Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tolley, Keith
London: Routledge , 1995
362.1 TOL e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Drummond, Michael F.
Oxford: Oxford University Press, 2006
338.433 6 DRU e (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqatul Muthiah Amran
Abstrak :
Prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat dari 21,2 pada tahun 2010 menjadi23,3 pada tahun 2014. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke,dan kematian jika tidak terdeteksi dini dan diobati secara tepat. Antihipertensi yangefektif dalam menurunan tekanan darah dan mengurangi resiko kejadian penyakit jantungkoroner adalah Valsartan dan Amlodipine. Biaya pengobatan selalu menjadi penghalanguntuk pengobatan yang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan kendali mutu dan kendalibiaya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis evaluasi ekonomi dengan mengetahuigambaran biaya dan outcome dari penggunaan Valsartan dan Amlodipine selama tigabulan pengobatan pada pasien hipertensi primer dengan tekanan darah stage I. Penelitianini bersifat observasional dengan teknik pengambilan data secara retrospektif pada tahun2016. Outcome berupa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, proporsitekanan darah terkontrol, dan proporsi tekanan darah tidak terkontrol. Biaya yang diambildari perspektif pasien yang berupa biaya langsung medis. Hasil penelitian diperoleh bahwa biaya penggunaan Amlodipine lebih rendah Rp 872.666,02 dibandingkanValsartan Rp 1.064.621,00. Rata-rata penurunan tekanan darah pada penggunaanAmlodipine sebesar 16,33 / 7,88 mmHg, sedangkan pada Valsartan sebesar 14,05 / 5,00mmHg. Proporsi tekanan drah terkontrol pada Amlodipine sebesar 80 , dengan proporsikejadian penyakit jantung coroner sebesar 27,5. Sedangkan proporsi tekanan darahterkontrol pada Valsartan 60 , dengan proporsi kejadian penyakit jantung koronersebesar 72,5. Pada diagram efektivitas biaya, Amlodipine terletak pada kuadran II danValsartan pada kuadran IV. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Amlodipine dominanterhadap Valsartan karena membutuhkan biaya yang lebih rendah dan menghasilkanoutcome yang lebih baik. ...... Background: The prevalence of hypertension in Indonesia continues to increase from21.2 in 2010 to 23.3 in 2014. Hypertension can lead to coronary heart disease, stroke,and death if not detected early and treated appropriately. Antihypertensives thateffectively reducing blood pressure and reducing the risk of coronary heart disease areValsartan and Amlodipine. Medical expenses have always been a barrier to effectivetreatment. Therefore, it is necessary to have quality control and cost control. The aims ofthis study was to analyze economic evaluation and to know the costs and outcomes of useof Valsartan and Amlodipine during three months of treatment in primary hypertensionpatients with stage I blood pressure. Methods: This study was observational study with retrospective data retrieval techniquein 2016. The outcome was the mean reduction of systolic and diastolic blood pressure,the proportion of controlled and uncontrolled blood pressure. Costs taken from thepatient 39 s perspective in the form of direct medical costs. Results: The results obtained that the cost of using Amlodipine is lower Rp 872.666.02 than Valsartan Rp 1,064,621.00. The mean reduction of blood pressure of Amlodipinewas 16.33 7.88 mmHg, while Valsartan was 14.05 5.00 mmHg. Proportion ofcontrolled blood pressure of Amlodipine was 80 , with a proportion of coronary heartdisease events was 27.5. While the proportion of controlled blood pressure of Valsartanwas 60 , with the proportion of coronary heart disease events was 72.5. In the costeffectivenessdiagram, Amlodipine was in quadrant II and Valsartan was in quadrant IV. Conclusion: Amlodipine is dominant against Valsartan because it requires lower cost andbetter outcome.Key words Primary Hypertension, Amlodipine, Valsartan, Economic Evaluation
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sobczyk, Eugeniusz J.
