Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F. L. Sudiran
Abstrak :
Pemandangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Samarinda sangat kotor. Hal ini disebabkan antara lain oleh sampah rumah tangga yang penangannya tidak tepat, yang mengakibatkan lingkungan yang tidak sehat sehingga rentan terhadap penyakit menular seperti thipus, cholera, dan penyakit lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana masyarakat daerah aliran sungai Karangmumus menangani sampah rumah tangga, (2) bagaimana model terbaik untuk menangani sampah rumah tangga untuk direkomendasikan ke pemerintah setempat, (Pemkot Samarinda). Metodelogi penelitian ini adalah studi kasus sebagai salah satu dari kelompok penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2004, di daerah aliran sungai Karangmumus berlokasi di tiga Kecamatan, yaitu Samarinda Utara sebagai stasiun pengamatan I, Samarinda Ulu sebagai stasiun pengamatan II, dan Samarinda Ilir sebagai stasiun pengamatan III. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Penyebaran kuisioner di tiga kecamatan di atas. Kesimpulan dari hasil penelitian. Dari kuisioner di tiga kecamatan adalah 67,7% dari responden mempunyai sikap yang negatif dalam menangani sampah rumah tangga. Untuk itu disarankan (1) adanya penanganan sampah rumah tangga yang benar dengan pengemasan yang baik, (2) membuat penampungan sampah rumah tangga sementara, (3) pengangkutan sampah rumah tangga secara rutin, (4) melengkapi peralatan seperti: bak sampah, cangkul, gerobak sampah, dan pick up, (5) meningkatkan sumber daya manusia di dinas kebersihan, dan (6) menegakkan hukum bagi pelanggar kebersihan melalui peraturan daerah.
The scene of the stream area of Karangmumus River is very dirty. Most people here handle the domestic-waste improperly, which make them suffer easily from the epidemic diseases such as: typhus, cholera, and other symptom. The aims of this research are (1) how the society at Karangmumus handles the domestic-waste, (2) how the best way to handle the domestic-waste as a recommendation to the local government, Samarinda city. The method of this research is a case study, use of the description groups. The research is hold in the stream area of Karangmumus River consists the three-sub district Samarinda Utara as station 1, Samarinda Ulu as station 2, and Samarinda Ilir as station 3. It was carried out in September to December 2004. The data collection had been done by questionnaire, which is distributed in three-sub district concerned. The sample is 60% of the population in those three-sub districts by random sampling. The conclusion is based on the questionnaire is that 66,7% of the respondents have bad attitude is handling their domestic-waste. There are some suggestions to handle the domestic-waste: (1) To socialize how to handle domestic-waste properly. (2) To build the temporary places for the domestic-waste. (3) To take the domestic-waste consistently. (4) To complete the equipment to handle the domestic-waste. (5) To train the human resources of the officers concerned. (6) To carry out the law-enforcement on waste regulation through local authority.
Jakarta: Fisipol Universitas 17 Agustus 1945, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Damaris Bernike Bellastuti
Abstrak :
Cakupan dan kompleksitas masalah sampah di DKI Jakarta yang semakin meningkat akibat urbanisasi membutuhkan respon pemerintah yang cepat dan komprehensif. Mayoritas komposisi sampah yang berasal dari rumah tangga mengharuskan Pemprov DKI Jakarta menyelesaikan masalah dari sumbernya melalui Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup Rukun Warga. Tata kelola perkotaan yang baik (Good Urban Governance) memastikan pembangunan berkelanjutan jangka panjang dilakukan dengan pendekatan multidimensi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup seluruh masyarakat perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk menyajikan praktik terpilih dalam pengelolaan sampah lingkup rukun warga yang didukung oleh nilai-nilai Good Urban Governance di Kampung SAMTAMA RW 03 Cempaka Putih Timur. Penelitian ini mengoperasionalisasikan teori Good Urban Governance dari Van den Dool dkk, 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivisme dengan metode kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi, sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi kepustakaan terhadap data dan laporan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai Good Urban Governance, khususnya nilai daya tanggap, partisipasi, dan proses hukum mendukung keberhasilan pengelolaan sampah lingkup rukun warga di Kampung SAMTAMA RW 03 Cempaka Putih Timur. Terdapat sejumlah aspek kunci yang dapat menjadi bahan pembelajaran bagi program pengelolaan sampah di tingkat rukun wilayah lainnya ......The increasing scope and complexity of waste problems in DKI Jakarta due to urbanization requires a fast and comprehensive government response. The majority of the composition of waste originating from households requires the Provincial Government of DKI Jakarta to solve the problem from the source through Governor's Regulation Number 77 of 2020 concerning