Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Itfan
"This study seeks to gather empirical evidence regarding education and access to information in affecting mangrove forests in Indonesia. The motivation for this study comes from the fact that Indonesia has experienced enormous mangrove deforestation in the last three decades. This study uses village level data in Indonesia. With a combination of geospatial data and PODES, the author uses the unbalanced panel data and Fixed Effects Model (FEM) to analyze the correlation of 9-year basic education facilities and higher education as well as national private TV broadcasts and overseas TV broadcasts on the area of mangrove forests. The author found that villages that have higher education facilities and get overseas TV broadcasts have a positive correlation with the area of mangrove forests in the village area. Higher education and broad access to information globally can certainly increase villagers’ knowledge and concern about the importance of mangrove forests. Therefore, government policies are needed to improve higher education facilities and access to global information in villages to reduce the exploitation of villagers against mangrove forests, especially for village communities located around mangrove forests."
Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2023
330 JPP 7:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Doriza
"Tujuan desentralisasi fiskal di Indonesia adalah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan. Terkait dengan pembangunan pendidikan, salah satu masalah krusial adalah kesenjangan akses. Menggunakan data dari 440 database kabupaten kota selama 2005-2009, studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak desentralisasi fiskal dalam mengurangi disparitas akses pendidikan dasar. Dengan menggunakan fixed-effect model, hasilnya menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan, DAK Non-Pendidikan, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki dampak yang signikan dalam mengurangi disparitas akses pendidikan bersama dengan karakteristik kekayaan dan regional. Berbagai upaya tetap perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pemerataan akses pendidikan termasuk penguatan peran pemerintah provinsi dalam alokasi dan distribusi sumber daya pelayanan pendidikan dasar.

The objective of fiscal decentralization objective in Indonesia is to reduce development disparities. Regarding education development, one crucial issue is access disparity. Using 440 sub provincial database during 2005-2009, this study is aim to analyze the impact of fiscal decentralization in reducing disparity of primary education access. Using fixed-effect model, the result showed that Dana Alokasi Khusus (DAK) for Education, DAK Non Education, and Pendapatan Asli Daerah (PAD) have significant impact in reducing education access disparity along with the wealth and regional characteristics. Nonetheless efforts need to be done to optimize the equalization of education access including strengthening the provincial government role in resources allocation and distribution of basic education services."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dupuis Sola Scriptura
"Hak atas pendidikan semestinya didapatkan oleh semua anak, tanpa kecuali, sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 28 Convention on The Rights of The Child pada tahun 1989 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak). Meskipun demikian hak pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri yang ada di Indonesia dan akses pemenuhan terhadap hak pendidikan tersebut belum diatur secara jelas dalam hukum di Indonesia. Untuk itu maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pengaturan tentang hak pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri menurut ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan akses terhadap pemenuhan hak pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri, khususnya di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode sosio legal dengan melakukan pengamatan dan wawancara terhadap beberapa informan serta melalui studi dokumen dengan melakukan penelusuran terhadap bahan-bahan hukum yang relevan. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa ketentuan yang mengatur tentang hak pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri di Indonesia adalah didasarkan pada Konvensi Hak Anak 1989 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia, bukan pada ketentuan yang khusus mengatur tentang hak pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri karena pemerintah Indonesia memang belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang Pengungsi. Sedangkan terkait akses untuk pemenuhan hak pendidikan pengungsi anak luar negeri, khususnya di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, dapat dinyatakan sebagai belum memadai sehingga masih harus dikembangkan karena dengan tidak adanya payung hukum yang secara khusus mengatur tentang hak pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri berakibat pada tidak jelasnya implementasi pemenuhan hak pendidikan pengungsi anak tersebut melalui penyediaan akses pendidikan yang mereka butuhkan. Selama ini pemenuhan hak pendidikan melalui penyediaan akses kepada pendidikan bagi pengungsi anak luar negeri baru dilakukan oleh pemerintah di Kota Depok berdasarkan rasa kemanusiaan namun bukan didasarkan pada hak pendidikan yang semestinya melekat pada diri setiap anak, tidak terkecuali anak yang berstatus sebagai pengungsi luar negeri.

