Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amyra Andia Nissa
Abstrak :
ABSTRAK Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu masalah yang dalam prevalensi masih terus meningkat. Dilaporkan bahwa Indonesia pada jenjang tahun 2000 hingga 2014 angka terjadinya KDRT naik secara stabil dan pada 2016 kasus KDRT kepada istri mencapai 6.725 kasus di Indonesia. KDRT dapat mempengaruhi kesehatan jiwa bukan hanya pada korban namun juga pada anaknya. Penelitian ini mengambil data dari laporan jaga Departemen Psikiatri RSCM dan juga rekam medis pasien yang sudah menikah dan telah mengalami kasus KDRT dari tahun 2013 hingga 2017. Metode yang digunakan adalah cross sectional study dan menggunakan data dari pasien yang sudah menikah dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya. Data yang diolah dalam riset ini merupakan tingkat pendidikan dan mental status (Speech, Mood, Thought Process, dan Perception). Data dengan jumlah 41 data yang dapat digunakan. Semua subjek merupakan perempuan dan umur yang dominan merupakan kisaran 31-40 tahun. Subjek lebih dominan mempunyai pendidikan di tingkat primer dan sekunder (72.7%). Mayoritas subjek mengalami gangguan pada mental statusnya (70.7%). Hasil analisis data menggunakan Contigiency Coefficient ditemukan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dan mental status pada korban KDRT tidak membuahkan signifikansi (p = 0,73). Tingkat pendidikan tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan mental status yang ditimbulkan oleh pasien KDRT.
ABSTRACT Domestic violence cases are still increasing. In Indonesia, it is stated that in the range of 2000-2014 the prevalence of domestic violence is increasing and in 2016 domestic violence cases that happen to wives reach a number of 6.725 cases in Indonesia. Domestic violence may affect the mental health of not only the victim but also her surrounding. This research collects data from the Domestic Violence Report Book from Psychiatric Department of RSCM (Rumah Sakit Ciptomangunkusumo) and medical records of married patients that came due to domestic violence from the year 2013 until 2017. This research uses cross sectional method and only uses data from patients who are married and have experienced domestic violence from her husband. The data that will be analyzed are educational level and mental status. A number of 41 datas that can be used in this research. All of the subjects are woman and the dominant age is in the range of 31-40. Dominantly, subjects have pursued education at primary-secondary level (72.7%) and have their mental status disturbed (70.7%). Data analysis using Contigency Coefficient showed that there is no statistical significance between educational level and mental status among DV victims (p = 0,73).
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Herliana
Abstrak :
Pendahuluan: Air bersih merupakan komponen penting yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar penduduk wilayah Jawa Barat memanfaatkan sungai Citarum sebagai sumber daya air, khususnya pada warga Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Sungai Citarum memiliki tingkat pencemaran yang tinggi akibat berbagai kegiatan pemanfaatan air sehingga tidak layak digunakan sebagai air baku minum. Air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Di samping itu, pengetahuan memiliki kaitan dengan sikap dan perilaku seseorang yang berdampak terhadap kesehatan. Oleh karena itu, penelitian ini menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, khususnya tentang pemanfaatan air sungai Citarum. Tujuan: Mengetahui hubungan antara status ekonomi dan status pendidikan terhadap nilai pengetahuan warga DAS Citarum tentang pemanfaatan air sungai Citarum. Metode: Sampel penelitian untuk studi potong lintang ini merupakan warga DAS Citarum berusia produktif yang bertempat tinggal di Kelurahan Andir dan Desa Gajahmekar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seratus lima puluh lima responden dipilih secara acak dengan teknik clustered random sampling. Data terkait profil sosiodemografi dan pengetahuan pemanfaatan air warga DAS Citarum diperoleh menggunakan kuesioner melalui wawancara terpimpin. Hasil: Mayoritas responden memiliki status ekonomi di bawah UMR Kabupaten Jawa Barat (81,6%) dan memiliki status pendidikan rendah (74,2%). Median nilai pengetahuan adalah 54,55 dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 100 Terdapat hubungan signifikan antara status ekonomi dan status pendidikan dengan nilai pengetahuan (p=0,027 dan p=<0,001). Nilai pengetahuan yang tinggi berhubungan dengan penghasilan dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kesimpulan: Status sosioekonomi