Waste Management within the Rukun Warga. Good urban governance (Good Urban Governance) ensures long-term sustainable development is carried out with a multidimensional approach to improve the welfare and quality of life of all urban communities. The purpose of this research is to present selected practices in waste management within the neighborhood pillars that are supported by the values of Good Urban Governance in SAMTAMA RW 03 Cempaka Putih Timur Village. This research operationalizes the theory of Good Urban Governance from Van den Dool et al, 2015. This study uses a post-positivism approach with qualitative methods. Primary data was obtained through in-depth interviews and observation, while secondary data was obtained through a literature study of relevant data and reports. The results of the study show that the application of the values of Good Urban Governance, especially the values of responsiveness, participation, and due process support the success of waste management within the community pillars in Kampung SAMTAMA RW 03 Cempaka Putih Timur. There are a number of key aspects that can be used as learning materials for waste management programs at the level of other regional pillars.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Erni Aguslin
Abstrak :
ABSTRAK Akumulasi limbah padat rumah tangga di DKI Jakarta merupakan salah satu masalah lingkungan perkotaan menunjukkan kecenderungan yang semakin mengkhawatirkan. Sampah yang dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang berjumlah 9.537.800 jiwa setiap hari mencapai 29.567 m3 dengan laju timbulan sampah kurang lebih 2,92 liter/orang/hari. Sementara itu yang mampu dilayani oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta baru sekitar 76,12 % atau 22.507 m3 setiap hari, 2.500 m3 ditangani oleh instansi terkait; dan hanya sebagian kecil yang didaur-ulang atau diolah oleh masyarakat. Sisanya terakumulasi di alam, di tempat-tempat terbuka, saluran, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah DKI Jakarta bekerjasama dengan CPIS (Centre for Policy /mplemenfufion Studies) membuat studi tentang Program Usaha Daur-ulang dan Produksi Kompos yang lebih dikenal dengan Program UDPK. Program ini pada awalnya dilaksanakan sebagai proyek percontohan di 4 (empat) lokasi di DKI Jakarta dan kemudian berkembang menjadi 13 lokasi yang tersebar di lima wilayah kota. Selain dapat meningkatkan efisiensi pengangkutan dan tempat pembuangan akhir sampah, program UDPK memberikan kesempatan kerja dan menghasilkan kompos yang berguna bagi konservasi tanah, pertamanan, pertanian, perikanan, dan kehutanan. Gagasan pembangunan UDPK sebagai upaya untuk memecahkan masalah sampah pada skala kawasan di Jakarta ternyata dalam pelaksanaannya mengalami banyak kendala, hanya beberapa UDPK yang mampu bertahan sehingga kurang dapat mencapai hasil yang diharapkan. Penyebabnya diduga sangat bervariasi, mulai peran serta masyarakat, peran Pemerintah Daerah terkait, dan faktor pengelolaan di dalam UDPK itu sendiri. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei dengan variabel terikat adalah keberhasilan UDPK dan variabel bebas adalah pengelolaan UDPK, peran serta masyarakat, dan peran unit Pemda terkait. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan program UDPK di DKI Jakarta, perolehan informasi tentang keberhasilan program minimisasi limbah padat rumah tangga skala kawasan dan mencari alternatif pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan kinerja UDPK tersebut. Maka dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kebijakan program minimisasi limbah padat rumah tangga di DKI Jakarta dalam rangka menanggulangi masalah pencemaran sampah seperti yang tertuang dalam Agenda 21 Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : - Terdapat hubungan antara pengelolaan UDPK dengan tingkat keberhasilan UDPK. - Terdapat hubungan antara peranserta masyarakat dengan tingkat keberhasilan UDPK. - Pemerintah Daerah terkait mempunyai peran dalam peningkatan keberhasilan UDPK. - Pengelolaan UDPK adalah faktor yang paling berpengaruh dalam menunjang keberhasilan UDPK dibanding peranserta masyarakat dan peran Pemda terkait. Penelitian dilakukan di seluruh UDPK yang masih aktif menjalankan kegiatan operasionalnya yang terletak di tujuh (7) kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Melati, Petamburan, Harapan Mulya, Sunter Jaya, Cipinang Besar Utara, Cipedak, dan Jagakarsa. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bertempat tinggal di kelurahan yang memiliki UDPK, sedangkan populasi terjangkau adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di RW di mana UDPK berada. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif serta kuantitatif dengan analisis statistik, yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan UDPK di DKI Jakarta masih rendah, yaitu 49,14 %. Hal ini ditentukan oleh kinerja pengelolaan UDPK, peranserta masyarakat di sekitar UDPK, dan peran unit-unit pemerintah daerah terkait. Kemampuan manajerial pengelola UDPK yang sangat terbatas berdampak pada pemasaran dan pendanaan, sehingga kinerja UDPK menurun. Rendahnya peranserta masyarakat (19,4 %) dan kurangnya perhatian unit-unit pemerintah daerah terkait juga turut mengakibatkan kemunduran UDPK. Hasil analisis statistik menjelaskan adanya hubungan antara variabel terikat, yaitu keberhasilan UDPK dengan peranserta masyarakat melalui indicator-indikator keikutsertaan dalam penyuluhan, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pengetahuan dan persepsi tentang UDPK, serta bentuk-bentuk peranserta. Selain itu adanya hubungan antara keberhasilan UDPK dengan pengelolaannya terbukti melalui indikator-indikator pembiayaan, tenaga kerja, pasokan sampah, langkah pengomposan, produksi kompos, dan pemasaran produk. Sesuai hasil evaluasi dan dalam rangka meningkatkan kinerja UDPK yang sekaligus dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan kebersihan di DKI Jakarta maka diperlukan beberapa langkah perbaikan yang melibatkan pengelola UDPK, unit-unit pemerintah daerah terkait dan peranserta masyarakat. Langkah-langkah perbaikan yang perlu segera dilaksanakan antara lain memasukkan upaya 3-M (mengurangi, menggunakan kembali dan mendaurulang) melalui UDPK sebagai salah satu pirantinya, ke dalam kebijakan dan strategi pengelolaan sampah di DKI Jakarta. Selain itu perlu segera dilakukan upaya perbaikan sistem pengelolaan UDPK melalui pembinaan, pengaturan dan pengawasan oleh Pemda terkait. Sistem pengelolaan UDPK yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan mencakup subsistem organisasi, pembiayaan, hukuni/peraturan dan teknis operasional.
ABSTRACT The Evaluation Of Determinant Factors On UDPK Programme Performance (Case Study of Compost Production and Recycle Programme in DKI Jakarta)The accumulation of domestic solid waste production in DKI Jakarta as one of the most generating urban environmental problems tends to be seriously overwhelmed. Domestic solid waste produced by urban community of 9,537,800 population generates 29,567 m3 per day at the rate of about 2,92 litter/person per day, while the present level of service of DKI Jakarta Cleansing Department only up to 76,12 % equivalent to 22,507 m3 per day; ± 2,500 m3 covered by another related institutions. The rest accumulated elsewhere and only small amount of them are recycled by community. Due to the conditions as such, DKI Jakarta Local Government cooperates with CPIS (Center for Policy Implementation Studies) are conducting a scheme Study on Compost Production and Recycle Program, namely UDPK Program. Recently the program was successfully developed as a pilot project at 4 (four) sites in Jakarta, and is now developed at 13 sites throughout five municipalities within DK1 Jakarta region. UDPK has been increasing the efficiency of transportation and final disposal, and created a possibly opportunities such as employment opportunity, and produce compost that which useful for many necessity such as soil conservation, gardening, farming, fishing and forestry. However, the development of UDPK for solving domestic solid waste problems in small scale area within Jakarta apparently is facing several constrains, when only a few of them remained survive. The causal factor of this unexpected result due to several reasons varied from community participation, local government concerns and management aspect in the UDPK itself. The methodology of this research is using survey method and was done to find out some factors that affect the success of UDPK program in DKI Jakarta particularly the most influenced factor; in order to gain information about domestic waste minimization and problems solving alternatives for improving the UDPK program. This study is expecting to develop the policy of domestic waste minimization program, as stated in Agenda 21 Indonesia especially on solid waste pollution and control. Based on the above discussion, hypothesis of this research will try to prove: 1. The existence of relationship between UDPK management and the success of UDPK. 2. The existence of relationship between community participation and the success of UDPK. The concerned local government has a pivotal role to improving success of UDPK program. The UDPK management is the most influencing factor to support the success of UDPK compared to the other two variable stated above. The research was located in UDPK site which that still actively operated at seven sub district i.e.: Kebon Melati, Petamburan, Harapan Mulya, Sunter Jaya, Cipinang Besar Utara, Cipedak, and Jagakarsa. The population target of this research is the head of family living in sub district close to UDPK unit and the reached population target is the whole Head of Family living close to RW (Rukun Warga) with UDPK unit. The data analysis technique used in this research is qualitative and statistical quantitative methods. Base on the result of' this research, the performance of UDPK in DKI Jakarta is still low, reach 49,14 %. The factors that have influenced and determined the success of UDPK in DKI Jakarta consist of UDPK management, active participation of the community and the role of local government. The constrains faced by UDPK unit is the limitation of managerial capability/performance of the manager which has an impact to the marketing