Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elizabeth Novi Kusumaningrum
"Kuskus (Phalangerids) adalah marsupial endemik yang distribusinya di wilayah Indonesia Timur. Populasi kuskus di Indonesia cenderung menurun. Hal ini karena aktivitas manusia seperti penebangan pohon yang illegal, perburuan yang berlebihan dan perusakan habitat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi genetika cuscus berdasarkan pada gen subunit 1 sitokrom c oksidase dan melakukan analisis pohon filogeni. Gen sitokrom c oksidase subunit I dari DNA mitokondria dianalisis menggunakan PCR. Hasil sekuensing dianalisis menggunakan MEGA 7. Rekonstruksi pohon filogenetik dibuat menggunakan metode Neighbor-joining sedangkan analisis jarak genetik menggunakan metode Kimura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel cuscus dari pulau Halmahera berada satu clade dengan Phalanger sp. dan sampel dari Pulau Seram berada satu clade dengan Spilocuscus sp. Cuscus (Phalanger ornatus) adalah salah satu marsupial endemik yang dilindungi oleh pemerintah. Di Indonesia, habitat P.ornatus ditemukan di hutan primer dan sekunder di Pulau Halmahera. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik habitat, jenis pakan, dan pohon sarang P.ornatus di Pulau Halmahera. Penelitian ini dilakukan 2 bulan dari Mei hingga Juni 2016. Karakteristik habitat diidentifikasi menggunakan analisis vegetasi, sedangkan jenis pakan dan spesies pohon sarang diidentifikasi dengan pengamatan langsung dan tidak langsung. Indeks nilai penting tingkat pohon tertinggi, Ficus sp. dan Dracontomelon dao. Pada habitat P.ornatus, terdapat 42 spesies tanaman yang dimanfaatkan oleh P.ornatus. Persentase tertinggi bagian tanaman yang dimakan oleh P.ornatus, berturut-turut adalah buah (55,36%) dan daun muda (35,72%), bunga (7,14%), dan pucuk (1,79%). Hampir semua pohon yang digunakan sebagai tempat bersarang oleh P.ornatus juga merupakan pohon yang menjadi pakan. Pohon yang menjadi sarang P.ornatus terdiri atas 9 spesies, yaitu Buchanania arborescens, Barringtonia asiatica, Palaquium obovatum, Dracontomelon dao, Cocos nucifera, Ficus sp., Ficus virens, dan Pandanus sp. Komunitas suku Tobelo Dalam yang tinggal di desa Saolat, distrik Wasile Selatan memiliki kebiasaan melakukan aktivitas perburuan hewan di hutan-hutan sekitar desa, termasuk perburuan kuskus untuk tujuan penjualan dan konsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan tradisional masyarakat Tobelo Dalam di desa Saolat dalam menerapkan sistem pemanfaatan dan pengetahuan konservasi lokal terhadap kuskus. Penelitian ini dianalisis dengan metode kualitatif menggunakan teknik survei eksploratif, wawancara, dan pengisian kuesioner. Penelitian ini menggunakan 4 informan kunci (3 pria, 1 wanita) dan 50 responden dewasa (25 pria dan 25 wanita). Hasil kuesioner menunjukkan bahwa skor rata-rata pengetahuan dasar tentang karakteristik kehidupan kuskus, yang diperoleh oleh responden laki-laki adalah 9,93 dan responden perempuan adalah 6,42, sedangkan untuk pengetahuan konservasi kuskus, skor rata-rata yang diperoleh oleh responden laki-laki adalah 18 dan responden wanita 10.77. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki laki-laki tentang kuskus lebih dari pengetahuan perempuan. Komunitas suku Tobelo Dalam berburu kuskus untuk empat tujuan yang berbeda, yaitu, untuk upacara tradisional, obat tradisional, masakan, dan menjualnya untuk mendapatkan lebih banyak pendapatan untuk mendukung ekonomi keluarga.