dan nilai pengetahuan warga DAS Citarum masih tergolong rendah. Selain itu, terdapat hubungan bermakna antara status ekonomi dan status pendidikan dengan nilai pengetahuan pemanfaaran air. Oleh karena itu, pengetahuan perlu ditingkatkan melalui edukasi yang dilakukan sejak masa pendidikan dasar serta perlu memprioritaskan warga dengan status ekonomi rendah sebagai target edukasi kesehatan ......Introduction: Clean water is an important component needed by humans in everyday life. Most of the inhabitants of the West Java region use the Citarum river as a water resource, especially for the residents in the Citarum Watershed. Citarum River is highly polluted due to various water utilization activities which makes it as not suitable for usage on water drinking-purpose. Contaminated water can cause numerous health problems. On the other hand, knowledge is known to have an association with attitude and behavior related to health status. Therefore, this study aims to assess factors associated to knowledge, especially on Citarum water utilization. Objective: The primary objective of this study is to identify the relationship between economic status and educational level of residents in Citarum Watershed with knowledge score of Citarum water utilization. Method(s): Data for this cross-sectional study were retrieved from residents of productive age who live in Citarum watershed area, specifically in Andir sub-district and Gajahmekar village, Bandung Regency, West Java. One hundred and fifty five respondents were randomly selected by using clustered random sampling technique. Data related to the sociodemographic profile and knowledge of water utilization were obtained using a questionnaire through interview. Result(s): The majority of respondents have an economic status below the regional minimum wage of West Java Regency (81.6%) and have low educational level (74.2%). The median score for knowledge is 54.55 with minimum and maximum score of 0 and 100 respectively. Most of the respondents have knowledge scores below the median (47.3%). There is a significant relationship between economic status and educational level with the knowledge score (p=0.027 and p=<0,001). High knowledge scores are associated with higher income and higher education level. Conclusion: The socioeconomic status and knowledge score of residents in Citarum watershed are low. In addition, there is a significant relationship between economic status and educational level with the knowledge score. Therefore, knowledge needs to be improved through education carried out since the elementary education period and health promotion should be prioritized in low economic status population
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Zulfikar Y.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara kelompok etnis maupun perbedaan dari masing-masing etnis terhadap etnis Aceh.dalam memilih tujuan migrasi keluar Nanggroe Aceh Darussalam. Disamping itu juga melihat perbedaan antar etnis dan faktor individu seperti tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan interaksi diantara 3 faktor tersebut. Alat yang digunakan untuk menganalisa masalah yang dipelajari adalah Multinomial Logistik. Model ini digunakan karena variabel terikat dari penelitian ini yaitu tujuan migran yang keluar dari Nanggroe Aceb Darussalam adalah variabel katagorik dan variabel katagoriknya lebih dan dua. Ada tiga tujuan migrasi yang menjadi variabel terikat, yaitu; Propinsi-propinsi lainnya di Sumatera, Pulau Jawa dan lainnya sebagai pembanding. Untuk variabel bebas ada enam kelompok etnis yang dianalisa yaitu: etnis Jawa, etnis Batak, etnis Melayu, etnis Minangkabau, etnis lainnya dan etnis Aceh sebagai pembanding. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data mentah (raw data) dari Sensus Penduduk (SP 2000) untuk data tingkat individu, sedangkan untuk data makro diambil dari data sekunder yang telah dipublikasi Badan Pusat Statistik. Dari hasil analisis ditemukan variabel-variabel yang mempunyai hubungan terbalik dengan migrasi seperti tingkat pendidikan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan jumlah migran keluar seanakin menurun. Demikian juga untuk kelompok umur terjadi penurunan jumlah migran jika semakin meningkatnya umur. Dan hasil estimasi terhadap model yang digunakan untuk melihat perbedaan antar etnis maupun perbedaan dari masing-masing etnis terhadap etnis Aceh, secara statistik signifikan. Migran yang menuju propinsi-propinsi lainnya di Sumatera hanya kelompok etnis lainnya memiliki rasio kecendrerungan yang lebih kecil dibandingkan etnis Aceh, sedangkan untuk tujuan Pulau Jawa semua etnis memiliki rasio kecenderungan lebih kecil dibandingkan etnis Aceh. Dengan memperhatikan interaksi etnis dengan migran yang bekerja, etnis Aceh yang menuju Sumatera memiliki rasio kecenderungan yang lebih kecil dibandingkan etnis yang lain, sedangkan untuk tujuan pulau Jawa adalah sebaliknya. Untuk pendidikan SLTP keatas etnis Aceh memiliki rasio kecenderungan yang lebih besar baik yang menuju Sumatera maupun pulau Jawa.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitihajar Imanuddin
