoksia, sham, dan elektroakupunktur mendapat induksi hipoksia dalam hypoxia chamber selama 7 hari berturut-turut. Perlakuan sham dan elektroakupunktur dilakukan pada hari ke 8 selama 7 hari berturut-turut pada titik ST36 dan sehari setelahnya dilakukan penilaian. Hasil : Pada pengukuran histologi tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok elektroakupunktur (p=1.000) dan pada penilaian SOD didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok elektroakupunktur dengan kelompok hipoksia (p=0.015). Kesimpulan : elektroakupunktur dapat berperan dalam perbaikan sel secara histologi dan meningkatkan nilai SOD pada sel otak yang mengalami hipoksia. ......ntroduction : Oxygen is an important substance needed by body cell to survive. When hypoxia occurs, brain is the most susceptible to cell injury. This condition creates an imbalance between free radicals and antioxidants that will trigger oxidative stress and lead to cell death if cells are unable to adapt. Electroacupuncture is effective for cell repair and helps mitochondria in the respiratory chain. This study assessed the effect of electroacupuncture on histological cell repair and antioxidant leves (SOD) in systemic hypoxia rat brain. Methods : This study is an experimental test with a post test design and a control group using 24 wistars which were divided randomly into the control group (n=6), hypoxia group (n=6), sham group (n=6) and electroacupuncture group (n=6). The hypoxia, sham, and electroacupuncture groups received hypoxia induction in the hypoxia chamber for 7 consecutive days. Sham and electroacupuncture group were given on the 8th day for 7 consecutive days at the ST36 point and the day after that the assessment was carried out. Results: On histological measurement, there was no significant difference between the control group and the electroacupuncture group (p=1.000) and on the SOD assessment, there was a significant difference between the electroacupuncture group and the hypoxic group (p=0.015). Conclusion: electroacupuncture can play a role in histological cell repair and increase SOD values ​​in hypoxic brain cells.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Gunawan
Abstrak :
Pendahuluan : Berdasarkan data 80% pasien kanker akan mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi (CINV), dan berpotensi berefek buruk pada sekitar 40% diantaranya. Efek samping kemoterapi bervariasi dari ringan sampai berat tergantung dari faktor kemoterapi salah satu diantaranya adalah regimen kemoterapi. Akupunktur telah terbukti sebagai pengobatan non farmakologis yang potensial pada kasus-kasus onkologi, dan terbukti efektif pada kondisi CINV. Salah satu modalitas yang berpotensi kuat memiliki tingkat efektivitas yang baik dan terukur adalah elektroakupunktur. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas elektroakupunktur dalam mengurangi gajala CINV yang dinilai berdasarkan skor Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching (RINVR) pada pasien kanker dewasa yang menjalani kemoterapi Metode : Desain studi ini adalah uji klinisi acak terkontrol tunggal dengan kontrol sham(plasebo). Penelitian ini diikuti oleh 62 pasien dewasa yang menjalani kemoterapi. Subjek penelitian ini dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=31) dan kontrol (n=31). Pada kelompok perlakuan dilakukan perangsangan elektroakupunktur frekuensi 2 Hz, gelombang kontinyu selama 30 menit di titik LI4, PC6, dan ST36 selama 4 kali, sementara pada kelompok kontrol mendapatkan elektroakupunktur sham tanapa diikuti perangsangan apapun. Selama penelitian seluruh subjek tetap mendapatkan antiemetik standar. Evaluasi mual dan muntah dilakukan setiap hari hingga 6 hari pasca kemoterapi dengan menggunakan kuesioner Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching. Hasil : Terjadi penurunan skor RINVR yang signifikan pada CINV akut (p = 0,002) maupun delayed (p = 0,039) pasca kemoterapi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Skor RINVR pada 1 hari pemberian kemoterapi, 3 hari, dan 6 hari pasca kemoterapi pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol, dan perbedaan kedua kelompok berbeda bermakna (p = 0,002, p = 0,049, p = 0,039). Tidak ditemukan efek samping selama penelitian. Kesimpulan : Elektroakupunktur mampu menurunkan skor RINVR pada pasien dewasa yang menjalani kemoterapi terutama untuk yang mendapat regimen emetogenik tinggi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek pada yang mendapat regimen emetogenik sedang. ......Background : Based on data 80% of cancer patients will experience nausea and vomiting due to chemotherapy (CINV), and it has the potential to get worse in about 40% of them. The side effects of chemotherapy vary from mild to severe depending on chemotherapy factors. One of the main factors is the chemotherapy regimen. Acupuncture has been proven as a potential non-pharmacological treatment in oncology cases, and has been shown to be effective in CINV conditions. One of the modalities that has a strong potential to have a good and measurable level of effectiveness is electroacupuncture. The aim of this study was to assess the effectiveness of electroacupuncture in reducing CINV symptoms as assessed by the Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching (RINVR) score in adult cancer patients undergoing chemotherapy. Method : The study design was a single randomized controlled clinical trial with sham (placebo) control. This study was followed by 62 adult patients undergoing chemotherapy. The subjects of this study were randomly allocated into the treatment (n=31) and control (n=31) groups. In the treatment group, electroacupuncture was stimulated with a frequency of 2 Hz, continuous waves for 30 minutes at points LI4, PC6, and ST36 for 4 times, while the control group received sham electroacupuncture without any stimulation. During the study all subjects continued to receive standard antiemetics. Evaluation of nausea and vomiting was carried out every day for up to 6 days after chemotherapy using the Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching questionnaire. Result : There was a significant decrease in RINVR scores in both acute (p = 0.002) and delayed (p = 0.039) post-chemotherapy CINV in the treatment group compared to the control group. RINVR scores on 1 day of chemotherapy, 3 days, and 6 days after chemotherapy in the treatment group were lower than the control group, and the difference between the two groups was significantly different (p = 0.002, p = 0.049, p = 0.039). No side effects were found during the study. Conclusion : Electroacupuncture has been shown to be effective in reducing RINVR scores in adult patients undergoing chemotherapy, especially for those receiving a high emetogenic regimen, further research is needed to determine the effect on those receiving a moderate emetogenic regimen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Himawan
Abstrak :
Obesitas merupakan masalah epidemik di dunia. Obesitas menyebabkan inflamasi kronik derajat rendah dan meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis dengan komplikasi seperti aterosklerosis, dan masalah kardiovaskuler. Penanda inflamasi yang dianggap terbaik saat ini adalah high sensitivity C-Reactive Protein hsCRP . HsCRP juga merupakan prediktor terbaik untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskuler. Diperlukan penanganan secara interdisiplin untuk mengatasi masalah obesitas ini. Akupunktur merupakan terapi pelengkap yang paling cepat berkembang dan diakui oleh National Institutes of Health dan WHO. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap kadar HsCRP dan body fat pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 36 pasien obesitas yang dialokasikan secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet kelompok perlakuan dan kelompok kombinasi elektroakupunktur sham dan intervensi diet kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar hsCRP sebelum dan sesudah perlakuan tetapi belum terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik p= 0.476. Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap perbandingan kadar body fat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan p=0.002. Kesimpulan penelitian ini terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap kadar hsCRP dan body fat pada pasien obesitas.