Cuscuses (Phalangerids) are the endemic marsupial distributed in eastern Indonesia. Population cuscus in Indonesia is decrease. It due to current human activities such as land use changes, excessive hunting and habitat destruction lead to a declining population of cuscus. The aim of this study was to identify the genetics of cuscus based on the cytochrome c oxidase subunit 1 gene and phylogeny tree analysis. The cytochrome c oxidase subunit I gene of mitochondrial DNA was analyzed using PCR. Genetic analysis results were analyzed using MEGA 7. Reconstruction of phylogenetic trees used the Neighbor-joining method while pairwise distance analysis used Kimura method. The results showed that cuscuses samples from Halmahera island are shown one clade with Phalanger sp. and from Seram Island is one clade with Spilocuscus sp. Cuscus (Phalanger ornatus) is one of the endemic protected marsupials. In Indonesia, the ornatus cuscus habitats found in primary and secondary forests on Halmahera Island. This study aims to identify habitat characteristics, types of feed, and nest trees on Halmahera Island. This research was conducted 2 months from May to June 2016. Characteristics of habitat were identified using vegetation analysis, while feed types and nest tree species were identified by direct and indirect observations. The highest tree-level important value index, Ficus sp. and Dracontomelon dao. In the cuscus ornatus habitat, are 42 species of plants which are recorded cuscus ornatus. The highest percentage of plant parts eaten by cuscus ornatus is fruit (55,36%) and young leaves (35,72%), flowers (7,14%), and shoots (1,79%) respectivelly. Almost all the trees used as nesting places by cuscus ornatus is also feed trees, which consist of 8 species, namely Buchanania arborescens, Barringtonia asiatica, Palaquium obovatum, Dracontomelon dao, Cocos nucifera, Ficus sp., Ficus virens, and Pandanus sp. The Tobelo Dalam tribal community who live in Saolat village, district South Wasile provokes the high activity of animal poaching in forests around the village, including cuscus hunting for both sale and consumption purposes. The study aimed to describe the traditional knowledge of Tobelo Dalam people in Saolat village in applying the systems of utilization and local conservation knowledge towards cuscus. This study was analyzed by the qualitative method with explorative survey technique, interview, and completing questionnaires. This study used 4 key informants (3 males, 1 female) and 50 adult respondents (25 males and 25 females). The questionnaire results showed that the average score of basic knowledge about the life characteristics of cuscus, obtained by male respondents was 9,93 and female respondents were 6,42, whereas for knowledge of cuscus conservation, the average score obtained by male respondents was 18 and female respondents 10,77. This indicates that the knowledge that male have about cuscus is more than that of female. The community of Tobelo Dalam tribe hunts cuscus for four different purposes, i.e., for traditional ceremonies, traditional medicine, cuisine, and sell it for more income to support the economy of family."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Asri Wiodwati
"Pelacakan keabsahan pelabelan pada produk filet ikan dan olahan ikan penting bagi keberlanjutan konservasi spesies dan keamanan konsumen. Identifikasi produk filet ikan dan olahannya sulit dilakukan saat menggunakan pendekatan morfologi atau konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan pelabelan pada produk filet ikan dan olahannya di Jabodetabek dengan menggunakan Full DNA Barcoding dan Mini DNA Barcoding, serta membandingkan efektivitas kedua metode tersebut. Metode DNA barcoding memungkinkan identifikasi spesies ikan dengan menggunakan urutan nukleotida yang khas dari genom mitokondria pada bagian Sitokrom C Oksidase subunit 1 (COI). Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah full DNA barcoding dan mini DNA barcoding. Sebanyak 113 dari 116 sampel produk ikan dan olahan ikan yang dikumpulkan dari daerah Jabodetabek berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies dengan menggunakan metode DNA Barcoding. Hasil identifikasi spesies dengan DNA Barcoding dan uji keabsahan menunjukkan 69% sampel memiliki label spesies yang tepat, 6% sampel memiliki label spesies yang tidak sesuai, 22% sampel tidak memiliki label spesies, dan 3% sampel tidak berhasil diidentifikasi. Jumlah keberhasilan amplifikasi mini DNA barcoding 3% lebih tinggi dibandingkan full DNA barcoding.

