Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hastha Sunardi
Abstrak :
Pesatnya pertumbuhan beban dan terbatasnya sumber dana untuk biaya pengembangan, merupakan suatu kendala dalam pengembangan jaringan distribusi daya listrik. Disisi lain penyedia daya dituntut untuk tetap menjaga mutu dan keandalan, sehingga untuk mencari solusi yang tepat tidaklah sederhana.Untuk mendapatkan perencanaan yang optimal dalam pengembangan sistem distribusi daya listrik, maka dibuat suatu model yang bertujuan untuk minimalisasi biaya pengembangan jaringan dengan cara minimalisasi biaya total dan biaya rugi-rugi tahunan penyulang melalui pemilihan optimal tipe konduktor. Model ini bersifat iteratif, yang melinierisasi fungsi biaya terhadap daya yang talc tinier menjadi tinier, dengan simulasi aliran daya yang diperoleh melalui proses pembebanan awal pada pusat-pusat beban dari jaringan yang direncanakan, sehingga pendekatan ini penulis namakan Pendekatan Model Pembebanan. Untuk uji validitas dari model yang dibuat, diambil suatu kasus jaringan distribusi radial yang ada di Kotamadya Palembang , yakni Penyulang Kedondong. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa prosentase jatuh tegangan dari Penyulang Kedondong sebesar 2,154 % yang berarti masih dibawah batas yang ditetapkan, yakni sebesar 5 %. Dibandingkan dengan cara konvensional, hasil yang diperoleh dengan cara optimalisasi memiliki kelebihan yang mendasar, yakni diperolehnya hubungan kesetaraan besarnya daya yang mengalir pada setiap cabang dengan pemilihan ukuran konduktor. Sedangkan pada kasus sistem yang diambil hubungan tersebut tidak didapatkan. Ini membuktikan bahwa cara optimalisasi dapat memperkecil biaya rugi-rugi daya tahunan pada jaringan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
A visualization of information system for electrici distribution network(case study of Denpasar city) is an SIG based information system using spatial and non spatial data model. ....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Werdiningsih
Abstrak :
Salah satu strategi pemasaran dalam usaha retail adalah memperluas jaringan layanannya yaitu dengan membuka layanan di beberapa wilayah yang dianggap potensial. Dengan sistem Depot-Outlet, maka retail dapat melakukan penyebaran jaringan layanan dengan lebih luas, efisien dan terintegrasi. Dalam retail, biaya stok dan distribusi adalah komponen utama dalam menentukan harga jual, Dengan kuantiti stok dan jaringan distribusi yang optimal diharapkan dapat menekan biaya stok dan distribusi. Pengiriman secara periodik adalah pengiriman stok dari depot ke outlet dalam waktu dan kuantiti replenishment tertentu dengan frekuensi yang telah ditetapkan. Besarnya kuantiti harus sesuai dengan demand yang ada, baik itu berdasarkan order tertinggi ataupun kapasitas maksimal. Jaringan distribusi yang optimal adalah jaringan distribusi yang mempertimbangkan jumlah biaya, jumlah armada yang diperlukan dan utiliti armada yang dapat menekan biaya distribusi stok depot-outlet. Strategi jaringan distribusi juga bisa dilakukan dengan zonifikasi outlet berdasarkan wilayah jaringan jalan dan pengurutan rute (route sequencing) untuk meminimalkan armada. Dengan kombinasi kuantiti yang ditetapkan dan ROUTER sebagai alat bantu untuk mendapatkan jaringan jalan yang optimal, didapatkan bahwa untuk replenishment ke order tertinggi, skenario optimal adalah skenario dengan frekuensi ABA sequence, yaitu kombinasi frekuensi pengiriman 3x, 4x dan 5x dari total kuantiti 378.8 m3 dengan pengurutan rute dengan waktu replenishment selama 5 hari. Total biaya distribusi sebesar Rp 26.849.103,- dengan biaya per unit adalah Rp 70.898 1 m3. Frekuensi armada yang diperlukan per harinya adalah 4 unit untuk hari 1-3 dan 2 unit untuk hari 4 dan 5. Sedangkan untuk replenishment ke kapasitas maksimal skenario dengan frekuensi BC sequence, yaitu kombinasi frekuensi pengiriman 4x dan 5x dan kuantiti sebesar 416.7 m3 dengan pengurutan rute merupakan skenario paling optimal dengan waktu replenishment selama 5 hari. Total biaya sebesar Rp 30.540.955,- dengan biaya per unit adalah Rp 74.499 m3. Frekuensi armada yang diperlukan per harinya adalah 3 unit untuk hari 1-4 dan 2 unit untuk hari 5.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T11487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tono Suhartono