of product and affecting to the operation and maintenance budget. Lack of community participation (19,4 %) and local government role also cause the decline of UDPK management. The result of statistic analysis describe a relationship between community participation and the success of UDPK through indicators i.e.: participation in campaign, knowledge on UDPK, gender, profession. Beside that, there is a relationship between UDPK management and the success of UDPK that achieved through several indicators i.e.: financial, employment, supply of solid waste, composting processing steps, compost production, quality of compost and marketing effort. On the basis of evaluation in increasing UDPK performance and could simultaneously contribute to solid waste management in D.K.I Jakarta it is necessary to improve actions that involve UDPK management, concerned local government and community participation. The stepwise of improvement is needed to be implemented among others incorporate th concept of 3-R (means reduce, reuse and recycle) and UDPK into a policy and strategy of integrated solid waste management in DKI Jakarta. Also it is necessary to improve UDPK management system through development, regulation and control by concerned local government. UDPK management system is needed to be improved and upgraded includes institution, financial, operation technique, regulation and community participation.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firouza Hilmayati Putri
Abstrak :
[Ekosistem perairan tawar, seperti sungai sebagai penyangga dari aktivitas antropogenik. Manusia sebagai elemen utama memiliki kewajiban untuk menjaga kualitas sungai, baik sebagai masyarakat ataupun pemerintah. Limbah domestik dari aktivitas manusia, seperti limbah deterjen dan fecal coliform telah melebihi daya tampung dan daya dukung perairan. Sehingga berdampak pada degradasi lingkungan. Kebijakan hukum lingkungan hidup dapat menjadi batasan untuk aktivitas manusia yang menggunakan bantaran sungai, tetapi dalam penerapannya masih terdapat kesenjangan antara masyarakat, pemerintah, dan produk hukum. Atas dasar deskripsi tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status mutu air yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 dan meramalkan kebijakan lingkungan hidup dengan rencana skenario kebijakan yang akan datang. Studi kasus dilakukan di bantaran Sungai Cipinang dengan metode bola salju. Nilai mutu air Sungai Cipinang adalah -134 dengan status tercemar berat. Rencana skenario kebijakan lingkungan hidup menghasilkan empat macam narasi. Narasi satu adalah kondisi ideal, narasi dua adalah keterkaitan antara nilai masyarakat terhadap lingkungan, narasi tiga adalah kerusakan sumber daya alam bersama, dan narasi empat adalah tidak terlaksananya peraturan., River is one of the freshwater aquatic ecosystem. The function of river as a buffer for human activity. Humans as a major element have an obligation to maintain the water quality of river, either as a society or government. Domestic waste from human activities, such as detergent and fecal coliform have been exceeded of carrying capacity. It can impact to environmental degradation and river become damage. Policy of environmental’s law, may be limit to human activities, but in practice, there is still gap between society, government, and legal products. Based on the description, the purposes of this study are, to analyze the status of water quality based on the decree of the Minister Environment No. 115 in 2003, community participation, and predict the environmental policy with scenario. Case studies conducted in Cipinang’s river with the snowball method. The value of water quality is -134, and the status are heavily polluted. Scenario planning for environmental’s policy have four scenarios. First scenario is an ideal condition, second is relationship between the communities values and environmental, third is tragedy of the commons, and fourth is not implemented of regulations.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Kustiasih
Abstrak :
Di Indonesia, sumber penghasil limbah cair terbesar berasal dari aktivitas rumah tangga, oleh karena itu air limbah harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun masalah kesehatan masyarakat. I engo biologis adalah proses yang efektif untuk mengurangi kandungan BOD5, COD, karbon organik, nutrisi dan mikroorganisme patogen dalam air limbah. Pengolahan air limbah menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca terutama metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan dinitrogen oksida (Nfl). Peran pengolahan air limbah juga untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab dari pemanasan global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi kandungan BOD, C02 dan CH4 dari sistem pengolahan air limbah tangki septik dan biofilter. Pemilihan sistem pengolahan air limbah menentukan besarnya CH4 yang terlepas ke udara sebagai penghasil emisi gas rumah kaca. Hasil pengujian air limbah secara komposit untuk tangki septik (BOD5: 161 mg/L; CH4: 1241 mg/L; CO : 5071 mg/L) dan untuk biofilter (BODy 139.2 mg/L; CH4: 17.1 mg/L; C02: 43.5 mg/L).
