Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Tamsiah Yulianti
Abstrak :
Penelitian laboratorium telah dilaksanakan. untuk meme riksa 12 tanaman obat, yang diduga masing-masiig mengandung zat bakteriostatjk atau bakterisid. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menipelajar secara kualitatif aktifitas antibakteni in vitro dan tanaman terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Pilihan untuk mengambil Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus sebagai kuman percoba an didasarkan atas kenyataan, bahwa inikroorganisma tersebut dianggap merupakan kuman patogen yang paling sening ditemu kan pada infeksi manusia, terutama pada. infeksi genitourina rius;. mikroorganisma tersebut pada .umumnya adalah resisten terhadap banyak antibiotik. Tes aktifitas antibakteni dilakukan dengan cara cakram dengan melaksanakan teknik Kirby-Bauer dengan beberapa modifikasi dan penyesuaian, seperti yang biasa dikerjakan di Bagian Mikrobiolo.gi Fakultas Kedokteran Universitas Indo nesia Jakarta. Hasil tes aktifitas antibakteni adalah sangat baik, oleh karena 8 dari sejumlah 12 tanaman obat yang dipeniksa menunjukkan hasil pengaruh antibakteri secara in vitro yang sangat jelas, seperti yang diperlihatkan berturut-turut oleh Allium sativum L, Psidium guajava L, Punica granatum L var alba. Areca catechu L, sedangkan Lf tanaman (Averrhoa bi limbi L, Boesenbergia pandurata (Poxb.) Schlecht, Moringa oleifera Larnk dan Musa brachycarpa Backer) inemperlihatkan aktifitas antibakterj yang leinah. Aktifitas antibakterj terhadap ketiga jenis kuman (Escherichia coil, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus) yang dicoba diperiihatkan oleh tanarnan Ailium sativum L. Aktifitas antibakteri hanya terhadap kuman Staphylococcus aureus adaiah tanaman Areca catechu L, Boesenbergia pandura ta (Poxb.,) Schlecht, Moringa oleifera Lamk, Psidium guaja-. va L dan Punica granatum L var aiba, sedangkan Averrhoa biiirnbi L adaiah positif antibakterial hanya terhadap Pseudomonas aeruginosa; disamping itu Musa brachycarpa Backer agk nya memperiihatkan a,ktifitas antibakteri yang relatif iemah terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coil. Mernpe].ajari hasil yang diperoieh dari penelitian laboratoriurn, maka dapat diambil kesimpuian sebagai benikut 1. Beberapa tanaman obat yang terbukti mengandung zat anti-. bakteni, dapat digunakan iangsung sebagai obat untuk men hiiangkari infeksi kuman, oleh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. 2. Dari sejumiah 12 tanaman obat yang dipeniksa, Allium sativuin L yang aktifitas antibakterinya terhadap ke 3 spesies kuman yang dicoba, dapat dianggap sebagal antibakteri yang berspektrum lebar. 3. Sernua tanaman obat yang dicoba dan terbukti mengandung zat antibakteri, sebaiknya dicoba lebih lanjut terhadap spesies kuman yang jumiahnya lebih besar yang diasingkan dari pasien (strain liar). 14. Semua tanarnan obat yang dicoba, yang secara kualitatif menunjukkan aktifitas antibakteri, sebaiknya dicoba le- : bih lanjut secara kuantitatif. 5. Oleh karena zat antibakteri yang dicoba itu merupakan ba han kasar (crude) yang diekstraksi dari tanaman, maka Se baiknya penelitian lanjutan dilakeanakan untuk mengetahui zat apa yang sesungguhnya mempunyai aktifitas antibakteni.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafael Adi Agustama
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44094
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Angga Wardani
Abstrak :
ABSTRAK Nanopartikel merupakan sistem penghantaran novel yang sudah banyak dikembangkan dalam ilmu pengobatan hingga perawatan tubuh termasuk kosmetik. Antioksidan banyak digunakan sebagai bahan aktif dari formulasi salah satunya namun antioksidan secara umum bersifat tidak stabil. ulasan kali ini membahas mengenai karakteristik partikel dari berbagai sistem nanopartikel dari penelitan mengenai pengembangan kosmetik nanopartikel berbahan dasar ekstrak tanaman yang mengandung antioksidan. Karakteristik nanopartikel seperti ukuran, nilai polydispersity index dan nilai potensial zeta. Karakteristik yang terbentuk dipengaruhi berbagai faktor seperti dari faktor komponen penyusun sistem nano hingga faktor metode yang digunakan. Karakteristik yang terbentuk dapat menentukan kestabilan dari formulasi. Nanopartikel dengan karakteristik ukuran partikel yang kecil, penyebaran homogen dan nilai potensial yang besar menujukan formulasi yang stabil.