Abstrak :
Globalisasi membawa dampak positif dan negatif yang salah satu dampak negatifnya adalah meningkatkan tindak kejahatan narkoba khususnya perdagangan gelap dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika khususnya ekstasi. Hal itu juga akibat meningkatnya faktor supplay dan juga faktor demand yang dipengaruhi dengan perubahan sosial pada masyarakat khususnya di tempat hiburan malam. Secara umum tempat hiburan malam tidak terlepas dari minuman beralkohol, perempuan penghibur serta obat-obat terlarang. Penelitian ini dilakukan di tempat hiburan "XYZ" Jakarta Barat sebagai salah satu tempat hiburan malam yang cukup terkenal di Jakarta yang dianggap para pengunjungnya sebagai tempat yang aman untuk mengkonsumsi ekstasi. Masalah-masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana peredaran ekstasi di tempat tersebut, interaksi-interaksi sosial masing-masing kelompok yang terkait dalam peredaran dan penggunaan ekstasi serta faktor-faktor yang mendukung kuatnya jaringan peredaran ekstasi di tempat itu. Penelitian ini menggunakan metodologi etnografi dengan pendekatan deskriptif, menggambarkan keadaan obyek penelitian secara sistematis faktual dan akurat dimana peneliti kerja langsung sebagai tamu di tempat hiburan "XYZ". Tempat hiburan "XYZ" menyediakan jenis hiburan karaoke, diskotik serta bar, restoran dan mesin ketangkasan mickey mouse dikelola oleh PT. Graha Hayam Wuruk Rekreasi dengan 335 orang karyawan, beroperasi mulai jam 19.00 WIB kecuali untuk diskotik jam 21.00 WIB sampai jaam 03.00 WIB walau sering sampai jam 6-7 pagi hari, ini berlangsung peredaran gelap dan pemakaian ekstasi yang dikoordinir oleh Ujang dengan nama sandi "BARANG". Hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan dibantu informan kunci yang terdiri dari tukang parkir, karyawan, tamu, pemakai, Kapolsek Tamansari, kanit narkoba Polres Metro Jakarta Barat dan kanit narkoba Polda Metro Jaya menunjukkan bahwa pengedar ekstasi yang diperbolehkan pemilik hanya kelompok Ujang yang keseluruhannya WNI keturunan Cina. Di samping itu para tamu dan konsumen juga mayoritas warga etnis Cina. Jenis ekstasi yang beredar sangat tergantung pada supplay yang datang dari Alex dengan jumlah peredaran mencapai 200-300 butir untuk malam biasa dan 600-750 butir untuk malam sabtu dan malam minggu. Berlangsungnya peredaran dan penggunaan ekstasi di tempat hiburan "XYZ", ini tidak terlepas dari campur tangan pemilik tempat Rusan yang sangat disegani dan ditakuti karyawan, dimana sangat dekat kepada oknum aparat baik pemerintah maunpun kepolisian dengan selalu dan terus memberikan dukungan dana termasuk kepada wartawan, tokoh masyarakat setempat. Hal ini melemahkan petugas untuk mengambil tindakan disamping rapinya peredaran serta lokasi yang kondusif turut mendukung amannya tempat hiburan "XYZ" sebagai peredaran ekstasi. Peredaran ekstasi ini membentuk jaringan hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) antara pemakai, pengedar, pemilik tempat dan aparat. Pada sisi lain peredaran ekstasi ini membentuk patron klien dimana pemilik menjadi pelindung bagi pengedar dan pemakai. Hal ini terlihat saat penangkapan Atung anggota pengedar di depan restoran, perkaranya tidak diteruskan dan tersangka Atung dilepaskan karena pemilik telah melakukan kontak dengan pejabat kepolisian tingkat atas. Dengan adanya peredaran dan penyalahgunaan ekstasi, maka tempat hiburan "XYZ" menjadi ramai pengunjungnya yang dengan sendirinya memberikan keuntungan yang besar bagi pemilik. Hal tersebut juga membuat jaringan peredaran ekstasi ini mengarah kepada kejahatan terorganisir (Organized Crime).
