Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Khalisha Imtinan
"Pembedahan mayor abdomen yang berhubungan dengan kanker Cholangiocarcinoma (CCA) seringkali dikaitkan dengan kejadian perawatan ICU pasca pembedahan dan mengakibatkan intensitas nyeri yang tinggi pasca operasi. Penatalaksanaan nyeri yang tidak optimal dapat berkontribusi pada komplikasi dan memiliki efek buruk pada kesembuhan pasien. Oleh karena itu, diperlukan terapi komplementer yang berfokus pada kenyamanan dan preferensi pasien sebagai bentuk optimalisasi penatalaksanaan nyeri pasien CCA pasca pembedahan abdomen di ICU. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik berupa asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien tumor distal Common Bile Duct (CBD) post laparatomy double bypass dengan penerapan manajemen nyeri menggunakan aromaterapi lavender di ICU Rumah Sakit. Intervensi ini dilakukan pada pasien usia 25 tahun dengan ikterik obstruktif et causa tumor distal Common Bile Duct (CBD) suspek ganas kesan unresectable. Setelah dilakukan intervensi selama tiga hari, didapatkan kesimpulan bahwa aromaterapi lavender dapat digunakan sebagai intervensi manajemen nyeri non-farmakologi yang menyempurnakan terapi farmakologi dalam menurunkan nyeri pada pasien sadar pasca operasi laparatomy double bypass di ICU.

Major abdominal surgery related to Cholangiocarcinoma (CCA) cancer is often associated with post-surgical ICU admission and results in high pain intensity post-surgery. Suboptimal pain management can contribute to complications and have an adverse effect on patient recovery. Therefore, complementary therapy is needed that focuses on patient comfort and preferences as a form of optimizing pain management for CCA patients after abdominal surgery in the ICU. This Final Scientific Work aims to present practical results in the form of medical surgical nursing care for patients with distal Common Bile Duct (CBD) tumors post double bypass laparotomy with the application of pain management using lavender aromatherapy in the ICU Hospital. This intervention was carried out on a 25-year-old patient with obstructive jaundice caused by a distal Common Bile Duct (CBD) tumor, which was suspected to be malignant and unresectable. After three days of intervention, it was concluded that lavender aromatherapy could be used as a non-pharmacological pain management intervention that complements pharmacological therapy in reducing pain in conscious patients after double bypass laparotomy surgery in the ICU."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Ardhi Syaiful
"ABSTRAK
Objektif: Pembedahan merupakan tatalaksana paliatif utama dari kanker periampular stadium lanjut, namun hal tersebut memiliki angka komplikasi postoperatif, rekurensi penyakit, dan mortalitas yang tinggi. Objektif dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor prognostik dan sintasan penyakit selama 1 tahun dari kanker periampular stadium lanjut pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini merupakan uji analisis sintas dengan desain kohort retrospektif. Data dikumpulkan dari pendaftaran per bulan dari Divisi Bedah Digestif dan rekam medis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari Januari 2015 hingga Desember 2017. Sintasan penyakit satu tahun dianalisis dengan metode Kaplan-Meier. Dilakukan analisis bivariat dan multivariat dari masing-masing variabel pada sintasan satu tahun pasien. Hasil: Sintasan penyakit selama 1 tahun dari pasien post-double bypass yaitu 19% dengan median (minimal-maksimal) sintasan yaitu 159 (2-365) hari. Berdasarkan perbandingan antarkelompok sintasan pasien, hemoglobin (p=0,013) dan klasifikasi ASA (p=0,001) memiliki estimasi sintasan yang bermakna secara statistik. Pada analisis multivariat, jenis kelamin (p=0,250, HR=3,910) dan nilai laboratorium preoperatif (albumin (p=0,350, HR=0,400), aspartat aminotransferase (AST) (p=0,13, HR=5,110) dan alanin aminotransferase (ALT) (p=0,280, HR=0,05)) berhubungan dengan sintasan. Kesimpulan: Sintasan selama 1 tahun pada pasien post-double bypass pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo rendah. Laju mortalitas satu bulan yang rendah mengindikasikan bahwa double bypass merupakan prosedur yang aman. Faktor prognostik yang berhubungan dengan sintasan yang rendah yaitu jenis kelamin perempuan dan nilai laboratorium preoperatif (albumin, AST, ALT).