Obesity is an epidemic problem in the world. Obesity causes low grade chronic inflammation and increases the risk of some chronic diseases with complications such as atherosclerosis, and cardiovascular problems. The best current inflammatory marker is the high sensitivity of C Reactive Protein hsCRP . HsCRP is also the best predictor of risk of cardiovascular disease. Interdisciplinary treatment is needed to overcome this obesity problem. Acupuncture is the most rapidly growing complementary therapy and is recognized by the National Institutes of Health and WHO. This study aims to determine the effectiveness of electroacupuncture combination therapy and dietary intervention on HsCRP and body fat levels in obese patients. Single blinded randomized clinical trials of 36 obese patients were randomly assigned to 2 groups, electroacupuncture combined with dietary intervention group treatment group and sham electroacupuncture combined with dietary intervention group control group. The results showed decrease of hsCRP levels before and after treatment but there was no statistically significant difference p 0.476 . There was a significant difference to the body fat content before and after treatment in the treatment group p 0.002. The conclusions of this study combined electroacupuncture and dietary intervention therapy have an influence on levels of hsCRP and body fat in obese patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binahayati
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom metabolik MetS adalah kumpulan faktor yang kompleks dan saling berhubungan, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2. Resistensi insulin dan obesitas sentral dianggap sebagai penyebab utama dari sindrom metabolik, sehingga penurunan resistensi insulin menjadi tujuan klinis yang penting saat ini. Beberapa studi menyimpulkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan sensitivitas insulin, karena itu efektif untuk mengatasi gangguan metabolik Uji klinis acak tersamar tunggal dengan pembanding dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa n = 25 serta kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa n=25 . Elektroakupunktur dilakukan 2 kali seminggu sebanyak 10 kali tindakan di titik CV12 Zhongwan, CV4 Guanyuan, ST25 Tianshu, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, SP6 Sanyinjiao, dan MA-IC3 Endokrin. Dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan insulin puasa untuk mengukur HOMA-IR sebagai luaran primer. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna secara statistik perubahan HOMA-IR antara kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa dengan kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa -1,66 2,187 dan -0,29 2,388, p = 0,044 . Terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa efektif untuk menurunkan resistensi insulin pada penderita sindrom metabolik.
ABSTRACT
The metabolic syndrome is a complex disorder defined by a cluster of interconnected factors that increase the risk of cardiovascular diseases and diabetes mellitus type 2. Insulin resistance and central obesity are considered significant factors as the underlying cause of the metabolic syndrome, since reduction of insulin resistance is an important clinical goal today. Several studies have concluded that acupuncture can improve insulin sensitivity, as it is effective against metabolic disturbances. A single blind randomized controlled trial involved 50 patients randomly allocated into two groups electroacupuncture with medication group n 25 or sham electroacupunture with medication group n 25 . Electroacupuncture therapy was given twice a week for ten times at CV12 Zhongwan, CV4 Guanyuan, ST25 Tianshu, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, SP6 Sanyinjiao, and MA IC3 Endocrine. Fasting blood glucose and fasting insulin serum were assessed to measure HOMA IR as the primary outcome. There was a statistically significant difference in changing of HOMA IR between electroacupuncture with medication group and sham electroacupunture with medication group 1,66 2,187 and 0,29 2,388, p 0.044 . Electroacupuncture with medical treatment effectively decreased insulin resistance of metabolic syndrome patients.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tramudya
Abstrak :