2001
T8333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Prayogo
Abstrak :
Setelah program konversi minyak tanah ke LPG, Pemerintah melanjutkan program diversifikasi energi dengan memanfaatkan gas bumi yang tersedia di dalam negeri untuk kepentingan rumah tangga. Pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar rumah tangga saat ini terkendala dengan mahalnya biaya infrastruktur jaringan pipa, sehingga ketika ditawarkan kepada pihak swasta, tidak ada yang tertarik untuk mengembangkannya. Sebagai utilitas publik sudah seharusnya pemerintah ikut campur dan melibatkan diri dalam penyediaannya melalui konsep Public Service Obligation (PSO). Persoalannya, sebandingkah manfaat yang akan diperoleh dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk investasi, pemeliharaan untuk pemeliharaan jaringan dan keberlanjutan pengelolaannya. Atas dasar itulah, maka tesis ini mengambil pokok bahasan kajian kelayakan pembangunan jaringan gas bumi untuk Rumah Tangga pada Rumah Susun Tambora Jakarta Barat sebagai studi kasus. Analisis dimulai dengan melihat potensi demand dengan metode survei. Selanjutnya manfaat dan biaya dihitung yang menjadi dasar analisis manfaat biaya (Cost Benefit Analysis) dengan menggunakan Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR) serta WACC dengan tiga (3) skenario dan tiga (3) simulasi volume pemakaian. Skenario pertama adalah jaringan gas oleh pihak swasta. Skenario 1 pada simulasi volume pemakaian 23m3/bulan/RT dihasilkan layak investasi karena karena BCR > 1, nilai NPV yang positif, dan nilai IRR-nya di atas nilai WACC 11%. Strategi dengan Skenario 2 dimana jaringan gas dibangun pemerintah dinilai layak pada tingkat pemakaian di semua simulasi pemakaian (12 m3/bulan, 16 m3/bulan, dan 23 m3/bulan). Skenario 3 menunjukkan 1) jika pemakaian rata-rata hanya mencapai 12 m3/bulan, maka harga gas bumi minimal adalah Rp5357,61 atau diperlukan pelanggan sejumlah 2.629 unit; 2) jika pemakaian mencapai 16 m3/bulan, maka harga gas bumi minimal adalah Rp. 4.254,51 atau diperlukan pelanggan sejumlah 1.879 unit; dan 3) jika pemakaian dapat mencapai 23 m3/bulan, maka harga gas bumi minimal adalah Rp3.073,54 atau diperlukan pelanggan sejumlah 1.220 unit.