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2017
690 MBA 52:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sarijaya
Abstrak :
Masalah sampah erat sekali kaitannya dengan jumlah penduduk kota yang bermukim, dan berkaitan pula dengan bentuk kehidupan, kegiatan dan usaha dari penduduk itu. Oleh karena itu sampah merupakah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota metropolitan, besar dan sedang bahkan telah meniadi permasalahan nasional. Pencemaran paling utama di Indonesia ialah pencemaran oleh limbah domestik terutama yang berasal dari rumahtangga. Oleh karena luasnya daerah pencemaran dan besarnya jumlah korban, maka pengelolaannya amat pelik dan harus diberi prioritas utama. Namun begitu, upaya mengatasi permasalahan sampah tidak akan terselesaikan oleh pemerintah saja, melainkan masyarakat perlu juga diajak berperanserta secara aktif. Bagi Kotamadya Palembang, misalnya untuk menunjang Palembang BARI (Bersih Aman Rapih dan Indah) peranserta masyarakatnya sangat perlu digerakkan secara sungguh-sungguh. Berdasarkan pengamatan dini yang dilakukan di Kelurahan 23 Ilir Kecamatan Ilir Barat I Kotamadya Palembang pada awal bulan Januari 1995, keberadaan sampah padat yang banyak berserakan di tanah patut diduga disebabkan oleh peranserta masyarakat yang relatif rendah. Secara teoritis, rendah atau kurangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah terkait dengan faktor-faktor seperti; umur, pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, daerah asal dan pendapatan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah "random sampling" tanpa pengembalian. Pengumpulan data diperoleh dengan jalan wawancara berstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam mengolah data digunakan pendapatan prosentase tampilan, kategorisasi. Adapun analisis data menggunakan distribusi frekuensi, rumus statistik nonparametrik, Khi kuadrat (X2), koefisien kontingensi C, koefisien phi (Phi Coefficient), dan varian cramer (Cramer's V). Dari hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih lima bulan, mulai Maret sampai dengan Juli 1995, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:
I. Sampah yang berserakan di tanah, selokan dan di sungai bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan permasalahan atau gangguan lingkungan antara lain; timbul perasaan tidak estetik, kotor, menjijikan dan masalah kesehatan. Disamping itu sampah yang berserakan di tanah tadi akan dikais oleh pemulung, binatang dan cenderung akan masuk ke selokan dan menyumbatnya sehingga akan terjadi banjir.
II. Dari hasil penelitian terhadap 105 responden, diparoleh gambaran bahwa;
a) tingkat pendidikan masyarakat dari SD sampai ke Perguruan Tinggi,
b) tingkat pendapatan keluarga sebagian besar dibawah Rp.200.000, yaitu 72,38%
c) sebagian besar pekerjaan penduduk adalah non PNS.
d) usia sebagian besar di atas 40 tahun.
e) lama tinggal antara 16 sampai 20 th ada 39%.
f) daerah asal didominasi oleh penduduk pendatang 64,8%.
III. Uji terhadap hipotesis menuniukkan bahwa:
a. Dari hasil jawaban responden dan pengamatan penulis maka hipotesis umum tentang relatif rendahnya peranserta masyarakat'di Kelurahan 23 Ilir Palembang dalam pengelolaan sampah dapat dilihat sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian bahwa ada 78,1% responden yang tidak membayar retribusi sampah sedangkan hanya 21,9% responden yang membayar retribusi sampah.
2. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka ketidak hadiran responden menghadiri pertemuan tentang kebersihan yaitu nol persen.
3. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka responder yang tidak melakukan kegiatan bersama-sama atau gotong royong yaitu nol persen.
4. Dari hasil penelitian bahwa terdapat 53,33% responder yang tidak mengetahui tentang Peraturan Daerah mengenai kebersihan dan 46,67% yang mengetahui tentang Peraturan Daerah tersebut.
b. Dengan menggunakan of = 0,01, hipotesis kerja tentang adanya perbedaan yang signifikan antara peranserta masyarakat di Kelurahan 23 Ilir dengan menggunakan program SPSS/PC+V3.0 terhadap uji Statistik Chi Square maka ada faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:
- Usia, tidak berarti.
- Pendidikan, berarti.
- Jenis pekerjaan, berarti.
- Lama tinggal, tidak berarti.
- Daerah asal, tidak berarti.
- Pendapatan, berarti.