Biopsi prostat merupakan Gold Standard dalam menegakkan diagnosakan kerprostat. Pada pelaksanaannya walaupun berbagai jenis farmakoterapi telah digunakan dalam proses biopsi namun masih menimbulkan efek nyeri baik derajat ringan, sedang maupun berat. Selain itu ansietas juga ditemukan pada pasien yang akan menjalankan prosedur biopsi prostat. Penelitian mengenai perbandingan efekelektroakupunktur dengan profenid suppositoria pada prosedur biopsi prostat dilakukan secara Quasi ekperimental terhadap 18 orang pasien dengan menilai derajat nyeri menggunakan skor VAS dan menilai perubahan skor kuesioner evaluasi diri SAI. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 9 orang kelompok perlakuan (Elektroakupunktur + 200 mg placebo suppositoria) dan 9 orang kelompok kontrol (Elektroakupunktur Sham + 200 mg Profenid Suppositoria). Proses sampling pada penelitian ini dilaksanakan di Poli Khusus Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Terdapat perbedaan bermakna skor VAS antara kelompok Elektroakupunktur + 200 mg place bosuppositoria dengan Kelompok Elektroakupunktur Sham + 200 mg Profenid Suppositori adalam mengurangi nyeri akibat prosedur biopsy prostat t (P 0,011). Tidak terdapat perbedaan bermakna skor SAI antara kelompok Elektroakupunktur + 200 mg place bosuppositoria dengan skor SAI Kelompok Elektroakupunktur Sham + 200 mg Profenid Suppositoria.SAI sebelum perlakuan (P 0,443) dan SAI sesudah (P 0,734) perlakuan. Kesimpulan : Elektroakupunktur dapat dijadikan salah satu modalitas terapi penunjang dalam mengatsi nyeri pada prosedur biopsi prostat. ......Prostate biopsy is a Gold Standard in diagnosing prostate cancer. In practice although various types of pharmacotherapy have been used in the biopsy process but still have a mild, moderate or severe degree of pain. In addition, anxiety is also found in patients who will perform prostate biopsy procedures. Research on the comparison of electroacupuncture effects with profenid suppository on prostate biopsy procedure was done by Quasiekperimental to 18 patients by assessing the degree of pain using VAS score and assessing SAI self-evaluation questionnaire scores change. Patients were divided into 2 groups: 9 treatment groups (Electroacupuncture + 200 mg placebo suppositoria) and 9 controls (Electroacupuncture Sham + 200 mg ProfenidSuppositoria). The sampling process in this research was carried out in special urology clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. There was a significant difference in VAS score between the Electroacupuncture group + 200 mg placebo suppository with Sham + 200 mg Profenid Suppositoria Group in reducing pain due to prostate biopsy procedure (P 0.011). There was no significant difference in SAI scores between the electroacupuncture group + 200 mg placebo suppository with SAI scores of Sham + 200 mg Profenid Suppositoria.SAI group before treatment (P 0.443) and SAI after (P 0.734) treatment. Conclusions: Electroacupuncture can be a modalities of therapyfor relieving pain in prostate biopsy procedure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Kamalia
Abstrak :
ABSTRAK
Pasien kanker payudara sering terjadi penurunan sistem imun yaitu menurunnya limfosit, yang dapat meningkatkan angka kematian. Akupunktur diharapkan dapat menjadi pilihan terapi untuk meningkatkan limfosit karena terapi farmakologi saat ini harganya sangat mahal dan mempunyai efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan tindakan EA sebagai immunomodulator terhadap imunitas seluler dengan meningkatkan jumlah persentase limfosit sediaan apus darah tepi pada mencit C3H model adenokarsinoma payudara. Penelitian eksperimental laboratorik dengan post test only control group design melibatkan dua puluh sediaan apus darah tepi yang diambil dari 20 mencit C3H model adenokarsinoma payudara yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu Kelompok K tidak diberi perlakuan EA, kelompok P1 dilakukan EA 1 kali, kelompok P2 dilakukan EA 2 kali dan P3 dilakukan EA 3 kali. Tindakan EA dilakukan pada titik ST36 Zusanli, BL18 Ganshu, BL20 Pishu dengan frekuensi 2Hz selama 15 menit. Hasil penelitian didapatkan rata-rata persentase limfosit tertinggi terdapat pada kelompok P2 49,60 7,021 . Dengan uji ANOVA jumlah persentase limfosit antara kelompok P1, P2, P3 dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna p=0.811 . Kesimpulan yang diperoleh yaitu elektroakupunktur meningkatkan jumlah persentase limfosit sediaan apus darah tepi pada mencit C3H model adenokarsinoma payudara.
ABSTRACT
Breast Cancer Patients often decrease the immune system that is decreased lymphocytes, which can increase mortality. Acupuncture is expected to be a therapeutic option to increase lymphocytes because current pharmacological therapy is very expensive and has side effects. This study aims to prove the action of EA as an immunomodulator against cellular immunity by increasing the percentage of lymphocytes of peripheral blood smear in C3H mice of breast adenocarcinoma model. Laboratory experimental study with post test only control group design involving twenty peripheral blood smear preparations taken from 20 mice C3H breast adenocarcinoma model divided into 4 groups ie Group K not given EA treatment, group P1 performed EA 1 times, group P2 performed EA 2 times and P3 done EA 3 times. The action of EA is done at ST36 Zusanli point, BL18 Ganshu, BL20 Pishu with frequency of 2Hz for 15 minutes. The result showed that the highest percentage of lymphocyte was found in group P2 49,60 7,021 . With ANOVA test, the number of lymphocyte percentages between P1, P2, P3 and control group did not have significant mean difference p 0.811 . The conclusion obtained is that electroacupuncture increases the percentage of lymphocytes of the peripheral blood smear in C3H mice of breast adenocarcinoma model.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ade Meuratana