Tracking the validity of labeling on fish fillet and processed fish products is one of the key issues in the sustainability of species conservation and food safety. It is difficult to identify fish fillet products and their processed products when using a conventional or morphological approach. This study aims to determine whether or not there is a labeling error in fish fillets and processed products in Jabodetabek using Full DNA Barcoding and Mini DNA Barcoding, and to compare the effectiveness of the two methods. The DNA barcoding method allows the identification of fish species using the typical nucleotide sequences of the mitochondrial genome in the Cytochrome C Oxidase subunit 1 (COI) section. The methods used in this research are full-length DNA barcoding and mini-length DNA barcoding. The result shows that 113 of 116 samples collected from the Jabodetabek area were identified to the species level. The results of species identification using Barcoding DNA and validity tests showed that 69% of samples had proper species labels, 6% of samples had inappropriate species labels, 22% of samples did not have species labels, and 3% of samples were not identified. The number of successful amplification of mini DNA barcoding is 3% higher than that of full DNA barcoding."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Destila Bayu Intan
"Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi spesies dan distribusi larva udang mantis di Teluk Banten selama bulan Oktober 2013--November 2013. Penelitian bertujuan untuk mengukur efektivitas aplikasi DNA barcoding dalam identifikasi larva udang mantis dan mempelajari pola distribusinya di Teluk Banten. Larva udang mantis sebanyak 138 individu dikoleksi dengan menggunakan jaring larva dengan besar mulut 30x30 cm2 dan besar jaring sebesar 500 μm dari 6 stasiun penelitian. Daerah COI sebagai penanda DNA barcoding efektif dapat digunakan untuk identifikasi larva udang mantis dengan variasi intraspesies sekuen COI berkisar antara 0,7--2,4%. Distribusi larva udang mantis berpusat di Stasiun 4 yang ditandai dengan tingginya kelimpahan larva udang mantis pada lokasi tersebut (P<0,005; ANOSIM). Ordinasi NMDS dan klusterisasi berdasarkan jarak Bray-Curtis menunjukkan distribusi larva udang mantis dipengaruhi oleh kondisi perairanTeluk Banten. Faktor lingkungan yang memengaruhi kelimpahan larva udang mantis adalah suhu, salinitas dan kecerahan dengan nilai R2 adjusted sebesar 94,5% (P<0,05). Distribusi, kelimpahan, dan komposisi larva udnag mantis di Teluk Banten juga dipengaruhi oleh pola perilaku larva (vertical migration) dan arah arus yang memengaruhi perairan Teluk Banten. Distribusi kelimpahan larva pada lokasi penelitian selama bulan Oktober--November 2013 bergerak kearah barat Teluk Banten.

Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10 minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to 2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten water.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dein Iftitah
"Penelitian keragaman genetik udang mantis di Perairan Pelabuhan ratu dan Cirebon telah dilakukan pada bulan Februari ndash; November 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik udang mantis di perairan Pelabuhan ratu dan Cirebon. Identifikasi udang mantis menggunakan karakter morfologi dan DNA barcoding dengan menggunakan Cytochrome oksidase sub unit I COI . Analisis karakter morfologi menggunakan software PAST v.3.14 Paleontological Statistics dengan metode cluster. Rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan software MEGA 6 dengan metode Neighbour Joining berdasarkan model Tamura-3 paramater dengan bootstrap 1000 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stomatopoda yang ditemukan dari lokasi pengambilan sampel terdiri atas Harpiosquilla harpax, Oratosquilla oratoria, Oratosquillina gravieri dan Harpiosquilla annandalei. Rata-rata kelimpahan larva Stomatopoda di perairan Cirebon pada stasiun I, II, III dan IV masing-masing 0,047; 0,018; 0,003 dan 0,003 ind/m3sedangkan larva di perairan Pelabuhan ratu hanya ditemukan di stasiun IV sebanyak 0,003 ind/m3. Hasil dendogram karakter morfometrik terdiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok H. harpax Cirebon - H.harpax Pelabuhan ratu , kelompok O. oratoria-H. annandalei, dan kelompok O. gravieri. Kesamaan pada kelompok H. harpax dari Cirebon dan Pelabuhan ratu sebesar 94,5 sedangkan H. annandalei ndash; O.oratoria sebesar 92,5 . Hasil rekonstruksi filogenetik yang dibentuk berdasarkan sekuen yang sudah dicocokkan pada Gene bank yaitu terdiri atas 2 genus yaitu Harpiosquilla dan Oratosquilla.