ABSTRACT Nanoparticles is a novel delivery system that has been widely developed in the sciences of medicine to body care including cosmetics. Antioxidants are widely used as active ingredients of formulations, but antioxidants are generally unstable. This review discusses the particle characteristics of various nanoparticle systems from research on the development of cosmetics based on plant extracts that contain antioxidants. The characteristics of nanoparticles such as size, polydispersity index value and zeta potential value. The characteristics formed are influenced by various factors such as the components of the nano system components to the method used. The characteristics formed can determine the stability of the formulation. Nanoparticles with characteristics of small particle size, homogeneous dispersion and large potential values ​​indicate a stable formulation.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhuda
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah pare terhadap kesuburan dan kadar testosteron serum tikus Jantan strain IMF,. Sebanyak 24 ekor tikus jantan dibagi secara acak dalam 3 kelompok, masing-masing terdiri dari 8 ekor. Tiap kelompok diberi ekstrak buah pare secara oral mulai dari dosis 750 mg; 1000 mg; 1250 mg; 1500 mg; 1750 mg dan 2000 mg/kgBB. Kelompok lain diberi larutan CMC sebagai kelnmpok placebo dan sate kelompok sebagai kontrol (tanpa perlakuan.). Pemberian ekstrak buah pare dilakukan setiap pagi selama 50 hari. Pada hari ke 50 tikus perlakuan dicampur dengan betina fertil sampai terjadi kopu1asi. Tujuh hari setelah dicampur, tikus jantan dibunuh dengan eter. Tikus jantan yang telah dibunuh dengan eter diambil darahnya dari jantung danjaringan testis. Parameter yang dianalisis yaitu kadar testosteron serum, berat testis, jumlah spermatozoa, persentase metilitas, persentase bentuk kepala abnormal dan jumlah anak. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah pare dosis 750 mg/kg SR sampai dosis 2000 mg/kg SS dapat meningkatkan kadar testosteron serum tikus dan persentase kelainan bentuk kepala spermatozoa. Selain itu juga dapat menurunkan berat testis, jumlah spermatozoa, persentase motilitas dan jumlah anak yang dihasilkan.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Berliany Hedinata
Abstrak :
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang memiliki empat serotipe: DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 dengan infeksi sekunder antara DENV-2 dan DENV-4 menimbulkan gejala paling parah. Meskipun antivirus umum digunakan sebagai pengobatan alternatif, tetapi belum ada antivirus dengue yang berlisensi hingga saat ini. Mengingat potensi antivirus dari ekstrak tanaman, penelitian ini mengevaluasi 12 ekstrak tanaman mengandung berbagai fitokimia, termasuk flavonoid, yang mampu mengikat langsung protein virus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai sitotoksisitas (CC50) dan potensi aktivitas antivirus DENV-2 dan DENV-4 Isolat Indonesia. Kedua virus dipropagasi dan dilakukan plaque assay untuk mendapatkan konsentrasi berdasarkan nilai titer virus. 12 ekstrak dipreparasi dan diuji MTT untuk mendapatkan nilai sitotoksisitas (CC50). Hasil dari kedua pengujian, yaitu konsentrasi titer virus dan nilai sitotoksisitasnya kemudian diuji untuk mengukur potensi aktivitas antivirus dengan plaque assay. Andrographis paniculata dan Phyllanthus niruri sebagai kontrol pembanding memiliki nilai sitotoksisitas (CC50) sebesar 148,8 dan 151,7 ppm, serta menunjukkan aktivitas antivirus DENV-2 dengan nilai inhibisi 79,1% dan 65,8%. Dibandingkan dengan kontrol pembanding, diketahui bahwa delapan dari sepuluh ekstrak, yaitu Sonchus arvensis, Kaempferia galanga, Curcuma aeruginosa, Syzygium polyanthum, Centella asiatica, Ardisia elliptica, Anredera cordifolia, dan Sechium edule bersifat tidak lebih toksik terhadap galur sel BHK-21. Setelah pengujian aktivitas antivirus diketahui Syzygium polyanthum, Ardisia elliptica, dan Anredera cordifolia memiliki potensi antivirus DENV-2 dan DENV-4 dengan nilai inhibisi sekitar 50—100%. Namun, senyawa spesifik yang bertanggung jawab atas aktivitas antivirus dalam esktrak tersebut belum diketahui, sehingga memerlukan fraksinasi dan pengujian ulang untuk mengidentifikasi senyawa spesifik berpotensi menjadi antivirus DENV-2 dan DENV-4. ......Dengue fever caused by dengue virus, which has four serotypes: DENV-1, DENV-2, DENV-3, and DENV-4. Secondary infections between DENV-2 and DENV-4 can result in most severe symptoms. Although antivirals used as alternative treatments, there currently no licensed dengue antivirals. Given antiviral potential of plant extracts, this study evaluated antiviral activity of 12 plant extracts containing various phytochemicals, including flavonoids, which can directly bind viral proteins. The study aimed to determine cytotoxicity and potential antiviral activity of DENV-2 and DENV-4 isolates from Indonesia. Both viruses propagated and plaque assays performed to obtain concentrations based on viral titers. The 12 extracts were prepared and tested using MTT assay to determine their cytotoxicity (CC50). The results, viral titers and cytotoxicity values, were used to measure potential antiviral activity using plaque assays. Andrographis paniculat and Phyllanthus niruri as comparison control, with cytotoxicity (CC50) values of 148.8 and 151.7 ppm, and showed antiviral DENV-2 with inhibition values of 79.1% and 65.8%. Compared to the comparison control, it was found that eight of the ten extracts, including Sonchus arvensis, Kaempferia galanga, Curcuma aeruginosa, Syzygium polyanthum, Centella asiatica, Ardisia elliptica, Anredera cordifolia, and Sechium edule, was not more toxic to BHK-21 cell lines. After testing antiviral activity, it was found Syzygium polyanthum, Ardisia elliptica, and Anredera cordifolia had potential antiviral DENV-2 and DENV-4 with inhibition values around 50-100%. However, specific compounds responsible for antiviral activity in extracts remain unknown, necessitating further fractionation and re-testing to identify specific compounds with potential antiviral DENV-2 and DENV-4.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library