London: Taylor and Francis, 2008
338.2 SOB i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Rahmadan
Abstrak :
Tanaman Kaliandra merupakan salah satu varian biomassa yang memiliki potensi keekonomian sebagai sumber energi bahan bakar. Untuk menilai keekonomian dari tanaman tersebut maka dianalisis agar mengetahui bagaimana meningkatkan nilai investasi agar dapat memberikan tingkat pengembalian yang baik. Dengan menggunakan disain pembangkit berkapasitas 2 X 7 MW dan periode produksi berlangsung selama 25 tahun dimana setiap tahunnya membutuhkan suplai bahan bakar sebanyak 196.827.882 ton maka berdasarkan hasil perhitungan terbaik dimana target perusahaan (NPV > 0 dan IRR > 6 %) yaitu adalah menggunakan skenario 1 dimana dari rencana penjualan energi listrik ke PLN rata-rata 99.338 MWh dalam setahun. Total pemakaian sendiri dan losses lainnya adalah 10 % dari total kapasitas terpasang yaitu 14.000 kW atau 2 X 7 MW. Total daya yang siap di supply adalah 12.600 kW. Selain itu unuk menjaga ketersediaan pasokan bahan bakar dari resiko - resiko yang ada maka didapatkan kurang lebih 10 % dari total kebutuhan bahan bakar setiap tahunnya. Sehingga berdasar analisis keekonomian yang dilakukan terhadap tanaman kaliandra maka dapat diketahui bahwa tanaman tesebut berpotensi sebagai salah satu sumber energi bahan bakar pembangkit yang baik.
Kaliandra plant is one variant that has the potential economics of biomass as an energy source of fuel. To assess the economic value of the plant is then analyzed in order to determine how to increase the value of the investment in order to provide a good rate of return. By using the plant design capacity of 2 x 7 MW and a production period of 25 years where each year require the supply of fuel as much as 196 827 882 tons and based on the best calculation results where the target company (NPV> 0 and IRR> 6%) which is using scenario 1 which of the proposed sale of electricity to PLN average 99 338 MWh per year. Total use of its own and other losses is 10% of the total installed capacity is 14,000 kW or 2 x 7 MW. Total power that is ready to supply is 12,600 kW. Moreover transform and maintain the fuel supply of risk - the risk that there are obtained approximately 10% of total fuel needs annually. So based on economic analysis carried out on the plant kaliandra it is known that the plant have a good potential as a source of generating fuel energy.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Syari
Abstrak :
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terapi rivaroxabanmemiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan terapi kombinasi UFH warfarin untuk pengobatan trombosis vena dalam deep vein thrombosis/DVT . Akan tetapi,masih sedikit dokter di RS Kanker Dharmais yang memberikan terapi rivaroxabanuntuk pengobatan DVT. Penelitian evaluasi ekonomi parsial ini bertujuan untukmenganalisis efektivitas/outcome dan besarnya biaya yang dibutuhkan dari perspektifrumah sakit antara pemberian terapi rivaroxaban dan terapi kombinasi UFH warfarin untuk pengobatan DVT pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun2016 -; 2018. Karena keterbatasan jumlah pasien yang mendapatkan terapi rivaroxabanselama 3 - 6 bulan, studi ini menganalisis biaya dan efektivitas/outcome dari pasienyang mendapatkan terapi selama 1 bulan. Efektivitas/outcome yang diukur adalahintermediate outcome, yang meliputi lama hari rawat, kesembuhan, dan kejadianperdarahan. Biaya dihitung berdasarkan biaya yang dibebankan kepada pasien charge ,yang meliputi biaya obat, pemeriksaan penunjang, tindakan, serta administrasi danakomodasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk efektivitas/outcome terapi rivaroxaban, sebagian besar pasien tidak mendapatkan perawatan rawat inap, 40 pasien dinyatakan sembuh dari DVT, dan tidak ada pasien yang mengalami kejadian perdarahan. Rata-rata biaya terapi rivaroxaban hingga mencapai outcome yang diharapkan adalah Rp 8.824.791,00. Untuk efektivitas/outcome terapi kombinasi UFH warfarin, sebagian besar pasien memiliki lama hari rawat antara 8 -; 14 hari, 46 pasien dinyatakan sembuh dari DVT, dan tidak ada pasien yang mengalami kejadian perdarahan. Rata-rata biaya terapi kombinasi UFH warfarin hingga mencapai outcome yang diharapkan adalah Rp 13.201.698,00.