As emphasized in Article 28 of the Convention on the Rights of the Child in 1989, which was ratified by the Indonesian government through Presidential Decree No. 36 of 1990 concerning Ratification of the Convention on the Rights of the Child, the right to education should be obtained by all children, without exception (Convention on the Rights of the Child). However, the right to education for foreign refugee children living in Indonesia, as well as access to the fulfillment of this right, are not regulated by Indonesian law. As a result, the issues raised in this study are related to regulations regarding the right to education for refugee children abroad under Indonesian legal provisions, as well as access to fulfilling the right to education for refugee children abroad, particularly in Depok City, West Java Province. This study employs the socio-legal method, which includes observing and interviewing several informants, as well as conducting document studies and searching for relevant legal materials. According to the findings of the analysis, the provisions governing the right to education for refugee children abroad in Indonesia are based on the 1989 Convention on the Rights of the Child, which the Indonesian government has ratified, rather than on provisions specifically governing the right to education for refugee children abroad, because the Indonesian government has not ratified the 1951 Convention on Refugees. Meanwhile, access to fulfilling the education rights of foreign child refugees, particularly in Depok City, West Java Province, can be described as insufficient, and further development is required because, in the absence of a legal framework that specifically regulates the right to education for refugee children abroad, the implementation of the fulfillment of the child refugee's right to education is unclear through the provision of access to the education they need. So far, the government in Depok City has fulfilled the right to education by providing access to education for refugee children abroad on the basis of humanity rather than the right to an education that should be inherent in every child, including refugee children."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Desmawan Anselmus
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap pemenuhan akses pendidikan menengah di Indonesia yang diukur dari perubahan Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). BOS SMA/SMK merupakan bantuan tunai yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada sekolah SMA/SMK baik negeri maupun swasta dengan tujuan utama untuk membantu pembiayaan operasional sekolah dan diharapkan dapat membebaskan atau meringankan biaya sekolah yang harus ditanggung oleh siswa. Sejak tahun 2017, kewenangan SMA/SMK di Indonesia telah didesentralisasikan kepada pemerintah provinsi. Analisis menggunakan metode Fixed Effect pada data panel 34 provinsi di Indonesia dari tahun 2017 hingga 2021. Hasil estimasi menunjukkan bahwa BOS SMA/SMK tidak berpengaruh terhadap perubahan APM SMA/SMK, sedangkan belanja pendidikan pemerintah provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan APM SMA/SMK di Indonesia.

This study aims to analyze the effect of School Operational Assistance (Bantuan Operasional Sekolah/BOS) on students’ participation in secondary education at the provincial level in Indonesia as measured by Net Enrollment Rate (NER) for General Senior High School (SMA) and Vocational Senior High Schools (SMK). BOS SMA/SMK is a transfer of funds from the central government to the local government at the provincial level in Indonesia to support the operational activities of public and private schools of SMA/SMK. The primary objective of BOS is to finance school operations to lower or exempt school fees. Since 2017, the authority of SMA/SMK in Indonesia has been decentralized to the provincial governments. The analysis applies a fixed effect method for a panel data set of 34 provinces in Indonesia from 2017 to 2021. The estimation results show that BOS SMA/SMK does not affect the change of NER of SMA/SMK, whereas the provincial government education spending has a positive and significant effect on the change of the SMA/SMK NER in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Princesslady Kezia Hillary
"ABSTRAK
Keterbatasan pendidikan yang dimiliki para pendatang Ibu Kota Jakarta,
menyebabkan mereka harus melakukan pekerjaan informal dengan penghasilan
rendah, dan membentuk kelompok-kelompok masyarakat marjinal dengan beragam
masalah sosial, salah satunya adalah masalah akses terhadap hak atas pendidikan
bagi anak. Masyarakat Lapak Pancoran merupakan salah satu contoh kasus dari
masyarakat marjinal di Jakarta dengan masalah akses terhadap hak atas pendidikan.
Riset ini ditujukan untuk menganalisa efektivitas kebijakan pemerintah tentang
pendidikan sebagai tanggung jawab pemerintah/negara dalam memberikan akses
terhadap hak atas pendidikan bagi masyarakat marjinal Lapak Pancoran, di Jakarta.
Penelitian ini adalah penelitian sosio-legal dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, melalui teknik wawancara secara mendalam kepada para narasumber dari
perwakilan pihak pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan, yaitu Suku
Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Selatan, Kecamatan, Kelurahan, Ketua RT
Lapak Pancoran serta pihak masyarakat lapak pancoran. Penelitian ini berhasil
menemukan fakta kondisi pendidikan di kalangan masyarakat marginal lapak
pancoran sebagai contoh kasus dari proses maupun hasil implementasi kebijakan
pemerintah terkait akses terhadap hak atas pendidikan bagi masyarakat marjinal.
Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
DKI Jakarta berkaitan dengan akses dan bantuan dana pendidikan bagi masyarakat
Lapak Pancoran, hingga saat ini masih perlu dianalisa kembali pelaksanaan serta
manfaatnya bagi para anak marginal. Persyaratan administrasi untuk mengakses
pendidikan, seperti KTP yang dibutuhkan dalam rangka mengakses
kebijakan/program pendidikan tersebut dinilai menjadi penghalang/pembatas bagi
para masyarakat. Kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pendidikan juga
menjadikan para anak Lapak Pancoran tidak memiliki semangat juang untuk
melanjutkan pendidikan melalui fasilitas yang telah tersedia. Akses Pendidikan
bagi masyarakat marginal di Lapak Pancoran sangatlah penting. Peran pemeritah
daerah sendiri secara umum sudah baik dengan memberikan program KJP bagi
masyarakat. Namun dibutuhkan mekanisme pelaksanaan yang lebih komprehensif
yang dapat di jangkau oleh kelompok masyarakat marjinal Lapak Pancoran. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library