Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Binarso
Abstrak :
Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan pasien di Rumah Sakit merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kemajuan tingkat sosio ekonomi masyarakat menyebabkan tuntutan mutu layanan kesehatan yang lebih baik dengan akibat biaya yang diperlukan Rumah Sakit meningkat, dimana biaya obat merupakan komponen biaya yang paling besar. Kemajuan ilmu pengetahuan dibidang Kedokteran menyebabkan munculnya sub-sub spesialis, sehingga jenis obat yang harus disediakan oleh Rumah Sakit semakin banyak. Besarnya biaya serta banyaknya jenis obat yang harus disediakan memerlukan pengendalian persediaan obat yang baik agar terjamin tersedianya obat dengan jumlah, jenis dan mutu yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya nilai investasi, jumlah pemakaian dan indeks kritis persediaan obat di Irna A dalam upaya pengendalian persediaan. Analisis ABC dan analisis indeks kritis ABC dilakukan dengan mengurutkan dan mengelompokkan obat yang dipakai di Irna A periode April 1995 - Maret 1996, berdasarkan nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis yang didapatkan dari hasil kuesioner dokter spesialis bedah, bedah syaraf, penyakit jantung dan mata; kemudian dihitung indeks kritis masing-masing obat sehingga didapatkan kelompok A dengan indeks kritis tinggi, kelompok B dengan indeks kritis sedang dan kelompok C dengan indeks kritis rendah. Dari analisis ABC didapatkan hasil bahwa kelompok A yang memerlukan investasi paling tinggi yaitu (70,75 % dari seluruh biaya) terdiri dari 6,33 % jenis obat, kelompok B menelan biaya 20,21 % terdiri dari 7,67 % jenis obat dan kelompok C hanya membutuhkan 9,04 % biaya investasi ternyata merupakan 86 % dari semua jenis obat. Dari analisis indeks kritis ABC bila dilihat dari kritis tidaknya obat terhadap pelayanan pasien ternyata obat dengan nilai investasi rendah dapat mempunyai indeks kritis tinggi dan sebaliknya. Hasil analisis indeks kritis ABC digunakan untuk pengendalian persediaan, yang berbeda untuk kelompok A, B dan C. Disarankan dalam menyusun formularium obat rumah sakit, penentuan jenis obat dipertimbangkan kritis tidaknya obat untuk pelayanan pasien dengan melibatkan dokter spesialis pengguna, dan program komputer yang ada dilengkapi dengan analisis ABC untuk pengendalian kuantitatif ; disamping itu diperlukan pula perbaikan pada rangkaian kegiatan manajemen persediaan. ......Drug Inventory Control with Abc Critical Index Analysis in Irna A RSUP Dr. Kariadi Semarang From April 1995 To March 1996Drug providing for health service in hospital is something unbreakable union. Social - economic statues development demands better quality health service that increase hospital costs where drug cost is the biggest component. Science improvement in medicine make the new sub-specialist and the more drug items must be providing in hospital as consequently. This condition needs a good drug controlling to guarantee the right amount, items, and quality as well. The purpose of this research is to know the value of investation, the amount of usage and the critical index drug stocks in Irna A in order to control the stocks. ABC analysis and ABC critical index analysis are done by sorting and grouping drug used in Irna A from April 1995 to March 1996, bases on the investation value, usage value, and critical value that got from the result of questionnaire of surgeon, neuro surgeon, cardiologist and ophthalmologist. Then by counting each critical index item, we get group A with high critical index, group B with moderate critical index and group C with low critical index. As a result of ABC analysis, we get that the group A needs a highest investation cost (70,75 % of all costs) consist of 6,33 % drug items, group B spends 20,21 % consist of 7,67 % drug items and group C needs only 9,04 % but consist 86 % of all drugs. The ABC critical index analysis show us that drug with low investation can cause high critical index and high investation has low index. As suggestion, to make a formularium, drug item decision is considered to its criticism to health service involving specialist as their users, and ABC analysis computerized program. to control the quality, beside their improvement of inventory management.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T1081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumeisey, Cleve