ABSTRACT
Objective: Surgery is the main palliative treatment of advanced periampullary cancer, however it has high number of post-operative complication, disease recurrence and mortality. The objective of the current study was to examine prognostic factors and one year survival rate of advanced stage periampullary cancer in Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods: This is a survival analysis test study with retrospective cohort design. Data were collected from monthly registration of Digestive Surgery Division and medical records from Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2015 until December 2017. One year survival rate were analyzed with Kaplan-Meier method. Bivariate and multivariate analysis of each variable on one year survival of the patient were done. Result: One year survival rate of the post-double bypass patients is 19% with median (min-max) survival 159 (2-365) days. From the comparison of survival rate based patients grouping, hemoglobin (p=0.013) and ASA classification (p=0.001) have significant survival estimation statistically. In multivariate analysis, gender (p=0.250, HR=3.910) and preoperative laboratory values (albumin (p=0.350, HR=0.400), aspartate aminotransferase (AST) (p=0.13, HR=5.110) and alanine aminotransferase (ALT) (p=0.280, HR=0.05)) are associated with survival rate. Conclusion: One year survival rate of post double bypass patients in Cipto Mangunkusumo hospital is low. Low one month mortality rate indicates double bypass is a safe procedure. Prognostic factors that associated with lower survival are woman gender and preoperative laboratory value (albumin, AST, ALT)."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Adhi Keswara
"ABSTRAK
Latar belakang: Tumor periampula merupakan jenis kanker dengan tingkat mortalitas yang tinggi dan sebagian besar dating dengan stadium lanjut. Terdapat terapi operasi paliatif double-bypass untuk pasien tumor periampula unresectable untuk memperbaiki kualitas hidup.
Metode: Studi kohort retrospektif dengan data diambil melalui rekam medis pada pasien periampula yang dilakukan tindakan double-bypass dari periode Januari 2010 – Agustus 2015. Tingkat kesintasan dinilai menggunakan metode Kaplan-Meier dan kualitas hidup pada pasien yang masih hidup dinilai menggunakan kuisioner EORTC QLQ-C30.
Hasil: 31 pasien tumor periampuladan diketahui 25 kasus (80%) diantaranya unresectable sehingga dilakukan operasi paliatif double-bypass, jenis tumor periampula pada subjek penelitian yaitu tumor kaput pancreas 68%, ampula vater 16%, duodenum 12%, dan kolangiokarsinoma 4%. Median waktu kesintasan sebesar 3 bulan (95%CI 2,13 – 3,87). Kualitas hidup subjek secara keseluruhan baik, dengan skor status kesehatan umum 60, rerata skor skala fungsional 82,36 (SB 4,9), dan rerata skor gejala yang mempengaruhi kualitas hidup 18,36 (SB 7,48).

ABSTRACT
Background: Periampullary tumor is a type of cancer with high mortality rate and most patients present in advanced stage. There is palliative double bypass surgery for patients with unresectable periampullary tumors to improve the quality of life.
Method: This study aims to determine the survival rate of patients with unresectable periampullary tumors who underwent palliative double bypass surgery. The survival rate is assessed using Kaplan- Meier method and quality of live in patients whom survive were assessed using EORTC QLQ-C30 questionnaire.
Results: In January 2010 - August 2015, we retrospectively analyzed 31 patients with tumors known periampullary and 25 cases (80%) of whom are unresectable so palliative double bypass surgery. Types of periampullary tumors on the subject of this study are pancreatic head tumors (68%), papilla Vater (12%), duodenum (12%), ampulla Vater (4%), and cholangiocarcinoma (4%). Median survival time was 3 months (95% CI 2.13 to 3.87). Quality of life of the subjects are good, with general health status scores’ are 60, mean functional scale scores are 82.36 (SB 4.90), and mean scores of symptoms that affect quality of life are 18,36 (SB 7.48).