V. Pengawasan yang kurang atau tidak efektif dari petugas LKMD atau Kelurahan 23 Ilir terhadap pengelolaan sampah atau kebersihan dalam rangka melaksanakan Perda No.3 Tahun 1981 jo. Perda No.8 Tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Kesehatan Umum dan Ketertiban Kota atau yang dikenal dengan Palembang kota BAPI (bersih, aman, rapih dan indah). Tidak dilakukan penyuluhan kebersihan oleh DKK dan ada 78,09% responden yang melanggar Peraturan Daerah di atas dengan membuang sampah sembarang dan membakar sampah, yang membuang sampah ke TPS ada 21,91. Dan ada 67,61% yang tidak mempunyai tempat pewadahan sampah sementara di rumahnya maupun di depan rumahnya.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutikno Citro
Abstrak :
Untuk mewujudkan hidup yang sehat diperlukan kondisi lingkungan yang sehat pula. Kondisi lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih, tertib, indah, aman dan nyaman. Lingkungan yang bersih dapat terwujud apabila sampah dikelola dengan baik. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dan berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat rumah tangga di Kelurahan Khusus Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Pengelolaan sampah yang berhasil dengan baik mempunyai dampak positip terhadap lingkungan (mengurangi proses terjadinya pencemaran lingkungan). Pengelolaan sampah yang tidak berhasil dengan baik dapat berdampak negatip (menambah proses terjadinya pencemaran lingkungan). Partisipasi masyarakat terhadap kebersihan, persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, retribusi kebersihan, tenaga pengelola kebersihan, sarana dan prasarana serta penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat rumah tangga, dan berhubungan dengan pencemaran lingkungan. Dari uraian tersebut, dapat disusun 6 hipotesis seperti tersebut dibawah ini :
  1. Partisipasi masyarakat terhadap kebersihan, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  2. Persepsi masyarakat terhadap kebersihan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  3. Iuran atau retribusi kebersihan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  4. Tenaga pengelola kebersihan yang ada, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  5. Sarana dan prasarana yang ada, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  6. Penyuluhan terhadap kebersihan lingkungan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
Selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan uji chi-square (X2), sedangkan pengolahan data dilakukan dengan media personal computer (PC) dan dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel ditentukan 2 (dua) RW (RW 01 dan RW 05) dipilih 'secara acak (random) dan dengan cara yang sama masing-masing RW ditentukan 60 (enam puluh) responden (KK), sehingga jumlah seluruhnya 120 (seratus dua puluh) responden (KK). Sampel yang terdiri 120 tersebut diwakili oleh Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga atau anggota keluarga lainnya yang dianggap dewasa dan dianggap dapat mewakili keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial RW. 01 jauh lebih baik dibandingkan dengan di RW 05, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, sarana dan prasarana kebersihan yang dimiliki termasuk rumah tempat tinggal yang mereka tempati. Kondisi sosial berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan kebersihan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan sampah di RW 01 lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan sampah di RW 05. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah di wilayah penelitian terdapat dua sistem kegiatan operasional yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta (meliputi pengangkutan sampah dari lokasi penampungan sementara ke lokasi pembuangan akhir), serta kegiatan yang dilakukan oleh Dinas TNI-AU dan swadaya masyarakat (meliputi pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke lokasi penampungan sementara). Pengelolaan sampah tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh swadaya masyarakat. Dan sebaliknya tanpa usaha pemerintah, pengelolaan sampah juga tidak akan berjalan karena usaha tersebut membutuhkan sarana, prasarana, tenaga dan dana yang besar. Dengan demikian kerjasama antara masyarakat dan pemerintah merupakan kunci keberhasilan dalam menangani pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (terciptanya lingkungan yang sehat). Berdasarkan hasil analisis data. dapat disimpulkan bahwa :
  1. Keenam faktor yang terdiri : partisipasi, persepsi, iuran atau retribusi, tenaga kebersihan, sarana dan prasarana kebersihan dan penyuluhan tentang lingkungan tersebut mempunyai hubungan dengan pengelolaan sampah.
  2. Disamping 6 (enam) faktor tersebut di atas faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, (penghasilan), lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat kerja mempunyai hubungan dengan persepsi dan berhubungan dengan berhasilnya pengelolaan sampah.
  3. Di wilayah yang kondisi pengelolaan sampahnya belum berhasil dengan baik, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berperan dan berhubungan dengan pengelolaan sampah belum berfungsi dengan baik.
  4. Proses pengelolaan sampah dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.

For the realization of a healthful living, a healthy environmental condition is needed. An environmental condition that is healthy is that environment which is clean, ordered, beautiful, safe and comfortable. A clean environment can be realized when waste is managed properly. This study is descriptive in nature, conducted to know the factors which play a role and related to the successful management of domestic solid waste at the special subdistrict of Halim Perdanakusuma, East Jakarta. Waste management that is successful has positive impact towards the environment (reducing the process of environmental pollution occurence).Solid waste management that is not successful can have. negative impact (increase the process of environmental pollution occurence). Community participation in cleanliness, community perception towards cleanliness regulations, cleanliness retribution, cleanliness manager, infrastructure, facilities and cleanliness communication, information and education on environmental cleanliness are related to the successful domestic solid waste management and in turn is also related to environmental pollution. The elaboration above can be formulated into 6 hypothesis as follows:
  1. Community participation in cleanliness can help waste management to succeed.
  2. Community perception towards cleanliness can help waste management to succeed.
  3. Contribution or cleanliness manager can help waste management to succeed.
  4. The available cleanliness manager can help waste management to succeed.
  5. The available infra-structure and facilities can help waste management to succeed.
  6. Communication, information and education towards environmental cleanliness can help waste management to succeed.
In addition, hypothesis testing was carried out by using the Chisquare test, whereas data processing was undertaken by Personal Computer (PC) media analyzed descriptively. Two Hamlets (RW 01 and RW 05) were chosen randomly as samples. In a similar manner, 60 respondents (household heads) were determined for each RW, making up some 120 respondents. The sample of some 120 respondents were represented by the household head or house-wife or other members of the family who are considered as adults and can represent the respective family in question. The results of the study showed that, the social condition of RW 01 is far better if compared with RW 05. This can be seen from the level of education, type of occupation, level of income, cleanliness infra-structure which are owned including the houses they are occupying. Social condition is related to successful environmental cleanliness management. Based on the above elaboration, a conclusion can be drawn that waste management in RW 01 is better than that in RW 05. The study results disclosed that there are 2 operational activities' systems of waste management in the study area, namely activities conducted by government and non-government (covering the transportation of waste from the temporary disposal location to the final disposal site), as well as activities carried out by the TNI-AU (Indonesian Air force) service and community self-help (covering the collection and transportation of waste from the inhabitants' homes to the temporary disposal location). Waste management cannot function properly without the support of community self-help. The reverse is true, without government effort, waste management cannot function also, because the Endeavour needs infra structure, facilities, manpower and funds. Thus, cooperation between community and government is the key towards success in handling waste management. Waste management constitutes a part of development which has as' objective to promote community welfare (the realization of a healthy environment). Base on the result of data analysis, it can be concluded that :
  1. The 6 factors consisting of participation, perception, contribution or retribution, cleanliness hands, cleanliness infra-structure-and facilities and communication, information and education on environment have associations with waste management.
  2. Besides the 6 factors, age, educational level, occupation, income, living quarters environment and occupational 'environment have associations with perception and is related to the success of waste management.
  3. In areas where waste management conditions are not yet successful showed that factors which play a role and associated with waste management are not yet functioning properly.
  4. Waste management process can reduce the occurrence of environmental pollution.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oldy Darius Samiri
Abstrak :
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini begitu banyak apartemen yang telah dibangun dan sudah dihuni di Jakarta, bahkan untuk Jakarta Selatan saja sudah ada 96 apartemen. Begitu banyaknya apartemen yang ada di ibukota Indonesia ini pun mengakibatkan salah satu permasalahan yang cukup penting dalam industri gedung bertingkat dengan padat penghuni atau pengguna, seperti, apartemen, pusat perbelanjaan, rumah susun, dan perhotelan adalah masalah limbah yang dihasilkan. Penanganan limbah domestik yang telah ada saat ini sudah berkembang dengan baik, tetapi memiliki banyak kekurangan dalam memaksimalkan peranannya. Penelitian yang akan dikembangkan ini lebih mengutamakan pembuatan dan pengujian kinerja alat pengolah limbah berbasis The Pipe Wheel dengan inovasi sistem pemutar luar dalam bentuk prototype. Pengujian alat ini dengan cara mengetahui kenaikkan kadar oksigen terlarut/Disolve Oxygen (DO) dalam air limbah. Alat yang dikembangkan ini menggunakan pipa berongga yang diberikan celah untuk proses aerasinya, dimana alat ini akan diputar dengan roda gigi yang disambung ke motor listrik. Hasil yang ingin dicapai ini membutuhkan suatu alat yang memiliki kapasitas cukup dan teknologi memperbaiki baku mutu air limbah yang tertata rapi dan kontiunitas untuk menyeimbangkan potensi baku mutu kembali ke titik normal agar limbah digunakan kembali untuk keperluan mencuci, menyiram, dan membilas. Pada pengujian didapatkan kenaikkan DO yang cukup signifikan dengan menggunakan sampel yang dibagi tiga untuk pengolahan awal, pengolahan setelah satu jam, dan setelah dua jam pengolahan. Dari parameter tersebut, akan terlihat efektifitas dari alat pengolahan berbasis The Pipe Wheel ini, yang dimana kenaikkan DO dapat menunjukkan bahwa alat yang dibuat melakukan kinerja dengan baik. ......According to the Central Statistics Agency (BPS), there are so many apartments that have been built and was inhabited in Jakarta, South Jakarta alone even for the existing 96 apartments. There are so many apartments in the capital of Indonesia is also one of the problems resulted in a fairly important in an industry with a solid story building occupants or users, such as apartments, shopping centers, and hotels is the problem of waste generated. Handling existing domestic waste is now well developed, but it has many flaws in maximizing the role. This research will be developed to prioritize the manufacture and testing of performance-based of The Pipe Wheel