The study of genetic diversity mantis shrimp in the Pelabuhan Ratu and Cirebon waters was conducted in February November 2016. This study aimed to determine the genetic diversity of the mantis shrimp in the Pelabuhan Ratu and Cirebon waters. Mantis shrimp was identified using morphological characters and DNA barcoding used Cytochrome Oxidase subunit I COI . Analysis character morphological were done using PAST software v.3.14 Paleontological Statistics cluster method. Reconstruction of the phylogenetic tree used MEGA software 6 with Neighbour Joining method based on the model of Tamura 3 parameters by bootstrapping 1000 times. The results showed that stomatopods found from sampling sites consist of Harpiosquilla harpax, Oratosquilla oratoria, Oratosquillina gravieri and Harpiosquilla annandalei. The average abundance of larvae stomatopoda were found in Cirebon waters at station I, II, III and IV 0,047 0,018 0.003 and 0.003 ind m3, respectively, while in the Pelabuhan ratu water fourth station were found as much as 0,003 ind m3. Dendogram of morphometric character consists of three groups, namely H. harpax Cirebon H. harpax Pelabuhan ratu , O. Oratoria H. annandalei group, and the group O. gravieri. Similarities were found H.harpax group of Cirebon and Pelabuhan Ratu as much as 94.5 while H. annandalei O. oratoria was 92.5 . The results of phylogenetic reconstruction were formed by sequences that have been matched in the Gene bank which consists of two genera, Harpiosquilla and Oratosquilla.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Hamidah
"Penelitian mengenai keanekaragaman lobster air tawar di Kabupaten Sorong Selatan, Maybrat, dan Jayawijaya dilakukan pada bulan Agustus 2016. Penelitian bertujuan untuk melihat keanekaragaman lobster air tawar melalui analisis morfometrik dan DNA Barcoding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik A1-D6 dari ke empat lokasi pengambilan sampel terdapat perbedaan yang signifikan p.

Research on the Research on the diversity of freshwater crayfish in Sorong Selatan Regency, Maybrat, and Jayawijaya conducted in August 2016. The study aims to see the diversity of freshwater crayfish through morphometric analysis and DNA Barcoding. These results indicate that the A1 D6 characteristics of all four sampling sites there are significant differences p
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Zulistiana
"ABSTRAK
Gallus gallus domesticus atau yang dikenal sebagai ayam kampung merupakan hasil domestikasi dari jenis ayam hutan merah Gallus gallus gallus. Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Pulau Madura yang memiliki peternakan ayam ketawa hasil domestifikasi dari Kabupaten Sidrap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman ayam ketawa dan solusi pemuliaan ayam ketawa untuk mempertahankan sumber daya hayati, oleh karena itu dilakukan penelitian ayam ketawa berdasarkan analisis bioakustik, morfometrik, dan DNA barcoding. Sampel ayam ketawa yang berasal dari Kecamatan Kamal mempunyai rata-rata durasi kokok terpanjang yaitu 6,00 3,0 detik dan rata-rata jumlah suku kata terbanyak berasal dari ayam ketawa Kecamatan Socah yaitu 7,20 5,80. Hasil analisis morfometrik seluruh populasi ayam ketawa di Kabupaten Bangkalan terdapat delapan karakter morfologi yang berbeda signifikan antara populasi ayam ketawa di Kecamatan Kamal dan Kecamatan Burneh yaitu bobot badan, panjang femur, panjang shank, lingkar shank, panjang sayap, tinggi jengger, panjang jari ketiga, dan panjang tulang dada, sedangkan empat karakter morfologi berbeda signifikan antara populasi ayam ketawa di Kecamatan kamal dan Kecamatan Socah yaitu panjang shank, panjang sayap, panjang jari ketiga, dan panjang tulang dada, serta tiga karakter morfologi berbeda signifikan antar individu di Kecamatan Burneh dan Kecamatan Socah yaitu bobot badan, panjang femur, dan lingkar shank. Adanya perbedaan nilai signifikan karakter morfologi antar populasi disebabkan oleh faktor eksternal. Hasil nilai bootstrap tinggi yaitu 1000, sedangkan pada nilai bootstrap terkecil yaitu 382. Jarak genetik sebagai dasar rekonstruksi pohon filogeni yang dihasilkan dari populasi ayam ketawa di Kabupaten Bangkalan yaitu berkisar antara 0,025--1,872. Analisis molekuler melalui teknik DNA Barcoding dengan Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1 COI dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies ayam ketawa di Kabupaten Bangkalan G. g. domesticus dan persebarannya.

