Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Coryelisabety Dianovita
Abstrak :

Ketersediaan jasa ekosistem lamun sangat bergantung pada kondisi biofisik dan dinamika ekosistem terutama dari faktor antropogenik. Ekosistem lamun saat ini sedang mengalami krisis karena semakin terpengaruh oleh perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia di zona pesisir. Ini menghambat kelangsungan ekosistem lamun. Riset ini mengevaluasi indeks kesehatan ekosistem lamun dan menentukan potensi keberlanjutan pemanfaatan jasa ekosistem lamun di pesisir Pulau Panjang, Serang, Banten dengan menggunakan pendekatan kuantitatif serta metode campuran. Studi ini menemukan bahwa Pulau Panjang memiliki keragaman spesies lamun yang cukup tinggi dengan ditemukan 7 spesies lamun termasuk Enhalus acoroides yang cukup mendominasi pesisir pulau. Indeks kesehatan lamun juga cukup tinggi yang berkisar di antara 60 – 70%. Hasil riset juga membuktikan bahwa perilaku masyarakat yang konsumtif memicu pemanfataan jasa ekosistem yang tinggi. Pemanfaatan jasa ekosistem lamun yang tinggi dapat mengecilkan potensi pemanfaatan secara berkelanjutan. Ini dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat yang tergolong rendah. Oleh karena itu, sosiasliasi dan pengelolaan atas ekosistem lamun perlu segera diimplementasikan.

 


The existence of seagrass ecosystem services is dependent on biophysical conditions and the dynamics of the ecosystem, especially from anthropogenic factors. Seagrass ecosystems are currently in crisis because they are increasingly affected by changes caused by human activities in the coastal zone. This inhibits the sustainability of the seagrass ecosystem. This research evaluates the health index of seagrass ecosystems and determines the potential for sustainable utilization of seagrass ecosystem services on the coast of Pulau Panjang, Serang, Banten using quantitative approaches and mixed methods. The study found that Panjang Island have a high diversity of seagrass species with 7 seagrass species found, including Enhalus acoroides which dominated the coast. Habitat structure index represents seagrass health that was obtained is quite high which ranges between 60 - 70%. Another result of this research also proves that high consumptive behavior triggers the high utilization of ecosystem services. The utilization of seagrass ecosystems can reduce the potential for sustainable utilization of seagrass ecosystems. This is due to the communities’ low education. Therefore, management of seagrass ecosystems needs to be implemented immediately so that sustainable utilization of seagrass ecosystem services can be actualized.

 