Following the kerosene-to-LPG conversion program, the Government is continuing its energy diversification program by utilizing natural gas available domestically for household purposes. Utilization of natural gas for household fuel is currently constrained by the high cost of pipeline infrastructure, thus when offered to the private sector, no one is interested to develop it. As a public utility the government should intervene and involve itself in its provision through the concept of Public Service Obligation (PSO). The problem is, will the benefits obtained bigger than the cost to be spent on investment, maintenance for network maintenance and sustainability of its management. On this basis, this thesis takes the subject of the study of the feasibility of developing natural gas network for Households in Tambora Flats of West Jakarta as a case study. The analysis begins by looking at potential demand with survey methods. Further benefits and costs are calculated on the basis of cost benefit analysis using Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), and Internal Rate of Return (IRR) and WACC with three (3) scenarios and Three (3) simulated usage volume. The first scenario is a private gas network. Scenario 1 on the simulated usage volume of 23m3 / month / RT is eligible for investment because of BCR> 1, positive NPV value, and IRR value above WACC value 11%. Strategy with Scenario 2 where the government built gas network is feasible at the usage level in all simulation usage (12 m3 / month, 16 m3 / month, and 23 m3 / month). Scenario 3 shows 1) if the average usage reaches only 12 m3 / month, then the minimum gas price is Rp5357,61 or required by 2,629 units of subscribers; 2) if the usage reaches 16 m3 / month, the minimum gas price is Rp. 4,254,51 or subscribers required of 1,879 units; And 3) if usage reaches 23 m3 / month, the minimum gas price is Rp3,073,54 or 1,220 subscribers required.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T55455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Maulia
Abstrak :
Pola spasial bangkitan perjalanan siswa SMA terbentuk secara alamiah. Namun, setelah munculnya Keputusan Kepala Dinas Pendidikan No.229 Tahun 2015 tentang zonasi sekolah, bangkitan perjalanan pelajar berdasarkan lokasi tempat tinggal siswa cenderung bergeser. Studi ini mengangkat tingkat efektifitas peraturan yang diberlakukan terhadap distribusi bangkitan perjalanan pelajar secara spasial. Metode yang digunakan mencakup Network Analysis dan crosstab. Melalui Network analysis tampak wilayah jangkauan layanan sekolah terhadap tempat tinggal siswa. Melalui Crosstab tampak frekuensi pola perjalanan siswa di masing-masing wilayah jangkauan layanan sekolah. ......Spatial pattern of high school students rsquo is naturally formed. However, after the decree of The Head of The Provincial Education Board No.229 Year 2015 about school zoning system, the trip generation from home based school regulations tends to change. This study highlights the level of effectiveness of the regulation to students trip distribution spatially. The methods applied are network analysis and cross tabulation. By Network analysis, it appears the region of school service area to student rsquo s residence. By cross tabulation, it appears the frequency of student travel patterns in each region.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T52098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Andara Putri
Abstrak :
Industri minyak dan gas bumi di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada tahun 2018 Pemerintah sebagai wakil dari negara mengambil andil mengatur sektor ini dengan menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indoneisa Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Gas Bumi Pada Kegiatan Usaha Hillir Minyak dan Gas Bumi. Permen ini mengatur kegiatan usaha gas bumi yang meliputi usaha pengangkutan gas bumi, kegiatan usaha niaga gas bumi, dan kegiatan usaha penyimpanan gas bumi. Terkait kegiatan usaha gas bumi melalui pipa pada ruas transmisi, permen ini mengatur bahwa kegiatan usaha pengangkutan gas bumi melalui pipa pada ruas transmisi hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) badan usaha serta konsumen gas bumi pada Wilayah Niaga Tertentu (WNT) yang wilayahnya sama dengan Wilayah Jaringan Distribusi (WJD) hanya dapat dipasok oleh 1 (satu) badan usaha pemegang izin usaha niaga minyak dan gas bumi sesuai dengan pasal 14 ayat (7). Pengaturan 1 (satu) Badan Usaha dalam satu Ruas Transmisi dan Wilayah Jaringan Distribusi pada suatu Wilayah Niaga Tertentu, mengarah kepada praktek monopoli yang menciptakan persaingan usaha tidak sehat. Pada akhirnya, Penulis memiliki kesimpulan yaitu pengaturan terkait pengusahaan migas dalam Permen ESDM No. 4/2018 dapat mengarah kepada praktek monopoli, serta pelaksanaan berdasarkan Permen ESDM No. 4/2018 tidak dapat dikecualikan sesuai UU No. 5/1999 karena hanya bersifat peraturan pelaksana dan tidak mendapatkan pendelegasian dari peraturan diatasnya. Selain itu, perlu pembuatan payung hukum yang lebih tinggi seperti Undang-Undang untuk memenuhi asas kepastian hukum di sektor ini.