Abstrak :
Tingkat literasi gizi dapat menggambarkan kemampuan individu dalam menerima, memproses, dan memahami informasi terkait gizi untuk membuat suatu keputusan yang tepat terkait gizi. Literasi gizi terdiri dari tiga tingkat, yaitu tingkat literasi gizi fungsional, interaktif, dan kritikal. Tingkat literasi gizi pada ibu baduta dapat mempengaruhi praktik pemberian makan pada anak, yaitu pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI MP-ASI. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan proporsi tingkat literasi gizi berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, usia, dan paritas pada ibu baduta di Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi potong lintang pada Bulan April hingga Juni 2018 di Kecamatan Cakung dan Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Responden pada penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak di bawah dua tahun baduta dengan jumlah 102 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner literasi gizi yang diisi secara mandiri. Uji chi square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi tingkat literasi gizi fungsional berdasarkan tingkat pendidikan p=0,040. ......Nutritional literation level can describe an individual rsquo s ability to receive, process, and understand nutritional information to make a nutrition related decision. Nutrition literacy consists of three levels, namely functional, interactive, and critical nutrition literacy. The nutritional literation level at mother of toddler may influence feeding practices in children, namely Exclusive Breastfeeding and Complementary Food MP ASI ortion of nutritional literation level based on family income level, educational level, age, and parity rate in mother of toddler in East Jakarta. The study was conducted using cross sectional study design from April to June 2018 in Cakung and Makasar Subdistrict, East Jakarta. Respondents in this study are mothers who have children under two years baduta with total of 102 respondents. Data were collected using a self administered nutrition literacy questionnaire. Chi square test showed that there was a differences proportion of functional nutritional literation level based on educational level p 0,040.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Lembahmanah
Abstrak :
Latar Belakang: Pada umumnya penderita kanker serviks di Indonesia berpendidikan rendah. Selain itu belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta. Sementara angka kejadian kanker serviks di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi wanita peserta program skrining “see & treat” berdasarkan usia, tingkat pendidikan, usia pertama menikah, dan hasil penemuan tes IVA pada bulan April-Mei 2009 di 4 puskesmas Jatinegara dan mengetahui keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan hasil penemuan tes IVA, serta pengaruhnya terhadap terjadinya lesi pra-kanker serviks. Metode: Penelitian cross-sectional dengan sampel minimal 106 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data kuesioner program dari bulan April hingga Mei 2009 di 4 puskesmas daerah Jatinegara, Jakarta Timur, yang telah dikumpulkan sebelumnya. Hasil: Jumlah responden pada kelompok tingkat pendidikan rendah 44.4% sedangkan tingkat pendidikan tinggi/lanjutan 47.1%. Jumlah responden dengan hasil tes IVA positif 98.5% dan negatif 1.1%. Dari 559 orang responden, 0.6% wanita berpendidikan rendah/dasar dengan IVA positif dan 0.4% berada pada tingkat pendidikan tinggi/lanjutan. Hasil analisa statistik tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan hasil tes IVA (p=0.610; RP= 1.58 dengan IK 95% 0.27-9.50). Sementara itu terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat pendidikan dengan usia pertama menikah responden (p<0.001; RP=7.78 dengan IK 95% 5.27-11.47). Kesimpulan: Jumlah responden lebih banyak berada pada kelompok tingkat pendidikan tinggi/lanjutan (47.1%). Tingkat pendidikan yang rendah tidak berhubungan dan bukan merupakan faktor risiko terhadap penemuan hasil tes IVA yang positif pada 559 responden di 4 puskesmas di Jatinegara. Namun tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh bermakna terhadap usia pertama menikah responden yang lebih muda. ......Introduction: Generally, the