Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Abstrak Telah Dilakukan studi analisis mengenai proses dekomposis fasa dan ekstraksi MgO melalui proses hidrasi dan dan karbonisasi pada mineral dolomite. studi analisis dekomposisi fasa yang dilakukan meliputi identifikasi fase pada sampel dolomite murni, serta efek waktu kalsinasi dan volume terhadap hasil dekomposisi fasa pada dolomite pasca kalsinasi. Sedang studi analisis eksraksi MgO yang dilakukan meliputi efek konsentrasi volume penglarut...
Universitas Indonesia, 2006
S29025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianafitri R.
Abstrak :
Telah dilakukan studi kinetika pembentukan fasa MgO hasil dekomposisi dari mineral dolomit alam menggunakan teknik sinar-x. Mineral dolomit yang dipelajari memiliki struktur formula CaMg(CO3)2. Hasil DTA menunjukkan dekomposisi fasa mulai terjadi pada suhu 400 0C menjadi CaCO3 dan MgO dan stabil sebagai fasa campuran antara CaO dan MgO pada suhu > 7500C. Penentuan fraksi volum fasa terdekomposisi dilakukan menggunakan teknik kuantitatip XRD perbandingan langsung (direct comparison) berdasarkan ratio intensitas total dari puncak difraksi masing-masing fasa. Ratio R-value masing-masing fasa hasil dekomposisi diperoleh secara eksperimental melalui pengujian material sintetis berupa campuran fasa yang sama dengan material penelitian. Berdasarkan ratio R-value yang diperoleh dengan cara ini, berhasil ditentukan fraksi volum fasa terdekomposisi dari material penelitian sebagai fungsi suhu dan waktu. Kinetika dekomposisi fasa diasumsikan mengikuti persamaan Johnson-Mehl-Avrami sehingga dari studi komprehensif tentang dekomposisi fasa dari mineral dolomit berhasil dibangun Time Temperature Transformation Diagram untuk mineral dolomit untuk rentang suhu 400-750°C. Studi kinetika pembentukan MgO ini menyimpulkan bahwa proses ekstraksi MgO dari dolomit dimulai dengan pemanasan pada suhu efektif 750°C selama 90 menit. Besarnya energi aktivasi yang dibutuhkan untuk mentranformasikan fasa MgO adalah 378,68 kJ/mol. Dari proses ekstraksi MgO melalui hidrasi dan karbonisasi terhadap dolomit pasca pemanasan pada suhu efektif tersebut telah diperoleh material ekstraksi berupa serbuk MgO dengan tingkat kemurnian ~ 95 wt.%. Sedangkan tingkat pencapaian hasil (yield) dari proses adalah ~ 76 wt.%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wachid
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surachman
Abstrak :
Mineral dolomit mcnlpakan salah satu sumber magnesium yang banyak digunakan untuk menghasilkan magnesium ataupun magnesium oksida. Dolomit menipakan ikatan rangkap magnesium karbonat dan kalsium karbonat, sebzigai senyawa campuran kalsit (CaCO;) dan magnesit (MgCO;). Dolomit mempunyai rumus kimia CaMg(C0;);, berat molekul 184,4 dan specific grafity 2,84 g/cm). dengan kandungan rata-rata logam magnesium dalam mineral dolomit I3 wt%. Penggunaan dolomit utamanya adalah unruk bahan refraktori, indusrri perta.nian, industri semen, fluks untuk paduan besi dan sebagai sumber magnesium. Proses plindian dalarn el-zstraksi magnesium oksida dari mineral dolomit ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah dolomit yang tersedia dalam jumlah besar (satu setengah milyar ton) di Indonesia, karena nilai jual dalam bentuk magnesium oksida mencapai ratusan ribu kali lipat dari nilai jual dolomit mentah. Ekstraksi magnesium ol-csida dari mineral dolomit umumnya dilakukan dengan proses pirometalurgi, yang membutuhkan biaya tinggi karena proses berlangsung pada tcmperatur tinggi. Telmik produksi tanpa proses lcmpcratur tinggi tentunya akan jauh lebih ekonomis dan lebih mudah penanganannya. Untulc