Oil and gas industry in Indonesia has a vital role in Indonesia for economic development. In 2018 government regulate oil and gas sector by issued Regulation of Ministry of Energy and Mineral Resources No. 4/2018 about Natural Gas Business On Downstream Oil And Gas Business Activities. This regulation control natural gas business which includes natural gas transportation, natural gas trading, and natural gas storage. In related to natural gas business through the pipe on Transmission Segment, this regulation obliges that there is only 1 (one) licensed business entity that could operate and natural gas consumers in Certain Commercial Areas whose territory is the same as the Distribution Network Area can only be supplied by 1 (one) licensed business entity according to article 14 paragraph 7. This limitation can lead to monopolistic that endorsed unfair business competition. Eventually, Author has a conclusion that Regulation of Ministry of Energy and Mineral Resources No. 4/2018 about Natural Gas Business On Downstream Oil And Gas Business Activities could lead to unfair business competition, and its implementation cannot be concluded by Law No. 5/1999 about Antitrust. Because Regulation of Ministry of Energy and Mineral Resources No. 4/2018 only a subordinate legislation and doesnt have a direct delegation from Law No.5/1999. Beside of that, it is essential to have higher legislation to fulfilled legal certainty on this sector.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Alexander Lamba
Abstrak :
PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 mengalami kehilangan air sebesar 15,39% pada bulan oktober 2014. Untuk meningkatkan pelayanan distribusi air bersih, diperlukan sebuah langkah pengoptimalan kinerja jaringan distribusi berupa pemeriksaan kecepatan aliran air dalam pipa dan tekanan pada setiap junction pada jaringan distribusi. Adapun kriteria desain yang menjadi acuan dalam mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi yaitu kecepatan dalam pipa tidak boleh kurang dari 0,15 m/dt dan tidak boleh lebih dari 1,5 m/dt serta tekanan air yang ideal adalah tidak kurang dari 10 m dan tidak lebih dari 80 m. Hasil evaluasi dari penelitian ini menemukan permasalahan kecepatan aliran air dalam pipa, yaitu terdapat kecepatan aliran air yang nilainya dibawah 0,15 m/dt dan diatas 1,5 m/dt. Sedangkan nilai tekanan pada setiap junction telah memenuhi kriteria desain, dengan nilai tekanan yang terendah sebesar 26,55 m dan nilai tekanan yang tertinggi sebesar 61,84 m. Hasil evaluasi ini menjadi bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi air bersih dengan menggunakan aplikasi EPANET 2.0 dan WaterGEMS. Pengoptimalan kinerja jaringan distribusi dilakukan dengan cara mengganti diameter dan material pipa. Setelah dilakukan 4 penggantian pipa yang diameternya diperbesar dan 9 penggantian pipa yang diameternya diperkecil.
PDAM Tirta Kahuripan service branch 2 experienced water loss by 15.39% in October 2014. In order to improve the water distribution services, needed a distribution network performance optimization step of the examination of water in the pipe flow velocity and pressure at every junction in the distribution network. The criteria for the reference design in optimizing the performance of the distribution network that the speed in the pipe should not be less than 0.15 m / s and should not be more than 1.5 m / s and the ideal water pressure is not less than 10 m and not more of 80 m. Results of the evaluation of the study found the problem of water flow velocity in the pipe, which contained water flow velocity value is less than 0.15 m / s and above 1.5 m / s. While the value of pressure at each junction has met the design criteria, the lowest pressure value amounted 26.55 m and the highest pressure value amounted to 61.84 m. The results of this evaluation into consideration in optimizing the performance of water distribution networks using EPANET 2.0 and WaterGEMS application. Distribution network performance optimization is done by replacing the pipe diameter and material. After 4 replacement pipe whose diameter is enlarged and 9 replacement pipe whose diameter is reduced.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Made Wahyu Wiraduta
Abstrak :
ABSTRAK
Spare part merupakan komponen yang esensial yang menunjang perangkat utama, ketika perangkat utama mengalami kerusakan, maka ketersediaan spare part merupakan hal yang sangat krusial. Sebagai contoh spare part dalam bisnis telekomunikasi dimana perangkat telekomunikasi memiliki batasan down time yang di hitung dalam jam, sehingga kebutuhan spare part harus di supply dalam waktu jam. Untuk memenuhi kriteria ini dengan biaya yang optimal, optimasi dalam proses distribusinya sangat diperlukan. Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang optimasi jaringan distribusi, namun kecenderungan mengarah pada perpindahan materialnya tanpa mempertimbangkan lokasi-lokasi pendukung dari distribusi, atau lebih sering diteliti secara terpisah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendesain jaringan distribusi ang optimal dengan mengoptimalkan perpindahan material dan juga mempertimbankan lokasi-lokasi pendukungnya.