Conclusion: Palliative double bypass surgery may be an option to improve quality of life of patients with unresectable periampullary tumors.;;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Hasan
"Latar Belakang. Striktur bilier ditemukan pada 70-90% kasus keganasan pankreatobilier dan menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada stadium lanjut yang unresectable. Pada stadium tersebut, tata laksana paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memperbaiki kesintasan. Tata laksana paliaitf yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan sten bilier perendoskopik dan operasi pintas saluran bilier. Sehingga, perlu diketahui perbedaan kesintasan satu tahun pasien dengan striktur bilier maligna yang mendapatkan terapi paliatif dengan prosedur biliodigestive double bypass dan pemasangan sten bilier perendoskopik di RSCM. Tujuan. Mengetahui perbedaankesintasan antara pasien striktur bilier distal maligna yang menjalani prosedur double bypass dan prosedur pemasangan sten bilier per endoskopik.
Metode. Penelitian dilakukan dengan metode kohort retrospektif dengan subyek penelitian pasien striktur bilier maligna distal yang menjalani prosedur pemasangan sten perendoskopik atau prosedur double bypass di RSCM pada periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2019 dan dilakukan pengamatan selama 1 tahun sejak pasien menjalani prosedur tersebut. Kesintasan dinilai dengan metode Kaplan-Meier dan dilanjutkan dengan analisis multivariat terhadap faktor-faktor yang dinilai dapat menjadi faktor perancu.
Hasil. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 119 subjek pada kelompok sten endoskopik dan 39 subjek pada kelompok double bypass. Pada pengamatan kesintasan satu tahun, didapatkan median kesintasan 93 hari pada kelompok sten endoskopik dan 140 hari pada kelompok double bypass [HR 0,871 (IK95% 0,551-1,377; p = 0,551)]. Tidak ditemukan perbedaan kurva kesintasan pada kedua kelompok. Pada analisis multivariat, didapatkan Charlson Comorbidity Index, usia, dan bilirubin adalah variabel perancu.
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan kesintasan antara pasien striktur bilier distal maligna yang menjalani prosedur double bypass dan prosedur pemasangan sten bilier perendoskopik. Usia, CCI 34, dan kadar bilirubin merupakan faktor perancu terhadap kesintasan kesintasan antara pasien striktur bilier distal maligna yang menjalani prosedur double bypass dan prosedur pemasangan sten bilier per endoskopik.

Background. Biliary strictures are observed in 70-90% of cases of pancreatic malignancy and cause high morbidity and mortality, especially in advanced, unresectable stage. At this stage, palliative management aims to improve the patient's quality of life and survival. Palliative management can be done is by placing an endoscopic biliary stent and biliary tract bypass surgery. Thus, it is necessary to know the one-year survival of patients with malignant biliary stricture who received palliative therapy with billio-digestive double bypass procedures and perendoscopic biliary stent placement in RSCM. Objective. To determine the survival between patients with distal malignant biliary stricture who underwent a double bypass procedure and an endoscopic biliary stent placement procedure.
Methods. This is a restrospective cohort study with the subjects being patients with distal malignant biliary strictures who underwent endoscopic stenting procedures or double bypass procedures at RSCM in the period 1 January 2015 – 31 December 2019 and was observed for one year since the patient underwent the procedure. Survival was done using the Kaplan-Meier method and followed by multivariate analysis using the cox regression test.
Result. We collected 119 subjects in the endoscopic stent group and 39 subjects in the double bypass group. After one year, median survival was 93 days in the endoscopic stent group and 140 days in the double bypass group [HR 0,871 (95%CI 0,551-1,377; p = 0,551)]. In multivariate analysis, it was found that Charlson Comorbidity Index, age, and bilirubin were confounding variables.
Conclusion. There was no difference in survival between patients with malignant distal biliary stricture who underwent a double bypass procedure and an endoscopic biliary stent procedure. Age, CCI 4, and bilirubin levels were confounding factors for survival among patients with malignant distal biliary stricture who underwent a double bypass procedure and an endoscopic biliary stent placement procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library