Abstrak :
Menggigil selama anestesi spinal adalah salah satu komplikasi yang paling sering dihubungkan dengan penurunan suhu inti tubuh. Insiden menggigil paska anestesi cukup tinggi dan memberikan dampak perubahan fisiologis yang merugikan pada pasien sehingga perlu dicegah dan ditanggulangi secepatnya. Belum ada terapi gold standar untuk menggigil. Elektroakupunktur EA diketahui dapat mencegah menggigil dengan mempertahankan suhu inti tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh elektroakupunktur pada pencegahan menggigil pasien bedah urologi dengan anestesi spinal serta mengetahui pengaruh elektroakupunktur pada rerata penurunan suhu inti pasien bedah urologi dengan anestesi spinal. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan pembanding dilakukan terhadap 36 subjek yang akan menjalani spinal anestesi pada pasien bedah urologi dialokasikan secara acak kedalam kelompok elektroakupunktur n=18 dilakukan penusukan titik LI4, PC6, ST36, dan SP6 bilateral sampai terjadi sensasi penjaruman, diberikan elektrostimulator frekuensi 2 Hz, gelombang continues pada kelompok eletroakupunktur sham n=18 dilakukan penusukan pada plester tanpa menembus kulit kemudian dihubungkan dengan elektrostimulator yang tidak dinyalakan. Elektroakupunktur dilakukan 1 kali selama 30 menit sebelum dilakukan anestesi spinal. Penilaian objektif menggigil menggunakan skala Crossley dan Mahajan serta penilaian suhu inti tubuh melalui suhu membran timpani menggunakan termometer infra red pada menit ke 5, 15, 30 dan 60. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna angka kejadian menggigil pada kelompok elektroakupunktur dibandingkan kelompok elektroakupunktur sham p=0,22 namun secara klinis kejadian menggigil hanya ditemukan pada kelompok elektroakupunktur sham pada menit ke-60 16,7 dengan derajat menggigil 3 dan 4. Terdapat perbedaan bermakna suhu inti tubuh sebelum dan setelah dilakukan EA pada kelompok elektroakupunktur dibandingkan kelompok elektroakupunktur sham p=0,03 , menit ke-15 p=0,03 dan menit ke-60 p=0,03 setelah anestesi spinal. Terdapat perbedaan tidak bermakna suhu inti tubuh pada kelompok elektroakupunktur dibandingkan kelompok elektroakupunktur sham menit ke-5 p=0,11 dan menit ke-30 p=0,12. Kesimpulan penelitian ini penurunan suhu inti tubuh pada pasien dengan anestesi spinal dapat dicegah dengan menggunakan elektroakupunktur, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada kejadian menggigil.
Shivering during spinal anesthesia is one of complications which are mostly associated with the decrease of body core temperature. The shivering incidents post anesthesia is quite high and provides an adverse physiological impact to patients that need to be prevented and addressed as soon as possible. There are no gold standards for shivering. Electroacupuncture EA is known to prevent shivering by maintaining the body core temperature. The aim of this research is to learn the impact of electroacupuncture to prevent shivering on urology surgery patients with spinal anesthesia as well as to discover the impact of electro acupuncture on the average decrease of urology surgery patient rsquo;s body core temperature with spinal anesthesia. Single blinded randomized clinical trial with comparison was performed to 36 subjects that would undergo spinal anesthesia to urology surgery patients allocated randomly into electroacupuncture group n=18 by performing needling at points LI4, PC6, ST36, and SP6 bilateral until the sensation of needling occurred, electrostimulator of 2 Hz frequency was given, continues wave given while in sham n=18 electroacupuncture group was performed needling on plaster without penetrating the skin then connected to electrostimulator that was not turn on. Electroacupuncture was performed once for 30 minutes before spinal anesthesia was conducted. An objective assessment of shivering was performed by using Crossley and Mahajan scale and the assessment of body core temperature through temperature tympanic membrane was conducted by using infra red thermometer in the 5, 15, 30 and 60 minutes. The result of the research suggested that there are meaningless differences of number of shivering