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan perkembangan perumahsakitan di Indonesia yang semakin kompleks namun harus tetap mengutamakan mutu pelayanan, efektifitas dan efisiensi. Obat-obatan sebagai alat utama penyembuhan pasien merupakan biaya rutin terbesar rumah sakit (40%-50%), disamping itu jenis, sediaan, dan harganya yang semakin banyak dan bervariasi (lebih kurang 7000 jenis) mengharuskan manajemen untuk mengendalikan persediaan obat dengan bijaksana. UGD RSU FK-UKI sebagai tempat penelitian belum menerapkan sistem pengendalian persediaan obat berbasis evidence. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persediaan obat di UGD RSU FK-UKI berdasarkan indeks kritis ABC agar dapat diambil langkah-langkah kebijaksanaan yang relevan dalam upaya pengendaliannya. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data persediaan obat dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan indeks kritis ABC, informasi mengenai kebijakan pengendalian persediaan obat diperoleh melalui interview mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian formal menimbulkan permasalahan dalam persediaan obat. Hal ini diakibatkan oleh makin bervariasinya sediaan obat, tingkat penggunaan, dan perilaku para dokter pengguna sediaan. Setiap sediaan mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan nilai inventory costasi, nilai pemakaian dan nilai kritisnya dalam pengobatan pasien. Ketiga faktor ini menjadi dasar pertimbangan manajemen dalam mengeluarkan kebijakan pengendalian obat secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaan karakteristik setiap obat diatas menjadi dasar perlakuan manajemen terhadap masing-masing obat sesuai dengan pengelompokannya. Kebijakan pengendalian obat dalam perencanaan, pengadaan, distribusi dan penggunaan sesuai dengan pengelompokan diatas dapat menghindarkan dan meminimisasi pemborosan biaya persediaan obat dan meningkatkan mutu pelayanan. ......Policy of Drug Inventory Control Based on Analysis of Critical Indexes of ABC at Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia in the year 2001The background of the research was the fact that the development of hospital services in Indonesia was increasingly complex, however emphasized on quality, efficiency and effectiveness of the services. Drug as the main material of therapy was the biggest operational cost (40%-50%), beside that it was vary extremely in specificity (7000 spec.), packing and cost made the management has to control drug inventory wisely. Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia as the place of research was still not performing the drug inventory control system based on evidence. The purpose of this research was to analyze drug inventory in Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia based on Critical Indexes of ABC in case of making the relevant policies to control them. This type of research was a case study with a quantitative and qualitative approach. Drug inventory data in the year of 2001, consisting of 138 drug items was analyzed and classified by ABC Critical Indexing. The information of inventory control policies was obtained from in-depth interviews. The result from the research showed that the formal controlling makes many problems for drug inventory. It's happened because inventory variety, grade of utility, and behavior of the physicians use the medicine. Each item of inventory must be treated individuals in inventory planning. This treatment was varies by inventory cost value, utility value, and critical index of each drug. Three factors must be the basis of management to issue the policy of drug inventory in law of scientific and accountable. The differences of drug characteristic could be basic of management to treat each drug depend on its classification. Policy of drug inventory in planning, purchasing, distribution and use refer to the classification in order to prevent and minimize unnecessary cost of drug inventory either to increase the quality of service.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Teguh Irianto
Abstrak :