Based on previous studies, rivaroxaban therapy has several advantages compared to combination therapy UFH warfarin for the treatment of deep vein thrombosis DVT. However, the use of rivaroxaban in Dharmais Cancer Hospital is still low. This partial economic evaluation study aims to analyze cost and consequence of rivaroxaban therapy and combination therapy UFH warfarin for DVT treatment in cancer patients at the Dharmais Cancer Hospital during 2016 - 2018. Data collection was done using cohort retrospective and individual unit of analysis. Due to limited number ofpatient treated with rivaroxaban therapy within 3 - 6 months, we estimated the cost and consequence related to patients who were successfully treated in one month. The consequence was the intermediate outcome, i.e length of stay, recovery, and the occurrence of bleeding. The cost was calculated based on hospital perspective including drugs, laboratory tests, procedures, as well as the administrative and accommodation costs. The results showed that patients with rivaroxaban therapy were not admitted to inpatient care, 40 of patients were recovered from DVT, and none of the patients experienced bleeding. The average cost of rivaroxaban therapy to reach the expected outcome was Rp 8,824,791.00. The study also showed that the outcome of combination therapy UFH warfarin were length of stay between 8 to 14 days, 46 of patients were recovered from DVT, and none of the patients experienced bleeding. The average cost of combination therapy UFH warfarin to reach the expected outcome was Rp 13,201,698.00.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Nadhif Rabbani
Abstrak :
Propolis adalah zat resin dari lebah yang dikumpulkan dari tanaman hidup untuk konstruksi dan adaptasi sarang mereka. Propolis dikenal dengan berbagai manfaatnya dalam perawatan pribadi, obat-obatan dan makanan. Namun, pemanfaatan propolis masih terbatas, karena sifat propolis mampu larut dalam alkohol, memiliki rasa yang kuat, bau dan sejauh ini hanya dalam skala lab untuk bubuk propolis. Produksi bubuk propolis mikroenkapsulasi menggunakan spray dryer untuk membentuk produk padat. Produksi propolis terenkapsulasi menggunakan 4 unit prosedur dengan spray dryer berfungsi untuk mengeringkan produk akhir. Scale-up produksi bubuk propolis mikroenkapsulasi dengan semprot kering dan freeze drying dengan 4 variasi bahan penyalut maltodextrin dengan gum arab, casein, chitosan dan chitosan dengan casein. Simulasi menggunakan perangkat lunak SuperPro dilakukan untuk scale-up produksi. Evaluasi ekonomi dilakukan dalam bentuk NPV, IRR, dan, Payback Period. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dengan produksi tahunan 8168 kg / tahun, investasi modal $ 1.444.000, biaya operasi tahunan $ 2.158.000 dengan pendapatan $ 2.859.000, periode pengembalian 2,85 tahun, IRR 44,30%, dan NPV $ 2.693.000. Analisis sensitivitas dilakukan dengan harga produk, investasi modal dan harga propolis dengan 3 parameter NPV, IRR, dan Payback period.
Propolis is a resinous substance from bees that is collected from living plants for the construction nests. Propolis is known for its various benefits in, personal care, drugs and foods. However, the utilization of propolis is still limited, due to propolis properties able to dissolve in alcohol, having strong taste, odor and so far only in lab scale for propolis powder. Encapsulation was done to propolis to overcome these characteristics. Production of microencapsulated propolis powder uses spray dryer to form solid product. The scale-up production of encapsulation propolis powder. Simulation using SuperPro software is conducted for the scale-up production. Production of encapsulated propolis uses 4 procedure, with 2 types of dryer, spray dryer and freeze dryer with 4 different encapsulate, Maltodextrin with Arabic gum, Casein, Chitosan, and Chitosan with Casein. Economic evaluation is done in the form of NPV, IRR, and, Payback Period. The result showed that production with annual production 8168 kg/year, the capital investment $ 1,444,000, annual operating cost $ 2,158,000 with revenue $ 2,859,000, payback period 2.85 years, IRR 44.30%, and NPV $ 2,693,000. The sensitivity analysis is conducted with product price, capital investment and propolis price with 3 parameters NPV, IRR, and payback periods.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library