itulah. diuji cobakan proses pelindian sebagai altematif dalam menghasilkan magnesium oksida dari mineral dolomit. Penelitian ini menggunakan 10 gram scrbuk mineral dolomit, mencapai hasil magnesium oksida optimal pacla penggunaan pelarut asam klorida teknis (konsentxasi 8 M) sebanyak 27 ml dan pereaktan pengcndap NaOH 7M scbanyak 24 ml. Proses pencucian sangat berpengaruh dalam mcnghilangkan dan mcmisahkan ga.ra.m-garam anhidrat (NaCl dan CaCl¢) dari magnesium hidroksida. Pemanasan dan pengadukan meningkatkan kelamtan garam-garam anhidrat dalam air pada proses pencucian hingga sam setengah kali lipat proses pencucian tanpa pemanasan dan pengadukan, dan meningkatkan kadar magnesium olcicla hingga clelapan kali lipat. Proses kalsinasi diperlukan untuk merubah magnesium hidroksida menjadi magnesium oksida, dengan tempcratur kalsinasi 400° C. Dalam uji struktur fasa hasil ekslraksi proses pelindian, melalui perbandingan hasil XRD terhadap data standar PDF (kartu JCPDS, Powder Dwracrion File) clidapatkan baliwa fasa yang terbentuk adalah fasa magnesium oksida. Magnesium oksida yang dihasilkan dari proses pelindian ini, memiliki tingkat kemurnian yang tinggi (91 wt%). Dengan demikian, proses pelindian ini dirasakan layak dijadikan sebagai metode alternatif untuk mengliasilkan magnesium oksida dari mineral dolomit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Budiharto
Abstrak :
Usaha pembuatan magnesium oksida dari pembakaran magnesium hidrosida dengan bahan dasar dolomit merupakan suatu alternatif yang cukup menarik untuk meningkatkan nilai tambah dari dolomit itu sendiri yaitu dari Rp 30,00 /kg menjadi Rp 400,00 /kg untuk 26,5% MgO dan Rp 3.750.000,00 /kg untuk 96% MgO. Dimana ketersedian bijih dolomit di Indonesia dalam jumlah banyak memungkinkan untuk diolah skala industri. Dolomit yang memiliki CaMg (CO3)2 atau dalam bentuk CaCO3 dan MgCO3 dikalsinasi pada temperatur 900℃ selama 1 jam terdekomposisi menjadi CaO dan MgO, dan dilanjutkan proses slarking guna membentuk Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 yang merupakan proses tambahan untuk memudahkan pemisahan magnesiun dan kalsium. Magnesium dipisahkan melalui pengendapan dalam bentuk magnesium hidroksida dari larutan kalsium klorida melalui proses leaching dengan laruutan HCL teknis. Tahap akhir dari proses ektraksi ini adalah proses pembakara magnesium hiroksida atau kalsinasi akhir pada temperatur 400℃ selama 0,5 jam dengan hasil akhir adalah magnesium oksida. Dalam penelitian ini telah dicoba untuk sejauh mana pengaruh proses slaking dalam menyediakan Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 terhadap optimalisasi proses leaching sehingga dapat dihasilkan endapan Mg(OH)2 yang lebih banyak. Variabel proses slaking yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah variabel waktu slaking, volume air slaking dan temperatur slaking. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya kenaikan waktu slaking akan meningkatkan perolehan persen berat magnesium hingga 90% untuk kenaikan waktu slaking dari 5 sampai dengan 20 menit, dan adanya kenaikan volume air slaking tidak berpengaruh terhadap besar perolehan persen magnesium, dimana dihasilkan rata-rata persen berat 71% sedangkan pengaruh temperatur slaking akan meningkatkan perolehan persen berat magnesium sampai dengan 80% untuk kondisi slaking tanpa pemanasan hingga pemanasan 100℃.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Rachmasari
Abstrak :
ABSTRAK
PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan fine chemical dari kapur (CaCO3) yang banyak digunakan dalam berbagai industri. Indonesia memiliki potensi bahan baku PCC yang melimpah yaitu dolomit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan PCC dari dolomit dengan menggunakan metode selective acid leaching dolomit menggunakan asam lemah tunggal dan kombinasinya. Dalam metode ini digunakan asam lemah sebagai pelarut karena asam lemah akan bereaksi secara selektif dengan ion Ca dan membentuk suatu ikatan yang lebih stabil. Asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam format, asam asetat, asam propanoat dan kombinasinya. Kondisi optimum leaching dengan asam format yang diperoleh adalah ukuran partikel dolomit 0,075 ? 0,149 mm, waktu kontak 60 menit, kecepatan pengadukan 5 rpm, rasio cairan padatan 5/1 dan suhu 45oC, konsentrasi optimum 0,1 M dengan %kemurnian Ca larut dan %yield sebesar 99,14% dan yield 4,5%. Pengkombinasian asam lemah menyebabkan selektifitas terhadap ion Ca menurun dibandingkan penggunaan asam tunggal. Data kinetika menunjukkan hambatan penentu laju reaksi selective acid leaching dolomit menggunakan asam format dikontrol oleh lapisan zat inert. Persamaan kinetika selective acid leaching dolomit pada kondisi optimum adalah (1-3((1-X)^(2/3))+(1-X))=2,0829x(10^-5)t
ABSTRACT
PCC (precipitated Calcium Carbonate) is a fine chemical of limestone (CaCO3) which is widely used in various industries. Indonesia has the potential of PCC abundant raw material which is dolomite. This study proposes to obtain PCC from dolomite by selective acid leaching of dolomite using single and combination of weak acid. In this method a weak acid used as a solvent because of the weak acid will react selectively with Ca ions and form a bond that is more stable. The acid used in this study is formic acid, acetic acid, propanoic acid and its combinations. The optimum leaching conditions with formic acid is obtained dolomite particle size of 0.075 to 0.149 mm, the contact time of 60 minutes, stirring speed 5 rpm, solid liquid ratio of 5/1 and a temperature of 45oC, the optimum concentration of 0.1 M with% purity soluble Ca and% a yield of 99.14% and a yield of 4.5%. The combination of a weak acid causes the ion selectivity of Ca decreased compared to the single acid use. Kinetics data showed the reaction rate limiting for selective acid leaching of dolomite using formic acid is controlled by diffusion through ash layer. Kinetic equation selective acid leaching of dolomite in optimum condition is (1-3((1-X)^(2/3))+(1-X))=2,0829x(10^-5)t
2016
T45607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Nur Aulia Afiff
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan CaCO3 murni (>98%) baik di dunia maupun di Indonesia terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini Indonesia mengimpor CaCO3 murni dalam jumlah yang cukup besar tiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia adalah batuan dolomit. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, perlu dilakukan kajian teknologi yang dapat diaplikasikan secara tepat dalam mengolah mineral dolomit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 dengan tingkat kemurnian yang tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi proses leaching yaitu berupa selective leaching dimana pada metode ini digunakan HCl dalam konsentrasi yang sangat rendah sehingga hanya ion Ca yang larut dalam HCl. Karakterisasi yang dilakukan meliputi komposisi dolomit dan produk CaCO3 menggunakan XRF dan metode penimbangan. Selective leaching dengan menggunakan HCl dilakukan pada variasi konsentrasi, waktu, rasio, dan kecepatan pengadukan. Kondisi optimum untuk menghasilkan CaCO3 dengan kemurnian diatas 98% didapat dengan menggunakan HCl 0.05M sebanyak 100mL selama 1 jam dan dilakukan tanpa pengadukan.