cervical cancer patients in Indonesia have low educational level. In addition, there was no data which describe the distribution and the correlation between educational level and prevalence of precancer’s lesion in Indonesia, particularly in Jakarta. Whereas the amount of cervical cancer in Indonesia is increasing every year. Objective: To discover the prevalence of “See and treat” screening programme’s participants based on their age, educational level, age of first marriage, and prevalence of VIA test’s results from April until May, 2009, at 4 Community Health Centers in Jatinegara, East Jakarta, and to discover the correlation between educational level and the number of VIA test’s results, also the influence that possibly concomit the precancer’s lesion. Method: A cross-sectional study with 106 minimal samples. The datas were collected by using programme’s questionnaires started from April until May, 2009, at 4 Community Health Centers in Jatinegara that had already been collected before. Result: The number of percentage of responders who had low-leveled of education was 44.4%, while the high-leveled of education percentages was 47.1%. The number of percentages of the responders who had positive VIA result was 1.1% and the negative result was 98.5%. From 559 responders, 0.6% of women with positive VIA results had low-leveled of education and 0.4% of women had high-leveled of education. The statistical analysis result showed that there was no meaningful correlations between the educational level and the number of VIA test result (p=0.610; PR=1.58 with 95% IC 0.27-9.50). Meanwhile, there was a very meaningful correlation between the educational level and age of first marriage (p<0.001; PR=7.78 with 95% IC 5.27-11.47). Conclusion: The majority of responders were from high-leveled of education (47.1%). Lower educational level did not correlated and was not the risk factor of the positive finding of VIA test results in 526 responders at 4 Community Health Centers in Jatinegara. However, lower educational level was meaningfully correlated to a younger age of first marriage.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Adelina
Abstrak :
Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Selatan dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, penghasilan ibu, usia ibu saat melahirkan, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Penelitian menggunakan studi cross-sectional dan dilakukan pada 88 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Selatan. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan ibu, morbiditas diare dan ISPA, dan pemberian ASI yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji Chi-Square (p<0,05). Dari hasil penelitian didapatkan proporsi status gizi wasted sebesar 4,5 % dan status gizi non-wasted sebesar 95,5 %. Dengan proporsi jenis kelamin bayi laki-laki 51,1%, dan perempuan 48,9%, pemberian ASI sebesar 30,7%, ibu bekerja 11,4%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 2 minggu terakhir masing-masing 14,8 % dan 60,2%, tingkat pendidikan ibu rendah 54,5%, sedang 34,1 %, dan tinggi 11,1%, tingkat penghasilan keluarga sedang 48,9% dan tinggi 51,1 %, semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna. ......Nutritional Status described how great individual physiological requirement has met. Nutritional stauus is corelated to many factors. This research’s aims are first, to know the frequency distribution of infants 1,5-8 months of age in South Jakarta and its corelation with babies’ sex, maternal education level, woking mother, familiy annual income, maternal age of giving birth, dierhea and upper respiratory track infection and eksclusive breast milk in infants.The study design of the research iscross sectional. The number of the respondent is 88. The respondents are mother who have baby 1,5-8 months of age in South Jakarta. The data that were collected are infants’ nutritional status, babies’ sex, maternal age of giving birth, maternal educational level, working mother, familiy annual income level, diarhea and upper respiratory track infection in infant and eksclusive breast milk in infants. All those variables were analyzed with Chi-square test (p<0,05). From this research, the percentage of infants with non-wasting nutritional status is 95,5 % and the percentage of wasting is 4,5 %. The percentage of boys is 51,1 % and girls is 48,9 %. Percentage of babies receiving eksclusive breast milk is 30,7%, working mother 11,4%, Dhiarhea and upper respiratory track infectin in infants rea 14,8% and 60,2%. And all of them show no significant correlation to nutriotional status.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library