Usaha untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit meliputi beberapa faktor yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Ketersediaan obat di rumah sakit merupakan salah satu faktor yang penting, karena obat merupakan salah satu faktor dalam proses penyembuhan, pemulihan dan penyelamatan jiwa penderita. Pengendalian persediaan obat menjadi salah satu kunci utama dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen Rumah sakit Polpus RS Sukanto dalam pengendalian persediaan obat di Instalasi Bedah Sentral telah optimal dilaksanakan, serta mengidentifikasi persediaan obat dengan cara melihat besarnya nilai investasi, volume pemakaian, berikut nilai kritisnya, dan identifikasi obat berdasarkan nilai Vital, Esensial dan Normal dari setiap obat. Penelitian bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Metode yang dipakai adalah diskriptif analitik dengan cara menggambarkan kondisi manajemen Rumah Sakit dan manajemen persediaan obat berdasarkan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif untuk Analisis ABC, Analisis ABC Indeks kritis dan TEN dengan menggunakan data penggunaan obat periode Januari 2001 - Desember 2001. Populasi penelitian terdiri dari 70 jenis obat. Data primer dikumpulkan dengan wawancara kualitatif, observasi dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan mingguan, bulanan, dan tahunan. Dari hasil penelitian didapat bahwa manajemen persediaan obat di Instalasi Bedah Sentral RS Polpus RS Sukanto belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya keterlambatan operasi karena keterlambatan obat di Instalasi Bedah Sentral. Faktor yang menyebabkan tidak optimalnya manajemen adalah sumber daya manusia yang kurang khususnya Kasubbid penunjang medis dan Ka Instalasi Farmasi dalam perencaanaan. Dari hasil penelitian terhadap 70 jenis obat yang dipergunakan di instalasi bedah sentral didapatkan obat-obatan yang masuk golongan vital sebesar 53 item (78%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 379.757.700,00 (94%). Berdasarkan analisa ABC Indeks Kritis didapatkan golongan obat yang termasuk obat A sebanyak 30 item (42.86%) dengan nilai investasi sebesar Rp. 378.012.600 (93%), golongan that B sebanyak 36 item (51.43%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 23.372.700 (6%), dan golongan obat C sebanyak 4 item (5.71%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.590.000 (1%). Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam persediaan obat-obatan di Instalasi Bedah Sentral perlu dilakukan pelatihan/kursus manajemen perencanaan obat di rumah sakit kepada bagian yang melakukan perencanaan dan pengadaan obat, yaitu subbidang penunjang medis dan instalasi farmasi. Daftar Bacaan : 43 (1983 - 2001) Drug Inventory Management Analysis At Central Surgery Installation Of The Raden Said Sukanto Central Police Hospital, January 2001 December 2001 PeriodThe raising of the hospital health services must involve all supporting factors, done comprehensively and continually. Drug supply is one of the most important factor for the process of healing and continually. Drug supply is one of the most important factor for the process of healing, rehabilitating as well as life saving of all patients. The objective of this research is to drug inventory control analyse at Central Surgery Installation of the Raden Said Sukanto Central Police Hospital. This research uses VEN, ABC , ABC Critical Index, to analyse the problem and to know the value of invest, the amount of usage and the critical index drug stocks in order to control the stocks. The population is consisting of the 70 drug items. Data collected from weekly, monthly, and yearly reports on the year of 2001. Interviews also have been done to describe the inventory process in this hospital. The result shows that inventory control at central surgery installation have not worked properly. It happens because there was not planning at the Subbid Jangmed and the hospital could not anticipate the future needs. And than vital drug have not inventory plan. The result from 70 drug items used at central surgery installation are 53 items (78%) in category vital. As a result of ABC analysis, we get that the group A needs a highest invest cost (68 % all of cost) consist of 10 % drug items. Group B spends 22 % consist of 19 % drug items and group C needs only 11 % but consist 71 % of all drug. As a result of ABC critical index, critical value from that got from the result of question of anaesthesia doctors, classification A group 93 % invest consist of 42.86 % drug items, Group B spends 6% consist of 51,43 % drug items and group C needs only 1 % consist of 5.71 % drug item. The raising of the hospital health service especially drug inventory at central surgery installation need drug management training for Subbid Jangmed and Fannasi Installation. Reference : 43 (1983-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 11663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherman
Abstrak :