2019
T53498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Ayu Permatasari
Abstrak :
Tingginya tingkat pembangunan di kawasan perkotaan telah meningkatkan degradasi lingkungan pada berbagai ekosistem termasuk danau dan waduk. Degradasi ini mengancam keberlanjutan dan kemampuan ekosistem danau dan waduk untuk memberikan jasa ekosistem kepada masyarakat. Jakarta adalah salah satu kota megapolitan di Indonesia yang memiliki potensi ekosistem danau dan waduk cukup tinggi. Masalah dalam penelitian ini adalah belum dilakukannya pengelolaan ekosistem danau dan waduk secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi jasa ekosistem danau dan waduk di lokasi penelitian; menganalisis keberlanjutan jasa ekosistem pada ekosistem danau dan waduk di lokasi penelitian; dan menyusun konsep keberlanjutan ekosistem danau dan waduk di kota megapolitan berdasarkan hasil analisis. Metode yang digunakan terdiri atas analisis penggunaan lahan, potensi produksi ikan, indeks kualitas air, statistik deskriptif, serta metode lain terkait pendugaan jasa ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian belum secara optimal memberikan jasa penyedia air, ikan, dan produk pertanian karena rendahnya jasa pengaturan kualitas air. Jasa pengaturan iklim mikro dan banjir serta jasa budaya menunjukkan kualitas yang cukup baik sedangkan jasa pendukung ekosistem menunjukkan hasil yang beragam di setiap lokasi. Terdapat beberapa hal yang menghambat keberlanjutan ekosistem seperti program pengelolaan, adanya konflik penyediaan jasa ekosistem dengan pilar keberlanjutan, serta masih rendahnya pemahaman dan kesediaan masyarakat dalam pengelolaan danau dan waduk. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa 4 pilar keberlanjutan (pengelolaan lingkungan, pembangunan sosial, peningkatan ekonomi, dan perbaikan tata kelola) diperlukan untuk mewujudkan ekosistem danau dan waduk perkotaan berkelanjutan yang dapat dicapai dengan perbaikan program optimalisasi jasa ekosistem, sistem tata kelola, dan partisipasi masyarakat. ......The high level of development in urban areas has increased environmental degradation in various ecosystems including lakes and reservoirs. This degradation threatens the sustainability and ability of lake and reservoir ecosystems to provide ecosystem services to the community. Jakarta is one of megapolitan cities in Indonesia that has quite high potential for lake and reservoir ecosystems. The problem in this research is that the management of lake and reservoir ecosystems has not been carried out sustainably. The objectives of this study were to analyze the condition of ecosystem services in lakes and reservoirs in the research location; analyze the sustainability of ecosystem services related to environmental, social, and economic aspects of lakes and reservoirs ecosystem in the research location; and develop the concept of sustainable lake and reservoir ecosystems in the megapolitan cities based on the analysis results. The method used consists of land use analysis, fish production potential, water quality index, descriptive statistics, and other methods related to ecosystem services estimation. The results showed that the study site had not optimally provided water, fish and agricultural products due to low water quality regulating services. Microclimate regulating, flood regulating, and cultural services show good quality while ecosystem support services show varying results in each location. There are a number of things that impede ecosystem sustainability such as management programs, conflicts over the supply of ecosystem services with the pillars of sustainability, and the low comprehension and willingness of the community in managing lakes and reservoirs. The conclusion of this study is the 4 pillars of sustainability (environmental management, social development, economic improvement, and good governance) are needed to realize sustainable urban lake and reservoir ecosystems which can be achieved by improving ecosystem service optimization programs, governance systems, and community participation.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dian Rosadi
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang potensi karbon dan valuasi ekonomi mangrove di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk menghitung dan menganalisis potensi penyimpanan dan penyerapan karbon mangrove di Kecamatan Gerung serta menentukan tumbuhan potensial yang memiliki kemampuan tertinggi dalam menyimpan dan menyerap karbon. Pengambilan sampel karbon dilakukan pada 14 stasiun pengamatan. Data karbon diestimasi dari potensi biomassa atas tanah, bawah tanah, tumbuhan bawah dan karbon organik tanah. Hasil analisis kandungan karbon diperoleh nilai biomassa sebesar 401,15 ton/ha, stok karbon sebesar 186,05 ton/ha dan serapan karbon sebesar 682,81 ton/ha. Spesies yang memiliki poteni penyimpanan dan penyerapan karbon tertinggi adalah S. alba. Tujuan lain dilakukannya penelitian yaitu untuk menghitung dan menganalisis nilai ekonomi mangrove termasuk nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi karbon serta untuk mengetahui nilai ekonomi terbesar yang dihasilkan ekosistem mangrove. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi literatur. Data dianalisis secara kuantitatif untuk menjelaskan nilai ekonomi mangrove dan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung mangrove mencapai Rp. 675.140.000/tahun, dari manfaat tidak langsung mencapai Rp. 33.710.361.020/tahun, dari manfaat pilihan sebesar Rp. 78.120.000/tahun, dan dari manfaat eksistensi sebesar Rp. 124.000.000/tahun. Nilai ekonomi total yang diperoleh dari mangrove Kecamatan Gerung pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 34.587.621.020/tahun (2.461.839  US$/tahun). Nilai ekonomi terbesar yang dihasilkan ekosistem mangrove diperoleh dari manfaat tidak langsung mangrove terutama potensi karbon.

 


Research regarding carbon potential and economic valuation of mangroves in Gerung District, West Lombok Regency has been conducted. This research was aimed to calculate and analyze carbon storage and absorption of mangroves in Gerung District and to determine potential plants that have the ability to store and absorb carbon. Carbon sampling was carried out on 14 observation stations. Carbon data is estimated from potential biomass on land, underground, understorey and soil organic carbon. The results of the analysis of the carbon content of the mangrove ecosystem in Gerung Subdistrict, obtained a biomass value of 401.15 tons/ha, a carbon stock of 186.05 tons/ha and carbon absorption of 682.81 tons/ha. The species that has the highest carbon storage and absorption potential is S. alba. The purposes of this research were to calculate and analyze economic value from mangrove ecosystem and to find out the largest economic value produced by mangroves. Data collection is done through interviews, observation and literature studies. Data were analyzed quantitatively to explain the economic value of mangroves and analyzed descriptively to describe socio-economic activities of the community. The economic value obtained from direct use of mangroves reaches IDR. 2,565,140,000/year, from indirect benefits with a value IDR. 33,710,361,020/year, option economic value reaching IDR. 78,120,000/year and from the existence benefits were IDR. 124,000,000/year. The total economic of  mangroves in Gerung District in 2018 were IDR. 36,477,621,020/year (2,492,826 US$/year). The biggest economic value produced by mangrove ecosystems is derived from the indirect benefits of mangroves, especially carbon potential.