waste processing devices with outside player system innovation in the form of a prototype. The testing tool is a way to know the increase in dissolved oxygen / Dissolve Oxygen (DO) in waste water. This tool was developed using a hollow pipe provided an opening for aeration process, where the device will be rotated with a gear which connected to themotor. Results to be achieved requires a device that has enough capacity and technology to improve wastewater quality standards and contuinity neat to balance the potential for quality standards in order to return to the normal point of wastewater reused for washing purposes, watering, and rinse. On testing showed the increase of DO significantly by using the sample divided by three for initial processing, processing after an hour, and after two hours of processing. From these parameters, we will see the effectiveness of the tool-based processing of the Pipe Wheel, which is where the increase in DO may indicate that the tool made do with a good performance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52297
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarsih
Abstrak :
processes of Biological treatment intend to reduce the organic matter content by using microorganisms. Problems, which often occur in the treatment process, include the Wastewater Treatment Plant (WWTP) being planned for treating domestic wastewater only, but in fact the WWTP often receives non-domestic wastewater particularly direct or indirect faecal deposits. There are 13 simultaneous systems of nonlinear differential equations using the method of Runge-Kutta-Fehlberg (RKF45). Data validation is measured in a facultative stabilization pond at a distance of 0 m, 25 m, 50 m and 75 m respectively. Samples are taken at the inlet and outlet of the pond covering the concentration of Bacteria (B), Algae (A), Zooplankton (Z), Organic Matter (OM), Detritus (D), Organic Nitrogen (ON), Ammonia (NH3), Organic Phosphorus (OP), Soluble Phosphorus (SP), Dissolved Oxygen (DO), Total Coliform (TC), Faecal Coliform (FC), and Biochemical Oxygen Demand (BOD). The research comparing observation and count data results in 11 kinds of concentration that have a relative error <20% and 2 concentrations > 20%, namely Chemical Oxygen Demand (COD) and Faecal Coliform.(FC). Wastewater quality is predicted with 45o angle charts and tolerance ± 20%, respectively for BOD (76.8%), COD (57.7%) and DO (81.9%). The model, as a means for performance evaluation of the WWTP, is appropriate for Class II water quality standards.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ibtida Prasetyaningtyas
Abstrak :
CNOOC SES Ltd. yang merupakan perusahaan minyak lepas pantai dengan pusat produksi di Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu memanfaatkan desalinasi air laut sebagai sumber air bersih dengan teknologi reverse osmosis. Peningkatan kebutuhan air secara pesat dan penurunan kualitas sumber menuntut adanya usaha untuk mendukung penyediaan air bersih yang berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan daur ulang air limbah domestik. Alternatif ini dapat menjadi pemenuhan kebutuhan air di lokasi tersebut untuk mensubstitusi penggunaan air laut dengan tujuan mencegah pencemaran, konservasi air serta menghemat biaya pengolahan. Dari neraca air diperoleh masing-masing konsumsi sebesar 59,3 m3/hari, 144 m3/hari, dan 34,3 m3/hari. Dari hasil pemeriksaan di laboratorium diperoleh kulitas efluen IPAL eksisting untuk beberapa parameter seperti BOD5 21,0 mg/l; TDS 243 mg/l; TSS 12,3 mg/l; COD 42,5 mg/l; amonia 6,87 mg/l dan fecal coliform lebih dari 1600 MPN/100 ml. Beberapa potensi daur ulang limbah cair domestik di Pulau Pabelokan diantaranya untuk penggelontoran toilet, penyiraman taman, serta tower pendingin (cooling tower). Target kualitas air daur ulang mengacu pada kualitas air kelas dua berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, sehingga parameter yang harus diturunkan adalah BOD5, COD dan amonia. Untuk mencapai target kualitas tersebut dibutuhkan pengolahan lanjutan sebagai pengolahan daur ulang dengan alternatif unit ultrafiltrasi dan reverse osmosis. Berdasarkan metode pembobotan dengan aspek teknis dan biaya unit yang dipilih adalah ultrafiltrasi dengan pretreatment filter karbon aktif serta ultraviolet sebagai unit disinfeksi.
CNOOC SES Ltd, which is an offshore oil company with production center location in Pabelokan Island, uses seawater as the source of clean water by desalination water using reverse osmosis technology. The rapid increase in water demand and water resource degradation require efforts to support sustainable provision of clean water and one of them is domestic waste water reuse. Water reuse is an alternative to provide the water needs to substitute the use of sea water in order to prevent pollution, water conservation and save on processing costs. Effluent wastewater qualities from laboratory tests for several parameters such as BOD5 is 21,0 mg/l; TDS is 242 mg/l; TSS is 12,3 mg/l; COD is 42,5 mg/l; ammonia is 6,87 mg/l; and fecal coliform is over 1600 MPN/ 100 ml. The potential of water reuse in Pabelokan Island are for toilets flushing, gardens watering, and cooling water. Consumptions of water reuse obtained from water balance are 59,3 m3/day, 144 m3/day, and 34,3 m3/day. The quality target of water reuse refers to water quality class two based on Government Regulation No. 82 of 2001, so the parameter should be derived are BOD5, COD and ammonia. Ultrafiltration and reverse osmosis are tertiary treatments alternatives used as water reuse treatment. Weighting parameter consists of technical and cost aspects, the unit chosen as water reuse treatment is ultrafiltration with activated carbon filter as pretreatment and ultraviolet as disinfection.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1964
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library