ABSTRAK Pelayanan kesehatan yang bermutu harus ditunjang dengan pelayanan farmasi yang berkualitas, ketersedian perbekalan logistik farmasi terutama obat menjadi perhatian serius dari manajemen RS MBSD. Masih terdapat kekosongan ketersediaan obat pada setiap bulannya menimbulkan pertanyaan bagaimana pengelolaan logistik farmasi pada instalasi farmasi RS MBSD. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui bagaimana sistem manajemen logistik perbekalan obat serta berbagai permasalahan yang terjadi pada setiap tahap pelaksanaan di Instalasi Farmasi RS MBSD. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yang bersifat kuantitatif serta kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan penghitungan klasifikasi analisa ABC obat untuk kemudian dilakukan perhitungan nilai Economic Order Quantity serta waktu ReOrder Point pada obat yang tergolong kategori A indeks kritis. Analisa ABC dilakukan pada 571 jenis obat yag digunakan pada periode Juli 2017 sampai dengan Juni 2018. Pada ABC pemakaian terdapat 45 jenis obat yang tergolong kategori A dengan jumlah pemakaian obat mencapai 69.8 % dari seluruh pemakaian obat pada periode penelitian. Pada analisa ABC investasi terdapat 72 jenis obat yang termasuk kategori A dengan nilai investasi sebesar 69.8% dari seluruh investasi yang dikeluarkan selama periode dan hasil perhitungan ABC Indeks Kritis menunjukan jumlah obat sebanyak 48 jenis yang tergolong kategori A. Hasil perhitungan EOQ dan ROP pada obat kategori A dari analisa ABC Indeks Kritis menunjukan hasil yang dapat dipertimbangkan oleh pihak RS MBSD untuk digunakan pada evaluasi perbekalan obat di Instalasi
ABSTRACT Quality health services must be supported by quality pharmaceutical services, availability of pharmaceutical logistics supplies, especially drugs, is a serious concern of MBSD Hospital Management. There is still a vacuum in the availability of medicines on a monthly basis, raising questions about how to manage pharmaceutical logistics in MBSD Hospital Pharmacy Installation. The purpose of this research is to find out how the logistics management system of drug supplies and various problems that occur at each stage of implementation in the MBSD Hospital Pharmacy Installation. This research uses descriptive and analytical methods that are quantitative and qualitative by conducting in-depth interviews, document review, and calculation of ABC drug classifications to then calculate the Economic Order Quantity value and Re Order Point time on drugs classified as category A critical index. ABC analysis was carried out on 571 types of drugs used in the period July 2017 to June 2018. On ABC usage there are 45 types of drugs classified as category A with the number of drug use reaching 69.8% of all drug use in the research period. In the ABC investment analysis there are 72 types of drugs including category A with an investment value of 69.8% of all investments spent during the period and the calculation of ABC Critical Index shows the number of drugs as many as 48 types classified as category A. The results of EOQ and ROP calculations on category A drugs from the ABC analysis of the Critical Index show results that can be considered by the MBSD Hospital to be used in evaluating drug supplies at the Pharmacy Installation.
2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Makhasha Ulfah
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai manajemen persediaan obat pada suatu rumah sakit tipe D di Indonesia yang dilakukan untuk mendukung target pemerintah yaitu 95% pengadaan obat di rumah sakit dan puskesmas terpenuhi. Rumah sakit yang dijadikan objek penelitian juga memiliki dua target utama pada proses pengadaan obat yaitu kendali mutu dan kendali biaya, yang keduanya dapat dicapai dengan adanya pengelolaan manajemen persediaan obat yang baik. Salah satu cara untuk menerapkan manajemen persediaan obat yang baik adalah mengefisiensikan keputusan kuantitas (Q) obat yang dipesan dan waktu pesan (T) sehingga diperoleh total biaya persediaan obat yang minimal dan permintaan obat dari pasien terpenuhi. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah klasifikasi ABC untuk menentukan tingkat pemakaian obat dalam kurun waktu satu tahun dan Mixed Integer Linear Programming (MILP) untuk mendapatkan total biaya persediaan obat yang minimal. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 50 jenis obat yang termasuk ke dalam kategori A dari 526 obat di rumah sakit, jumlah kuantitas pesan (Q) obat, lead time kedatangan obat (T), dan total biaya persediaan 10 obat klasifikasi A yang berkurang sekitar Rp36.899.512 dari kondisi aktual, serta diperoleh perbandingan hasil model matematika dengan dan tanpa memperhatikan faktor kadaluarsa obat.