 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Firdaus
Abstrak :
Ekosistem alami sebagai entitas yang terkait dengan keanekaragaman hayati, memiliki peran sangat penting dalam memberikan layanan ekosistem, yaitu beragam manfaat langsung dan tidak langsung yang dibutuhkan untuk keberlanjutan kehidupan di bumi dan untuk mendukung kesejahteraan manusia, sebagai bagian integral dari ekosistem. Pertumbuhan populasi manusia yang meningkat pada skala global menyebabkan meningkatnya tekanan antropogenik pada alam dengan mengubah penggunaan lahan melalui fragmentasi, degradasi, dan deforestasi dengan laju yang cepat. Dilaporkan bahwa lebih dari dua pertiga layanan ekosistem global yang dimanfaatkan tidak terkendali telah terdegradasi lebih cepat dibandingkan waktu pemulihannya. Keadaan ini dapat mengancam aliran produk dan layanan ekosistem di masa depan di berbagai wilayah terutama di daerah tropis, khususnya Indonesia, sebagai salah satu di antara negara-negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar di dunia (megabiodiversitas). Kebutuhan untuk menjaga kelestarian ekosistem beserta layanan yang dihasilkan sangat mendesak untuk dilakukan. Hal ini mendorong perlunya dilakukan upaya-upaya untuk mengidentifikasi, melindungi, dan mengelola area yang penting untuk penyediaan layanan ekosistem, agar keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem tetap terpelihara. Layanan ekosistem bertumpu pada keanekaragaman hayati, tetapi hubungan fungsional antara keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem tidak diketahui dengan baik. Berbagai strategi dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Namun, tidak ada strategi khusus yang dilakukan untuk layanan ekosistem. Salah satu strategi penting dalam konservasi keanekaragaman hayati adalah perencanaan konservasi sistematis. Strategi ini bertujuan untuk mengidentifikasi area prioritas di mana upaya konservasi harus difokuskan. Gagasan layanan ekosistem sejak lama digunakan sebagai argumen dasar untuk menjustifikasi konservasi keanekaragaman hayati dan diasumsikan bahwa melestarikan keanekaragaman hayati juga berarti pada saat yang sama melestarikan layanan ekosistem. Karena itu, pada beberapa dekade terakhir berkembang gagasan untuk memasukkan konsep layanan ekosistem ke dalam konservasi, terutama yang berkaitan dengan perencanaan konservasi keanekaragaman hayati. Disertasi ini mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan integrasi layanan ekosistem dalam perencanaan konservasi di DAS Cidanau. Pertama-tama dilakukan kajian tentang dampak perubahan tutupan lahan terhadap layanan ekosistem, khususnya hasil air, yang merupakan layanan utama dari DAS Cidanau. Hasil menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan di DAS Cidanau dari tahun 1996 ke 2019, karena konversi lahan untuk persawahan dan lahan pertanian. Perubahan tutupan ini diproyeksikan masih akan berlanjut hingga 2030 dan turut memengaruhi dinamika layanan hasil air dari DAS Cidanau. Area potensial untuk layanan hasil air ditemukan terutama di bagian tenggara dan selatan yang merupakan area hulu DAS Cidanau. Area ini perlu diprioritaskan dalam upaya konservasi perairan dan kehutanan untuk memelihara pasokan air dari DAS Cidanau secara berkelanjutan. Kajian kedua membahas tentang identifikasi area prioritas konservasi berbasis layanan ekosistem yang diterapkan untuk mengembangkan kerangka konservasi spasial di DAS Cidanau pada tingkat sub-DAS. Empat layanan ekosistem penting terdiri dari hasil air, kualitas habitat, penyimpanan karbon, dan retensi sedimen, dipetakan untuk mengetahui distribusi spasial dari masing-masing layanan dan hubungan antara layanan ekosistem, jenis tutupan lahan, dan nilai indeks Total Ecosystem Services (TES). Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan spasial yang besar dalam pasokan berbagai layanan ekosistem, di mana indeks TES bervariasi hingga mencapai tujuh kali lipat di antara satu sub-DAS dengan sub-DAS yang lain. Sejumlah sub-DAS di area hulu DAS Cidanau menunjukkan potensi lebih tinggi untuk menghasilkan beberapa layanan secara simultan. Area potensial yang teridentifikasi ini dapat dijadikan rujukan sebagai area prioritas di mana upaya konservasi harus difokuskan. Terakhir, kajian ketiga, mendiskusikan tentang state of the art penelitian layanan ekosistem di Indonesia antara tahun 1998 dan 2020, berdasarkan artikel yang dipublikasikan yang dihimpun pada basis data bibliografik Scopus. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana layanan ekosistem diteliti di Indonesia dan untuk mengetahui kesinambungan atau keselarasan topik-topik yang dikaji dalam disertasi ini dengan kajian lainnya. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa masalah keanekaragaman hayati, deforestasi, dan kelapa sawit mencirikan kecenderungan terkini penelitian layanan ekosistem di Indonesia. Selain itu, keberlanjutan, perubahan iklim, dan perubahan penggunaan dan tutupan lahan merupakan fokus utama penelitian yang menjanjikan di masa depan. Perubahan penggunaan dan tutupan lahan, adalah salah satu topik yang berkaitan erat dengan perencanaan konservasi dan layanan ekosistem. Perubahan tutupan lahan juga merupakan salah satu faktor pengungkit utama krisis layanan ekosistem global. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan keselarasannya dengan perkembangan riset layanan ekosistem, khususnya di Indonesia. Layanan ekosistem harus dielaborasi secara eksplisit dalam upaya konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Terlepas dari beberapa keterbatasannya, disertasi ini menawarkan perspektif baru tentang konservasi dan model yang dihasilkan dapat berguna untuk perencanaan konservasi di DAS Cidanau dan kawasan lain yang relevan. ......Ecosystems, as entities of biological diversity, play a significant role in providing direct and indirect benefits in the form of ecosystem services, which are essential for the sustainability of life on earth and the support of human well-being. However, the increasing growth of the human population on a global level is leading to an uncontrollable increase in anthropogenic pressure on nature, resulting in land use changes through fragmentation, degradation, and deforestation at an unprecedented rate. It is estimated that more than two-thirds of the global ecosystem services have been degraded faster than they have been recovered, thus threatening the provision of future ecosystem products and services, particularly in the tropics and in Indonesia, a country known for its extraordinary biodiversity (mega-biodiversity). Consequently, preserving ecosystems and the services they provide has become an urgent requirement. This wealth encourages initiatives to identify, protect, and manage areas that are vital for the provision of ecosystem services so that biodiversity and ecosystem services can be maintained. Although ecosystem services are dependent on biodiversity, the functional relationship between biodiversity and ecosystem services is still not fully understood. Numerous strategies have been implemented to conserve biodiversity, yet no specific plan has been designed to sustain ecosystem services. One of the most effective strategies for biodiversity conservation is the implementation of systematic conservation planning, which aims to identify priority areas where conservation measures should be concentrated. It is assumed that conserving biodiversity also means preserving ecosystem services, which is why the idea of including ecosystem services in biodiversity conservation planning has been developed in recent years. This dissertation discusses issues related to the integration of ecosystem services in conservation planning in the Cidanau watershed. Firstly, a study was conducted to investigate the impact of land cover changes on ecosystem services, such as water yields, in the Cidanau watershed. Results showed a change in land cover between 1996 and 2019 due to land conversion for paddy fields and agricultural land, and this is projected to continue until 2030 and affect water yield services in the Cidanau watershed. The main areas with potential for water product services are located in the southeast and south, which are the upstream areas of the Cidanau watershed. Therefore, they should be prioritized when it comes to water conservation and forestry efforts in order to ensure a sustainable water supply from the Cidanau watershed. Secondly, a study was conducted to identify conservation priority areas based on ecosystem services in order to develop a spatial conservation framework in the Cidanau watershed at the sub-watershed level. Four essential ecosystem services, such as water yield, habitat quality, carbon storage, and sediment retention, were mapped to evaluate the spatial distribution and the link between ecosystem services, land cover types, and Total Ecosystem Services (TES) index values. Results demonstrated considerable spatial discrepancies in the supply of the different ecosystem services, with the TES index varying up to sevenfold from one sub-watershed to another. Several sub-watersheds in the upstream Cidanau watershed area were identified as having a higher potential for multiple services production. This data can be utilized as a reference for priority areas where conservation efforts should be focused. Finally, a study was conducted to examine the stateof the art of ecosystem services research in Indonesia between 1998 and 2020, based on published articles compiled in the Scopus bibliographic database. This study was conducted to determine the extent to which ecosystem services are studied in Indonesia and to determine the harmony of the topics studied in this dissertation with other studies. Results indicated that biodiversity, deforestation, and oil palm issues characterize the current trends in ecosystem services research in Indonesia. Additionally, sustainability, climate change, and land use and land cover changes are the main focus of promising future research. Land use and land cover change are topics closely related to conservation planning and ecosystem services and are key contributors to the global ecosystem services crisis. Therefore, this study shows its alignment with the development of ecosystem services research, particularly in Indonesia. Explicitly defining ecosystem services is essential for the sustainable conservation of natural resources and biodiversity. By emphasizing the importance of ecosystem services, this dissertation offers a new perspective on conservation. The resulting model can be beneficial for conservation planning in the Cidanau watershed and other related areas.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library