ABSTRACT
Gallus gallus domesticus or known as native chicken became domesticated from wild junglefowls Gallus gallus gallus. Bangkalan District is one of the districts located in Madura Island which has breeding domesticated chicken from Sidrap District. The purpose of this research is to know the diversity of ketawa chicken and ketawa chicken Breeding solution to preserve the biological resources, therefore the research of ketawa chicken ketawa is done based on bioacoustic, morphometric, and DNA barcoding analysis. Ketawa chicken samples from Kamal Subdistrict had the longest duration of crowing length of 6.00 3.0 seconds and the average number of syllables ketawa chicken was mostly from Socah Subdistrict of 7.20 5.80. Result of morphometric analysis of whole population of ketawa chicken in Bangkalan District there are eight morphological characters significantly different between ketawa chicken population in Kamal Subdistrict and Burneh Subdistrict are body weight, femur length, shank length, shank circumference, wing length, height of comb, third finger length, and chest length, where as four morphological characters were significantly different between ketawa chicken population in Kamal Subdistrict and Socah Subdistrict, are shank length, wing length, finger length, and chest length, and three significantly different morphological characters between individuals in Burneh Subdistrict and Socah Subdistrict namely body weight, femur length, and shank circumference. The existence of significant difference of morphological character between population is caused by external factor. The result of high bootstrap value is 1000, while at the smallest bootstrap value is 382. Genetic distance as the basis of phylogenetic tree reconstruction resulting from ketawa chicken population in Bangkalan District is ranged from 0,025 1,872. Molecular analysis through DNA Barcoding technique with Cytochrome Oxidase Sub Unit 1 COI Genes can be used to identify Ketawa chicken species in Bangkalan District G. g. domesticus and their distribution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Rosalia
"Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari famili Cichlidae dan genus Oreochromis yang memiliki bentuk adaptasi serta tingkat toleransi yang tinggi terhadap kondisi habitatnya, misalnya pada tingkat salinitas yang tinggi. Danau Laut Mati Oemasapoka di Perairan Pulau Rote merupakan salah satu danau air asin yang menjadi habitat ikan mujair. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kekerabatan spesies ikan mujair yang diperoleh dari Danau Laut Mati Oemasapoka dengan ikan mujair dari danau air tawar, Danau Ledulu yang berada pada perairan yang sama dengan melakukan identifikasi molekuler menggunakan metode DNA barcoding dengan gen CO1. Tahapan DNA barcoding terdiri atas ekstraksi DNA, amplifikasi gen CO1 melalui reaksi PCR, dan sekuensing. Hasil penelitian menunjukkan gen CO1 mampu mengidentifikasi bahwa ikan mujair yang hidup di danau air asin, Danau Laut Mati Oemasapoka merupakan jenis spesies yang sama dengan ikan mujair yang hidup di danau air tawar, Danau Ledulu dengan persentase kemiripan sebesar 99,53—100%. Rekonstruksi pohon filogenetik yang dibentuk dengan metode Maximum Likelihood, model evolusi Kimura 2-Parameter, dan uji bootstrap 1000x menunjukkan bahwa ikan mujair dari Danau Laut Mati Oemasapoka dan Danau Ledulu berada dalam satu klade yang sama dengan jarak genetik sebesar 0,000—0,004. Analisis keragaman haplotipe dari ikan mujair yang diperoleh dari Danau Laut Mati Oemasapoka dan Danau Ledulu terdapat satu haplotipe dengan nilai keragaman sebesar 0,0824. Rendahnya nilai keragaman haplotipe tersebut dapat disebabkan karena ikan mujair Danau Laut Mati Oemasapoka dan Danau Ledulu memiliki tingkat migrasi yang rendah.

