Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Dharmawan Saldjani
"Latar belakang: Pterygium adalah penyakit pada mata yang sering dijumpai di daerah khatulistiwa terutama oleh pajanan ultraviolet, penyebab pterygium antara lain macam-macam zat iritan, faktor genetik, alergi, kekeringan pada mata, faktor angiogenik, dan infeksi papilomavirus. Pada perusahaan X banyak ditemukan kasus pterygium 5.3% pada observasi awal oleh Dinas Kesehatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Sampel diambil secara purposive berdasarkan ruangan dengan pajanan debu tertinggi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung pada pekerja dan pemeriksaan pada mata.
Hasil: Prevalensi pterygium akibat pajanan zat iritan debu kertas 68.2% dari 85 pekerja di rewinder enam dan sekitarnya. Riwayat merokok merupakan faktor yang bermakna (p-0.01).
Kesimpulan: Debu kertas belum dapat dibuktikan signifikansinya secara statistik dengan kejadian pterygium, sementara perbandingan dengan studi-studi yang relevan menunjukkan bahwa prevalensi pterygium dengan pajanan debu kertas lebih tinggi dibandingkan dengan pajanan UV.

Background: Pterygium is an abnormal process in which the conjunctiva (a membrane that covers the white of the eye) grows into the cornea and most commonly found at the equator, due to prolong exposure to ultraviolet and infrared radiation from sunlight. Other environmental irritants identified were genetic factor, allergy, dry eyes, angiogenic factor, and papilloma virus infection. In the factory "X" Karawang, 5.3% pterygium cases were found as reported by the government reevaluation visit.
Method: The study was a cross-sectional. Sample collected using purposive method and had been exposed to high paper dust. Conducting interview, filling out questionnaires and eye examination, collected data.
Results: The Prevalence of identified pterygium was 68.2% from 85 workers at rewinder 6. Meanwhile smoking habit was the significant factor (r 0.O1).
Conclusion: Paper dust has not yet proven to be significant related to pterygium while descriptive comparison among several studies reported that the prevalence of pterygium was much higher related to paper dust (68.2%) compared to UV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita R. M. Berliana S.
"Produksi semen telah diketahui menyebabkan pencemaran pada lingkungan termasuk tenaga kerja. Hasil sampingan saat diproduksinya semen adalah debu yang merugikan, secara pembangunan nasional meningkatnya produksi semen menguntungkan akan tetapi juga menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan para pekerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi paru pada karyawan dan faktor yang berhubungan. Penelitian bersifat deskriptif menggunakan disain cross sectional, data didapatkan melalui laporan observasi, kuesioner, pemeriksaan fisis, pengukuran kadar debu dan spirometri. Jumlah yang diperiksa sebanyak 138 karyawan, dilakukan analisa dan hasil yang didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antar gangguan faal paru restriksi atau obstruksi dan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, masa kerja, perokok dan penggunaan Alat Pelindung. Hubungan antara pajanan debu dengan gangguan fungsi paru tidak diidentifikasi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan Personal Dust Sampler serta pemeriksaan foto toraks.

Cement production was known as the source of pollution in the environment as well as to the workers. Cement dust is very hazardous which is one of the main side products of the factory while at the other side; cement production was really needed for the physical development of the country. The study was aiming to improve cement "col." factory's workers through identifying the lung function disorders and the related factors. The design of study was cross sectional and data were collected through observations report, questionnaires, physical examination, dust measuring and spirometer. There were 138 samples analyzed and results of study reported no significant relationship existed between lung obstruction and age, level of education, work status, duration of work, smoking behavior, and using of mask. Relationship between dust exposure and lung function disorders were not yet identified As suggested, extension of study should be done using personal dust samplers as well as photo thorax measurement."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Sari H.
"Latar Belakang : Dari data poliklinik PT.X didapatkan bahwa pekerja dipabrik tissu yang menderita bronkitis cukup tinggi (5,4%) dan ISPA 86,7%. Dari penelitian sebelumnya tentang pajanan debu uang kertas didapatkan prevalensi obstruksi paru 19,4%.
Metode Penelitian: Desain penelitian dilakukan secara kros seksional dengan jumlah sampel 108 orang melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri dan pengukuran debu lingkungan kerja.
Hasil: Prevalensi bronkitis kronis didapatkan 9,26 %. Dan hasil analisis maka faktor umur, masa kerja, pendidikan, debu tissu, ventilasi, pemakaian APD dan kebiasaan merokok tidak ada hubungan bermakna dengan timbulnya bronkitis kronis. Hasil pengukuran debu lingkungan di bawah Nilai Ambang Batas. Dari analisa didapatkan kebiasaan merokok mempunyai risiko 2,81 kali lebih besar daripada yang perokok ringan dan bukan perokok.
Kesimpulan: Faktor risiko karakteristik pekerja dan faktor lingkungan tidak ada hubungan dengan timbulnya bronkitis kronis. Merokok merupakan faktor resiko pada pekerja.

Background : According to data from policlinic in tissue paper industry PT. X, much workers with chronic bronchitis (5,4%) and Upper Respiratory Diseases 86,7%. From the previous research about paper money dust exposure has found chronic obstruction disturbance 19,4 % prevalence.
Methodology : The relationship of environment dust and bronchitis chronic will found with cross sectional method, with 108 samples by interview, physic examination, and environment dust measurement.
Results and conclusion : Chronic bronchitis prevalence is 9,26 %. The analysis found that age, period of working, education, environment dust, ventilation, smoking and masker are not significant to prove bronchitis chronic. Total dust exposure has found lower from international standard. Smoking habits group have 2,81 more high risk than group without smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library