ABSTRACT This research discusses the management of drug inventory in a regional public hospital (type D) in Indonesia that is carried out to support the government's target regarding 95% of drug procurement in hospitals has to be fulfilled. The object hospital of this research also has two main targets in the procurement process of drugs, namely quality control and cost control, both of which can be achieved by the efficient management of drug supplies. One of the strategies to obtain efficient drug inventory management is to plan efficient decisions on quantity (Q) of ordered drugs and order time (T) so that the minimum total cost of the drug procurement process is achieved and the demand for drugs from patients is fulfilled. The method applied in this research is the ABC classification to determine the level of drug use within one year and Mixed Integer Linear Programming (MILP) to obtain a minimum total drug procurement process cost. The results of this research are 50 types of drugs that categorized as category A from 526 drugs in the hospital, quantity of order (Q) of drugs, arrival lead time of drugs (T), and total cost of 10 drugs from classification A which was reduced by Rp36.899.512 from the actual conditions, and obtained a comparison results of mathematical models that include drug expiration factors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistijawati
Abstrak :
Dalam memenuhi tuntutan persaingan rumah sakit pada saat ini, setiap rumah sakit berupaya untuk meningkatkan citranya dengan meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh. Aspek pembekalan farmasi merupakan hal yang sangat panting untuk diperhatikan. Dalam pengelolaan dan pengendalian obat di rumah sakit diperlukan manajemen yang tepat agar tujuan yang akan dicapai bisa terpenuhi. Penelitian ini mempunyai tujuan agar manajemen pembekalan farmasi dapat dilaksanakan secara optimal serta identifikasi informasi kelengkapan jenis, kecukupan jumlah serta ketepatan waktu pengadaan obat-obat antibiotik yang masuk dalam kategori kritis. Kemudian dicari metode yang tepat untuk pengadaannya. Penelitian ini adalah survey data sekunder dan data primer mengenai persediaan pembekalan farmasi khususnya obat-obatan antibiotik yang tersedia di Rumah Sakit Puri Cinere. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif melalui analisis indeks kritis dan model persediaan yang bersifat probabilistik. Populasinya adalah seluruh obat antibiotik yang tersedia di bagian farmasi RSPC selama enam bulan terakhir dari Agustus 1997 s.d. Januari 1998. Jumlah jenis obat antibiotik selama enam bulan berjumlah 177 jenis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa manajemen pembekalan farmasi di Rumah Sakit Puri Cinere belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat masih kerap terjadi stock out, over stock maupun obat kedaluarsa. Disamping itu anggaran yang digunakan untuk belanja obat selalu lebih besar dari pada anggaran yang sudah ditentukan sedangkan pendapatan selalu di bawah target. Mengingat bahwa farmasi merupakan salah satu pusat keuntungan rumah sakit ( profit centre) , maka perlu dilakukan optimalisasi dalam pendayagunaan persediaannya. Optimalisasi ini akan memberi dampak penting terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit. Dengan demikian perlu diperhatikan perencanaan jenis obat agar jenis obat yang tersedia adalah yang memang pasti digunakan dalam jumlah yang cukup, sehingga lebih memudahkan dalam melakukan pengendalian obat. Agar dapat berjalan dengan lancar , perlu dilibatkan pihak farmasi untuk ikut merencanakan anggaran sehingga diharapkan perbedaan antara anggaran dan realissi dapat ditekan. Disamping itu perlu bagi Rumah Sakit Puri Cinere untuk mulai menggunakan indikator kinerja persediaan dalam menilai persediaan yang ada. Berdasarkan analisis kuantitatif ternyata bahwa terdapat perbedaan jumlah jenis obat dan adanya variasi pada analisis ABC berdasarkan pemakaian, investasi dan indeks kritis. Pengambilan keputusan perbandingan persentase kelompok ABC yang diambil, sangat dipengaruhi oleh kebijakan dari pihak manajerial Rumah Sakit. Semakin besar nilai persentase yang diambil untuk kelompok A, maka semakin besar jumlah item pada kelompok A indeks kritis. Pembagian berdasarkan kategori pemakaian, investasi dan indeks kritis akan memberikan hasil yang berbeda. Kategori pemakaian memberikan hasil untuk kelompok A sebanyak 32 macam (jika diambil 70%) dan 27 macam (jika diambil 75%). Sedangkan apabila dipertimbangkan nilai investasinya, maka akan diperoleh jumlah item kelompok A sebanyak 21 macam (jika diambil 70%) atau 25 macam (jika diambil 75%) dengan biaya investasi Rp. 45.914.003 (jika diambil 70%) atau Rp. 48.938.612 (jika diambil 75%). Apabila dilakukan analisis indeks kritis, maka item untuk kelompok A akan berjumlah hanya 13 (jika diambil 70%) atau hanya 18 (jika diambil 75%) dengan biaya investasi Rp. 26.345.929 (jika diambil 70%) atau sebesar Rp. 30.208.100,- (jika diambil 75%), Dan hasil di atas menunjukkan bahwa Rumah Sakit Puri Cinere dapat melakukan efisiensi dengan adanya pengurangan jumlah item maupun biaya yang harus diinvestasikan apabila menggunakan analisis indeks kritis. Dalam meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Puri Cinere terutama dalam penyediaan pembekalan farmasi diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola perencanaan dan penyediaan obat. Penentuan stok pengaman (safety stock), kapan dilakukan pemesanan (Reorder Point), dan banyaknya pemesanan (Order Quantity) digunakan model persediaan yang tepat. Dengan demikian, pasien rawat inap maupun rawat jalan yang membutuhkan obat dapat terlayani dengan baik. ...... To survive hospital competition today, every hospital has effort to enhance its image by improving the whole service quality. Pharmaceutical logistic aspect is very significant. In managing and controlling drug in hospital, the right management is needed to achieve the goal. The purpose of this research is to answer whether the management of pharmaceutical logistic has been performed optimally. The other purpose is to identify information regarding to the item, volume sufficiency and on time procurement of vital antibiotic drug. This research is to survey primary and secondary data relating to pharmaceutical logistic inventory, especially antibiotic drug available in Puri Cinere Hospital. The research uses quantitative analysis approach through critical index analysis and probabilistic inventory model. The population is the entire antibiotic drug available in pharmacy unit of Puss Cinere Hospital during the last six month from August 1997 to January 1998. The number of antibiotic drug item for six month is 177 items. From the result of research, it is known that management of pharmaceutical logistic in Puri Cinere Hospital has not been performed well because stock out, over stock and expire drug still occur frequently. Beside, the budget spent to buy drugs always higher than its plan and revenue target is never reached. Considering that pharmacy unit is one of profit centre, optimalization of inventory is necessary. This will has significant impact to the increasing of hospital income. Therefore, planning should be done carefully in order to assure that the drug needed is always available. It can ease in controlling inventory. To minimize the gap between budget and expenditure, pharmacist should be involved in budget planning. Furthermore, the hospital has to use inventory performance indicator to evaluate inventory. Based on quantitative analysis, there is difference in the number of drug item and there is variation in the ABC analysis based on the use, investment and critical index. The decision making to compare the percentage of ABC group is mostly influenced by the policy of hospital management. The higher percentage of A group, the higher number of A group item in critical index. On the basis of using category, investment and critical index has different result. The result of using category is that for A group, it will order 32 items (if it is taken 70 % ) or 27 items (if it is taken 75 % ), whereas if the investment is considered, the result is 21 items for A group (if it is taken 70 % ) or 25 items (if it is taken 75 % ) with the cost of investment Rp. 45.914.003; (if it is taken 70 %) or Rp.48.938.612,- (if it is taken 75 % ). If it is analyzed with critical index, the number of A group will be only 13 items ( if it is taken 70 %) or it is only 28 items (if it is taken 75 % ) with the cost of investment Rp.26.345.929,- (if it is taken 70 %) or Rp.30.208.100; (if it is taken 75 % ). The above result shows that the hospital improve efficiency by saving the number of item or investment cost using critical index analysis. To increase the service quality in the hospital, especially pharmaceutical logistic, the proper management is needed to manage drug inventory and planning. The determination of safety stock, reorder point and order quantity should use the proper inventory model. This will serve inpatient and outpatient well.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyo Junianto
Abstrak :
Tesis ini membahas pengendalian persediaan obat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi investasi di SBU Garuda Sentra Medika (GSM). Disain penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kualitatif yang dibantu penghitungan. Hasil penelitian menunjukkan belum ada metode ilmiah untuk mengendalikan persediaan obat di Unit Farmasi GSM, ada kekosongan struktur organisasi, kebijakan dan prosedur kerja yang kurang, Tim Farmasi Terapi (TFT) yang belum sesuai dengan aturan yang berlaku, dan sistem informasi yang belum optimal. Saran yaitu mengevaluasi kebijakan dan prosedur kerja, memperbaiki struktur organisasi, membuat pedoman pengendalian persediaan obat yang tepat, pembentukan TFT sesuai aturan yang berlaku, dan mengembangkan sistem informasi. ...... This thesis discusses drug inventory control to improve effectiveness and efficiency of investment in SBU Garuda Sentra Medika (GSM). Study design is cross sectional with qualitative approach assisted by calculation. The results show there is no scientific method to control drug inventory in GSM Pharmacy Unit, lack of organizational structure, lack of policy and working procedures, Pharmacy Therapy Team (PTT) is not in accordance with the applicable rules, and lack of information system. Suggestions are evaluating policies and work procedures, fixing the organizational structure, establishing appropriate drug inventory control guidelines, establishing PTT according to applicable rules, and developing information system.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library