Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wenny Dwi Putri
"Obat penghambat pompa proton merupakan salah satu obat pengontrol asam lambung yang paling banyak diresepkan. Pemakaian jangka panjang obat penghambat pompa proton berisiko menurunkan kadar magnesium darah hipomagnesemia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara penggunaan obat golongan penghambat pompa proton terhadap dan penurunan kadar magnesium darah pada pasien di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Desain penelitian adalah cross sectional studi komparatif dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling pada bulan Juni sampai Oktober 2016.
Penelitian ini membandingkan kadar magnesium darah antara pasien yang menggunakan obat penghambat pompa proton lansoprazole dan omeprazole dengan pasien yang tidak menggunakan penghambat pompa proton. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 184 pasien. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan rekam medis. Analisis statistik dilakukan dengan uji t tidak berpasangan, Mann-Whitney, dan one way ANOVA. Rata-rata kadar magnesium pasien yang menggunakan penghambat pompa proton adalah 2.08 0.21 mg/dL lebih rendah dari yang tidak menggunakan penghambat pompa proton 2.27 0.38 mg/dL dengan nilai p < 0.001 signifikan. Kadar magnesium lebih rendah secara bermakna terjadi pada pasien yang menggunakan penghambat pompa proton lebih dari satu tahun dan yang menggunakan omeprazole p < 0.05.

Proton pump inhibitors is one of the controller gastric acid medication controllers most widely prescribed. The long term use of proton pump inhibitors has a risks decrease of blood magnesium levels hypomagnesemia. The purpose of this study was to determine whether and to what degree PPI use affects blood magnesium levels. The study design was a cross sectional comparative study with consecutive sampling technique on June to October 2016.
This study compared blood magnesium levels among patients using proton pump inhibitors lansoprazole and omeprazole with patients not taking proton pump inhibitor. The total sample was 184 patients. Collecting data using questionnaires and medical records. Statistical analysis was performed with the unpaired t test, Mann Whitney, and one way ANOVA. The average level of magnesium patient using proton pump inhibitors is 2.08 0.21 mg dL whereas who not taking proton pump inhibitors is 2.27 0.38 mg dL with p 0.001 significant. Levels of magnesium were significantly lower in patients using proton pump inhibitors more than one year and using omeprazole p.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana Budiman
"ABSTRAK
Latar belakang: Jumlah penduduk lansia yang semakin banyak di Indonesia harus mendapat perhatian khusus, agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi
beban baik keluarga, masyarakat dan negara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki nutrisi yang merupakan bagian penting dalam kesehatan lansia. Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nutrisi lansia disamping faktor lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
sosioekonomi dan lainnya. Beberapa penelitian tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap nutrisi lansia memberikan hasil yang berbedabeda. Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah kehilangan gigi dan lamanya pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap asupan dan status nutrisi lansia. Metode: Desain
observational cohort dilakukan untuk mengevaluasi asupan dan status nutrisi pada 26 partisipan dengan kehilangan gigi yang diklasifikasikan berdasarkan indeks Eichner dan
akan mendapatkan perawatan pembuatan gigi tiruan. Asupan nutrisi dievaluasi menggunakan Food Frequency Questionnaire, status nutrisi dievaluasi menggunakan
Mini Nutrional Assesment-Short Form dan kekuatan Handgrip (HGS). Evaluasi dilakukan sebelum dan pada 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah memakai gigi tiruan. Uji Independent T Test dan Mann Whitney digunakan untuk menganalisis asupan nutrisi. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis status nutrisi. Uji Independent T Test
digunakan untuk menganalisis nilai HGS. Uji statistik Repeated Anova digunakan untuk membandingkan asupan nutrisi dan nilai HGS pada tiap waktu pengukuran. Uji statistik Friedman digunakan untuk membandingkan status nutrisi pada tiap waktu pengukuran. Hasil: Total sampel 26 partisipan di kelompok Eichner B sebanyak 10 orang (38,5%) dan Eichner C sebanyak 16 orang (61,5%). Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara kelompok Eichner B dan C pada 3, 6, 9, 12 bulan setelah
penggunaan gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan, serta antara 1 bulan dibandingkan dengan 2, 3, 6, dan 9 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status nutrisi antar kelompok kehilangan gigi, tetapi terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) status nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna nilai HGS antara kelompok Eichner B dan C pada 6, 9, 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai HGS berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan lepasan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi

Background: An increasing number of elderly people in Indonesia must get special attention, in order to remain healthy, active and productive so that it does not become a burden to their families, communities and countries. One of the efforts is to improve the nutrition which is an important part for their health. In addition to other factors such as age, sex, education, socioeconomics and others, tooth loss and denture wearing are other factors that can influences their nutrition. Several existing studies on the relationship between tooth loss and wearing denture on elderly nutrition have conflicting results. Objective: To analyze the effect of the amount of tooth loss and the duration of the use of removable denture on the nutritional intake and status of the elderly. Method: 26 participants with tooth loss based on Eichner Index received denture treatment and evaluated in terms of their nutritional intake using observational cohort design. The nutritional intake was evaluated using Food Frequency Questionnaire, the nutritional
status was evaluated using Mini Nutrional Assessment-Short Form and strength of handgrip (HGS). The evaluation is done before wearing denture and the evaluation
continues after 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months. Independent T Test and Mann Whitney Test are used to analyze nutritional intake. Chi Square Test is used to analyze nutritional status. Independent T Test is used to analyze handgrip values. Repeated Anova statistical tests were used to compare nutritional intake and handgrip values in every evaluation procedure. Friedman's statistical test was used to compare nutritional status in every evaluation procedure. Result: Total sample is 26 participants with tooth loss in the Eichner B group were 10 people (38.5%) and the Eichner C group were 16 people
(61.5%). There was a significant difference (p<0.05) in nutrient intake between Eichner B and C at 3, 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p<0.05) of nutritional intake before compared to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures, and also between 1 month compared to 2, 3, 6, and 9 months after wearing dentures. There was no significant difference in nutritional status between the
groups of tooth loss, but there was a significant difference (p< 0.05) between the nutritional status before compare to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p< 0.05) in handgrip values between Eichner B and C at 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was no significant difference in handgrip values between in every evaltion procedure. Conclusion: Wearing removable
dentures can improve nutritional intake and nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Alia
"Keluhan efek samping pada kulit akibat penggunaan kosmetik pemutih
merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi peningkatan setiap tahunnya
di seluruh dunia. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh jenis dan lama
penggunaan kosmetik pemutih terhadap keluhan efek samping di kulit di wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Surabaya. Penelitian merupakan
analisis data sekunder Survei Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2009.
Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan Cox
regression. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi keluhan efek samping
pada kulit sebesar 24,8%; proporsi responden dengan jenis kosmetik pemutih skin
bleaching sebesar 21,5%; proporsi responden dengan lama penggunaan kosmetik
pemutih lebih dari 3 bulan sebesar 58,9 %; jenis kosmetik pemutih skin bleaching
berisiko 1,690 kali terhadap keluhan efek samping pada kulit tanpa dikontrol oleh
kovariat ; lama penggunaan lebih dari 3 bulan berisiko 1,755 kali terhadap
keluhan efek samping pada kulit tanpa dikontrol oleh kovariat; ; jenis kosmetik
pemutih skin bleaching beresiko 1,544 kali terhadap keluhan efek samping pada
kulit setelah dilakukan pengontrolan terhadap faktor risiko; lama penggunaan
lebih dari 3 bulan beresiko 1,577 kali terhadap keluhan efek samping pada kulit
setelah dilakukan pengontrolan terhadap faktor risiko lainnya.

Side effects complaints on the skin due to the use of cosmetic whitening is
one of the health problems that increase every year throughout the world. This
study investigates correlation between the type and duration of use more than 3
months of whitening cosmetics againts side effect complaints on the skin in
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi and Surabaya. The study was
conducted with a cross sectional analytic design, using survey data from the
National Agency of Drug and Food Control in 2009. Stratification was used in
data analysis while multivariate analysis uses Cox regression. The result of
analyses showed that prevalence of side effects complain on the skin was 24,8%;
the proportion of people using skin bleaching was 21,5%; the proportion of
people with duration use more than 3 months was 58,9%. The data showed that
people who used the skin bleaching whitening cosmetics was at risk of 1,690
times before controlling the covariate factors while 1,544 times after controlling
the covariate factors to have complaints of the side effect on skin. As for people
with duration of use more than 3 months was at risk of 1,755 times before
controlling the covariate factors while 1,577 times after controlling the covariate
factors to have complaints of side effect on skin
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2103
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library