ABSTRACT
The needs of pure CaCO3 (>98%) both in the world and in Indonesia continues to increase every year. To meet this need, Indonesia imports CaCO3 in large quantities each year. This is very unfortunate because Indonesia has abundant natural resources, and one of them is dolomite. In an effort to increase the value of dolomites in Indonesia, it is necessary to study technologies that can be applied appropriately in processing the dolomites. This study aims to produce pure CaCO3 from dolomites in order to fulfill the needs in Indonesia. In this research, leaching process is modified into selective leaching. In this method, the concentrations of HCl that being used is very low that only Ca ion is dissolved in HCl. Characterization of dolomites composition is conducted by using XRF. Selective leaching using HCl performed at various concentrations, times, ratios, and stirring speeds. The optimum conditions to produse CaCO3 with a purity above 98% is obtained by using 100mL of 0.05M HCl for 1 hour and is done without stirring.
2015
S59778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Yustanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Febriana
Abstrak :
Indonesia mempunyai cadangan mineral berbasis karbonat terutama dolomit yang dapat diolah menjadi bentuk kalsium-magnesium oksida yang mempunyai bidang aplikasi yang sangat luas dan nilai jual yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu dipelajari karakteristik proses kalsinasi dolomit tersebut, terutama mekanisme proses pembentukan senyawa oksida, pengaruh temperatur, dan ukuran partikel terhadap laju reaksi dan energi aktivasinya. Proses kalsinasi dolomit menggunakan bahan baku dolomit dari daerah Lamongan. Kondisi operasi yang diteliti berkisar pada rentang suhu 700-1000oC dengan ukuran butiran 0,5/4, 4/8, 8/20, 20/45, 45/80, dan -80 mesh. Karakterisasi material yang akan dilakukan meliputi karakterisasi komposisi bahan menggunakan XRF dan struktur kristal mineral menggunakan XRD. Pada temperatur 700oC terjadi pembentukan CaCO3 dan MgO, sedangkan pada temperatur 800, 900, dan 1000oC hanya terjadi reaksi dekomposisi CaCO3 menjadi CaO. Kondisi optimum diperoleh pada kalsinasi dengan temperatur 900oC selama 5 jam dengan partikel berukuran 0,5/4 mesh. Dengan asumsi reaksi berorde satu (n = 1) diperoleh dua area nilai energi aktivasi. Pada temperatur 700-800oC Ea = 33 kkal/mol dan faktor frekuensi A = 2,03.1015/jam, sedangkan pada temperatur 800-1000oC Ea = 3,14 kkal/mol dan A = 20,6/jam. ......Indonesia has a carbonate-based mineral reserves, especially dolomite that can be processed into the form of calcium-magnesium oxide which has a very wide field of application and higher selling values. To obtain optimal results need to learn the characteristics of dolomite calcination process, especially the mechanism of the formation of oxide compounds, the effect of temperature, and particle size on reaction rate and activation energy. Dolomite calcination process using raw materials from local dolomite Lamongan. Operating conditions studied ranged in temperature range 700-1000oC with grain size 0.5/4, 4/8, 8/20, 20/45, 45/80, and -80 mesh. Characterization of material to be performed include the characterization of material composition using XRF and crystal structure of minerals using XRD. At temperatures 700°C the formation of CaCO3 and MgO, whereas at temperatures 800, 900, and 1000oC occurs only decomposition reaction of CaCO3 into CaO. The optimum conditions obtained in the calcination temperature 900oC for 5 hours with a particle size of 0.5/4 mesh. Assuming the reaction of order one (n = 1) obtained two areas of activation energy. At the temperature 700-800oC Ea = 33 kcal/mol and faktor frekuensi A = 2,03.1015/hour, but at the temperature 800-1000oC Ea = 3,14 kcal/mol and A = 20,6/hour.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S711
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library