ABSTRACT
Spare part is an essential component that support the main equipment once it down and become an outage once the spare part is not available. With that case the spare part availability become an important point. In some cases of business, the down time of the main equipment is crucial. For example, in the Telecommunication business where the down time tolerance calculated in hours, which is impact in delivery time. To achieve the service level requirement at the appropriate cost, optimization is required. In other research, to achieve the required service level at appropriate cost, optimization mostly considering only material movement cost or transportation cost where building right facility in the location is also very important to ensure the spare parts are delivered on time to the demand location. But building the facility location in demand area will take a huge cost of logistics, without proper planning and understanding demand location. This study aims to design an optimal distribution network by considering not only the material movement cost but also the demand location, facility location, and facility cost
2019
T54252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Eka Wibisono
Abstrak :
[Kegiatan usaha di bidang ketenagalistrikan tidak akan terlepas dari value chain aktivitas ketenagalistrikan yang dimulai dari pembangkitan, transmisi, distribusi sampai dengan ritel. Dalam siklus aktivitas ketenagalistrikan tersebut, selalu timbul adanya susut energi listrik akibat dari selisih antara jumlah energi listrik yang diproduksi dengan jumlah energi listrik yang dicatat sebagai penjualan kepada pelanggan. PT PLN (Persero) sebagai BUMN di bidang ketenagalistrikan, sejak Desember 2007 telah memiliki kebijakan perusahaan dalam rangka pengendalian susut jaringan distribusi yang dituangkan dalam buku berjudul Pedoman Peta Kegiatan dan Identifikasi Proses Bisnis Distribusi. Karya akhir ini meneliti bagaimana upaya pengendalian susut energi listrik pada jaringan distribusi yang dilakukan di PT PLN (Persero) area distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, dampaknya terhadap subsidi listrik Pemerintah pada PT PLN (Persero). Faktanya, aktivitas pengendalian susut energi listrik pada jaringan distribusi dibagi menjadi aktivitas pengendalian karena penyebab faktor teknis dan faktor non teknis.;Electricty business value chain consist of power generation activities, transmission and distribution network activities, and retail activities. Usually energy losses happen, due to the calculation gap between electricity produced by power plants and recorded as sales to the customer. Since December 2007, regarding to the Board of Director Decree, PT PLN (Persero) has developed corporate policy to control energy losses, particularly energy losses on distribution network. This thesis examines what are the efforts conducted by PT PLN (Persero) distribution area Jakarta Raya and Tangerang and how effective they were to control energy losses on distribution network and also its impact to the electricity subsidy provided by the government. In fact, the activities to control the losses divided into technical factors and non technical factors.;Electricty business value chain consist of power generation activities, transmission and distribution network activities, and retail activities. Usually energy losses happen, due to the calculation gap between electricity produced by power plants and recorded as sales to the customer. Since December 2007, regarding to the Board of Director Decree, PT PLN (Persero) has developed corporate policy to control energy losses, particularly energy losses on distribution network. This thesis examines what are the efforts conducted by PT PLN (Persero) distribution area Jakarta Raya and Tangerang and how effective they were to control energy losses on distribution network and also its impact to the electricity subsidy provided by the government. In fact, the activities to control the losses divided into technical factors and non technical factors., Electricty business value chain consist of power generation activities, transmission and distribution network activities, and retail activities. Usually energy losses happen, due to the calculation gap between electricity produced by power plants and recorded as sales to the customer. Since December 2007, regarding to the Board of Director Decree, PT PLN (Persero) has developed corporate policy to control energy losses, particularly energy losses on distribution network. This thesis examines what are the efforts conducted by PT PLN (Persero) distribution area Jakarta Raya and Tangerang and how effective they were to control energy losses on distribution network and also its impact to the electricity subsidy provided by the government. In fact, the activities to control the losses divided into technical factors and non technical factors.]
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>