Tilapia fish (Oreochromis mossambicus) is one type of freshwater fish from the family Cichlidae and genus Oreochromis which has a form of adaptation and a high level of tolerance to habitat conditions, for example at high salinity levels. Dead Sea Lake Oemasapoka, Rote Island is one of the saltwater lakes that is a habitat for tilapia fish. This study was conducted to determine the relationship between tilapia species obtained from Dead Sea Lake Oemasapoka and tilapia fish from freshwater lake, Lake Ledulu which are in the same waters by conducting molecular identification using DNA barcoding method with CO1 gene. The DNA barcoding stages consist of DNA extraction, CO1 gene amplification through PCR reactions, and sequencing. The results of this study indicate that the CO1 gene is able to identify that tilapia fish that live in saltwater lakes, Dead Sea Lake Oemasapoka are the same species as tilapia fish that live in freshwater lakes, Lake Ledulu with a similar percentage of 99,53-100%. Reconstruction of the phylogenetic tree using the Maximum Likelihood method Kimura 2-Parameter evolution model, and 1000x bootstrap test showed that tilapia fish from Dead Sea Lake Oemasapoka and Lake Ledulu were in the same clade with a genetic distance of 0.000-0.004. Analysis of haplotype diversity of tilapia fish obtained from Dead Sea Lake Oemasapoka and Lake Ledulu there is one haplotype with a diversity value of 0.0824. The low value of this haplotype diversity can be caused by a low migration rate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipih Suningsih Effendi
"Ayam ketawa yang juga disebut ayam gaga adalah salah satu ayam hias lokal yang berasal dari Sidrap Sidenreng - Rappang , Sulawesi Selatan. Ayam ketawa memiliki lagu berkokok unik, seperti manusia tertawa. Ayam ketawa yang memiliki pendek dan lambat lagu berkokok bernama tipe lambat, sementara memiliki panjang dan cepat lagu berkokok disebut tipe dangdut. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Sidrap, Sulawesi Selatan sebagai tempat galur murni ayam ketawa, terdiri atas lima daerah yaitu Kanie, Bullo, Macege, Rappang, dan Sidenreng. Lokasi kedua yaitu Kebayoran Lama, Jakarta sebagai daerah distribusi ayam ketawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki sumberdaya genetik ayam ketawa berdasarkan berat badan, bioakustik, dan panjang tulang leher. Dua puluh satu sampel tipe lambat dan delapan sampel tipe dangdut dikumpulkan masing-masing berdasarkan lokasi penyebarannya. Suara kokok data bioakustik tercatat dan dianalisis dengan Cool Edit Pro 2 software Portable. Korelasi antara data bioakustik dan panjang tulang leher atau berat badan dilakukan menggunakan SPSS versi 22 . Menurut uji korelasi Pearson, ada korelasi positif r = 0,7 antara berat badan dan durasi kokok ayam tipe dangdut dari peternakan Sidrap. Korelasi tertinggi sebesar r = 0,9 diperoleh ayam ketawa tipe lambat dari peternakan Jakarta antara panjang tulang leher dan durasi kokok. Rataan durasi suara kokok ayam ketawa tertinggi dihasilkan oleh ayam ketawa tipe dangdut yaitu sebesar 3,89 0,08 berasal dari peternakan Sidrap. Distribusi situs polimorfik sekuens, Cytochrome c Oxidase Subunit-I COI mitokondria yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu pada urutan basa 701?800 sebesar 50 . Hasil rekonstruksi topologi pohon filogenetik menunjukkan bahwa ayam ketawa Bullo dari peternakan Sidrap masih kerabat dekat dengan ayam ketawa di peternakan Kebayoran Lama, Jakarta dengan nilai bootstrap 89,7 . Nilai boostrap tertinggi diperoleh sebesar 96 . Nilai boostrap menjadi tolak ukur penentu tingkat kepercayaan pohon filogeni, hal tersebut menunjukkan bahwa ayam ketawa Bullo berkerabat dekat dengan ayam ketawa Sidenreng dari peternakan Sidrap.