incidents in electro acupuncture group compared to sham p=0,22 electro acupuncture group however clinically shivering incident was only found at sham electro acupuncture group in the 60 minutes 16,7 with the degree of shivering was 3 and 4. There are meaningful differences of body core temperature before and after EA was performed to electroacupuncture group compared to sham p=0,03 electroacupuncture group in the 15 p=0,03 minutes and 60 p=0,03 minutes after spinal anesthesia. There are meaningless differences of body core temperature in electroacupuncture group compared to sham electroacupuncture group in 5 p=0,11 minutes and 30 p=0,12 minutes. The conclusion of this research is the decrease of body core temperature of patients with spinal anesthesia can be prevented by using electroacupuncture; however there are no meaningful differences on shivering incidents.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanggoro Laka Bunawan
Abstrak :
Pendahuluan: Tukak lambung merupakan salah satu penyakit tersering pada saluran pencernaan yang mempunyai angka kekambuhan yang cukup tinggi. Penanganan tukak lambung seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal. Terapi farmakologi memiliki banyak efek samping. Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang baik dalam terapi dan sebagai protektif terhadap tukak lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek protektif elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang terhadap indeks ulkus lambung dan kadar serum Malondialdehyde (MDA) pada tukak lambung. Metode: Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2021 di Puslitbangkes Biomedik, Kementerian kesehatan Republik Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan Randomized posttest design. 30 hewan coba tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok normal, kontrol tukak lambung (TL), omeprazole (OME), elektroakupunktur (EA) dan akupunktur tanam benang (ATB). Kelompok OME diberikan omeprazole oral 20 mg/kg dan EA pada ST36 Zusanli dan CV12 Zhongwan dengan frekuensi 2 Hz, intervensi pada OME dan EA dilakukan setiap 2 hari sekali selama 12 hari. Kelompok ATB 1 kali intervensi di hari pertama. Skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA diukur setelah induksi tukak lambung dilakukan pasca 12 hari perlakuan. Semua hasil data diolah menggunakan SPSS versi 20. Hasil: Skor indeks ulkus tidak berbeda bermakna antara kelompok EA dengan ATB (uji Mann Whitney, p = 0,523), namun skor indeks ulkus kelompok EA dan ATB lebih rendah bermakna dibandingkan kelompok TL (uji Mann Whitney, p < 0,05). Kadar serum MDA lebih rendah bermakna pada kelompok EA versus TL (uji post-hoc, p < 0,001) dan pada kelompok ATB versus TL (uji post-hoc, p < 0,05). Kelompok EA versus ATB, kadar MDA tidak berbeda bermakna (uji post-hoc, p = 1,000). Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang memiliki efek protektif terhadap tukak lambung yang sama baiknya terhadap skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA. Akan tetapi akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu [sw1] dibandingkan dengan elektroakupunktur. ......
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athia Asparini
Abstrak :
Degenerasi makula yang berhubungan dengan penuaan (age-related macular degeneration: AMD) adalah kelainan degeneratif pada makula yang ditandai oleh satu atau lebih dari beberapa gejala berikut, yaitu pembentukan drusen, kelainan epitel pigmen retina yang berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, atrofi geografik epitel pigmen retina dan koriokapiler yang melibatkan bagian sentral fovea, makulopati neovaskular (eksudatif). AMD terbagi menjadi 2 tipe, dry AMD dengan angka kejadian mencapai 80-90% kasus AMD, dan sisanya adalah tipe kedua yaitu wet AMD. Pengobatan dry AMD sendiri, hingga saat ini belum menunjukkan hasil efektif dalam mencegah progresifitasnya. Dry AMD sampai saat ini belum memiliki pengobatan standar, disebabkan oleh patofisiologi penyakit yang belum terlalu jelas, oleh karena itu penelitian untuk menemukan terapi untuk dry AMD terus dilakukan. Akupunktur terbukti dapat mengurangi gejala dry AMD, meningkatkan visus sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Elektroakupunktur merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur menggunakan aliran listrik. Dibandingkan dengan akupunktur manual, elektroakupunktur memiliki kelebihan seperti stimulasi yang dihasilkan lebih intensif, terukur dan konstan. Penelitian ini menilai efek elektroakupunktur terhadap perubahan gambaran foto fundus makula dan perubahan visus pada pasien dry AMD. Tiga puluh empat pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok elektroakupunktur (n = 17) dan kelompok elektroakupunktur sham (n = 17). Kedua kelompok menerima sesi elektroakupunktur yang sama, 2 kali/minggu selama 6 minggu. Penilaian gambaran foto fundus makula dan penilaian visus dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada perubahan foto fundus makula (p=0,001, CI 95%) dan perubahan visus (p=0,001, CI 95%) antara kelompok elektroakupunktur dan kelompok elektroakupunktur sham sebelum dan sesudah sesi terapi. Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi elektroakupunktur memberikan efek yang baik terhadap gejala klinis dan visus pasien dry AMD. ......Age-related macular degeneration or known as AMD is a macular degeneration that posts certain symptoms such drusens, hypopigmentation or hyperpigmentation on retinal pigment epithelium, geographic atrophy and choroidal capillary that affects fovea centralis, and neovascular maculopathy (exudative). Two types of AMD are dry AMD that covers 80-90% cases of AMD and wet AMD. Until now, dry AMD treatment has not been effective to prevent its progression. Since the pathophysiology has been cleared, the research to cure dry AMD must be conducted. Acupuncture is proven to prevent the symptoms of dry AMD, increase the visual acuity, and patients life quality. Electroacupuncture is a form of intervention that stimulates the point using electric current. Compared to manual acupuncture, electroacupuncture can produce more intensive, measurable and constant. This research assesses the changes in the macular fundus photography and visual acuity on dry AMD patient. Thirty-four patients are divided into two groups; Electroacupuncture group (n=17) and sham group (n=17). Both groups receive the same amount of electroacupuncture session which is twice a week for six weeks. Assessment towards the macular fundus photography and visual acuity will be conducted before and after a session. The result shows differences in macular fundus photography (p=0,001, CI 95%) and visual acuity (p=0,001, CI 95%) between electroacupuncture group and sham group before and after sessions. The findings show that electroacupuncture gives positive results towards symptoms in fundus photography and visual acuity of dry AMD patients.
2019: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Kurniawan
Abstrak :
Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan suatu kondisi umum endokrinopati yang ditandai dengan adanya oligoovulasi atau anovulasi, produksi androgen berlebih, dan adanya kista ovarium kecil multipel yang diidentifikasi secara sonografis (kriteria Rotterdam, 2004). SOPK ditemukan pada 10% populasi wanita usia reproduksi dan berhubungan erat dengan disfungsi ovulasi sehingga menurunkan angka fertilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap SOPK. Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol dilakukan terhadap 44 subjek dengan SOPK yang dialokasikan secara acak ke dalam kelompok elektroakupunktur sejati dan medikamentosa (n=22), serta kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa (n=22). Penilaian menggunakan pencitraan USG transvaginal dan perhitungan panjang siklus menstruasi sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata volume ovarium antara kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,002); penurunan jumlah folikel antral (p=0,005); angka kejadian menstruasi (p=0,001); dan pemendekan siklus menstruasi (p=0,003). Kesimpulan penelitian ini elektroakupunktur dan medikamentosa memberikan perbaikan terhadap keluhan dan gambaran ovarium pada pasien SOPK. ......Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) is a general endocrinopathy condition that signed with oligoovulation or anovulation cycle, excess androgen production, and an image of multiple small cysts identified by transvaginal ultrasound (Rotterdam criteria, 2004). PCOS found in 10% of reproductive women and highly corresponded with ovulation dysfunction and finally decrease the fertility rate. The goal of this study is to know the effect of electroacupuncture combined with medical treatment in PCOS. A double blind randomized controlled trial is performed in 44 subjects with PCOS and divided into true electroacupuncture combined with medical treatment group (n=22) and sham electroacupuncture combined with medical treatment group (n=22). Ovarian volume and antral follicle are evaluated with transvaginal ultrasound and the length of menstrual cycle is counted before and after the treatment. The results show there are significant mean differences between ovarian volume in two groups before and after treatment (p=0,002); antral follicle count (p=0,005); menstrual incidence during the treatment (p=0,001); and shortened menstrual cycle (p=0,003). The conclusion of this study is electroacupuncture combined with medical treatment could improve PCOS patients’ compaint and ovarian image.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>