Ketawa chicken well known as ldquo ayam ketawa rdquo belongs to local ornamental chickens originating from Sidrap Sidenreng Rappang , South Sulawesi. Ketawa chicken has unique crowing likes human laughing. Ketawa chicken with long and fast crowing is categorized to dangdut type, while the short and slow crowing is categorized to slow type. This study was conducted at two locations. The first one as is located in Sidrap region of South Sulawesi, consists of five areas, namely Kanie, Bullo, Macege, Rappang, and Sidenreng as origin laocation of pure strain of ketawa chicken. The second location is Kebayoran Lama Jakarta where ketawa chicken is raised outside the place of origin. The objective of present study is to investigate the biodiversity of ketawa chicken based on bioacoustics, body weight, and neck bone length. Twenty one samples of slow type and eight samples of dangdut type from different location are collected. The crowing sound bioacoustics data was recorded and analyzed by Cool Edit Pro Portable 2 software. The correlation between bioacoustics either with the neck bone length or with the body weight was analyzed by SPSS version 22 . According to Pearson correlation test, there were positive correlation between body weight and crowing duration of dangdut type of ketawa chicken from Sidrap. The highest correlation was obtained to 0.9 r 0.9 between the neck bone length and the crowing duration for ketawa chicken slow type from Jakarta. The highest noise duration of 3.89 0.08 was resulted from dangdut type from Sidrap. Cytochrome c Oxidase Subunit I mitochondria resulted from this research, was located at 701 800 base pair by 50 . The phylogenetic tree topology reconstruction revealed that ketawa chickens Bullo from Sidrap showed close relation with their counterparts from Kebayoran Lama, Jakarta at bootstrap of 89.7 . The highest boostrap value was 96 that indicates gaga chicken Bullo was closely related to ketawa chickens Sidenreng, Sidrap. Boostrap value is a barometer in determining the level of confidence of phylogeny tree.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T49715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Dewi Sriyani
"ABSTRAK
Penelitian mengenai keragaman ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon, Weber 1907 telah dilakukan dari bulan Agustus 2016 -- April 2017. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis keragaman morfologi ikan gabus sentani Oxyeleotris heterodon dengan metode truss morfometrik dan keragaman genetik dengan DNA barcoding. Sampel ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon sebanyak 56 individu ditangkap dengan menggunakan jaring insang dari tiga stasiun penelitian yaitu Kampung Ifar, Kampung Putali dan Kampung Sosiri. Metode truss morfometrik dilakukan dengan mengukur 26 karakter pada tubuh sampel yang diamati, sedangkan metode DNA Barcoding dilakukan dengan menggunakan Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1. Hasil yang diperoleh memperlihatkan nilai korelasi tertinggi terdapat pada karakter B2 dan D5, dengan nilai korelasi sebesar 0,963, sedangkan nilai korelasi terendah terdapat pada karakter A1 dan A4 dengan nilai korelasi sebesar 0,278. Nilai koefisiensi keragaman setiap karakter morfometrik sebesar 31 . Semua variabel berbeda secara signifikan antar setiap lokasi semua variabel memiliki p-value < 0,05 . Terbentuk tiga kelompok/kluster dari analisis morfometrik. Gen Cytochrome C Oxidase Sub Unit 1 COX 1 digunakan sebagai penanda. Daerah penanda Cytochrome Oxidase Sub Unit 1 menghasilkan fragmen DNA berukuran 650 bp. Hasil rekonstruksi pohon filogeni menghasilkan membentuk dua kelompok/kluster. Truss morfometrik dan DNA Barcoding dapat digunakan dalam mengidentifikasi keragaman ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon di Kampung Ifar, Kampung Putali dan Kampung Sosiri.

ABSTRACT
Research on the diversity of gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon, Weber 1907 was conducted from August 2016 to April 2017. The aims of this study to identify and analyze the morphological diversity of gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon by morphometric truss method and genetic diversity by DNA Barcoding. Gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon samples of 56 individuals were caught by gill net from three research stations that is Ifar Village, Putali Village and Sosiri Village. The morphometric truss method was performed by measuring 26 characters in the sample body observed, while the DNA Barcoding method was performed using Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1. The results obtained showed the highest correlation values were in the characters B2 and D5, with a correlation value of 0.963. While the lowest correlation value is on the characters A1 and A4 with a correlation value of 0.278. The coefficient value of each morphometric characteristic is 31 . All variables differ significantly between each location all variables have p value "
2017
T48078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library