Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasnani
Abstrak :
Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena dapat menyebabkan kecacatan. Pada tahun 2001 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai prevalensi kusta 1,8110.000 penduduk, dengan jumlah penderita terdaftar sebanyak 704 penderita yang meliputi tipe Pausibasiler (P13) berjumlah 135 penderita dan tipe Multibasiler (MB) berjumlah 569 penderita, dengan carat tingkat II 12,0%. Kecacatan kusta merupakan problem besar dan serius terhadap ekonomi, sosial dan mempunyai konsekuensi terhadap psikologis penderita dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacatan pada penderita kusta. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 528 orang yang tersebar di sembilan Kabupaten/Kota yang belum mencapai eliminasi (PR > 1110,000), sampel dalam penelitian ini adalah penderita yang mempunyai kartu dan mendapat pengobatan Multi Drug Therapy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian cacat tingkat II sebesar 28.4%, umur yang banyak dijumpai diatas 14 tahun yaitu sebesar 93.4% dan untuk tipe penyakit banyak dijumpai tipe MB sebesar 82.6%. Berdasarkan analisis multivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan kejadian kecacatan adaiah kelompok umur dengan OR=4.981 (95% Cl 1.132-21.919), lama sakit dengan OR-3.211 (95% CI 1.954 -5.275), status imunisasi BCG dengan OR-2.046 (95% CI I.128-3.710), tipe penyakit dengan OR-1992 (95% CI 1.1.070-3.707) dan riwayat keteraturan berobat dengan OR=2.595 (95% CI I.295-5.202). Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Puskesmas/petugas agar lebih meningkatkan pada penemuan penderita, pendekatan khusus terhadap tipe MB dengan cacat tingkat I dan II, dapat memotivasi penderita untuk minum obat teratur dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan bila tidak berobat teratur. Bagi pengelola program imunisasi untuk meningkatkan cakupannya. Untuk bidang pendidikan guru perlu diberikan pengetahuan tentang kusta dan pencegahan cacat bagi guru UKS sebagai penanggungjawab disekolah. Diharapkan ada penelitian lanjutan dengan rancangan yang berbeda.
Leprosy is considered a health problems in Indonesia, because it could result to physical handicap. In 2001 in the province of Nanggroe Aceh Darussalam, the prevalence of leprosy was 1,8110.000 population. The registered victim numbers were 704 people. They included Pausibasiler (PB), which were 135 sufferers, Multibasiler (MB) were 569 sufferers, with level II of physically handicapped was 12.0%. Physical defect due to leprosy was a main and serious problem to the economic, social, and has consequency to the sufferers' physichology and their family. This research aimed to know factors related to physical defect in the leprosy sufferer in the province of Nanggroe Aceh Darussalam. The research design used was cross sectional where the number of samples were 528 people that spread in nine districts/cities that didn't reach elimination (PR > 1110.000), samples were the victims that had card and received treatment of Multi Drug Therapy. The result of the study showed that the second degree handicap is 28.4%. The average age of the sufferer was 14 as much 93.4%. The most types of the disease found were MB as much 82.6%. The result of multivariate analysis showed that the variables related to the physical defect were: age group with OR=4.981 (95% CI 1,132-21.919), sickness period with OR=3.211 (95% CI 1.954-5.275), BCG immunization status with OR=2.045 (95% CI 1.128-3.710), type of disease with OR=1.9992 (95% CI 1.1.070-3.707) and history of regular medicine taking with OR-2.595 (955 CI 1.295-5.202). According to the result of the study, it is suggested to Public Health Centers/Personnel to increase the findings of sufferers, to make special approach to MB category with level of physically handicap of level I and II, to motivate sufferers to take medicine regularly and explain the effects due to medicine irregular having. To the coordinator of immunization, it is to increase the coverage of immunization. It is necessary to provide knowledge about leprosy and physically handicap for the teacher of health school efforts (UKS) as the health coordinator at schools. It is expected to carry out further studies in the same topic with different designs.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alan Sigit Fibrianto
Abstrak :
Abstrak
Penelitian ini mengangkat mengenai industri jasa yang dibangun dan digerakkan oleh masyarakat difabel secara mandiri dan berfokus pada proses hubungan industrial pada perusahaan industri jasa ojek difabel yaitu Difa City Tour dan Transport (DCTT), dan dianalisis menggunakan perspektif teori Bourdieu dan patron-klien. Tujuan penelitian adalah untuk menggali mengenai karakteristik, hubungan pimpinan dan karyawan, serta praktik sosial yang terbentuk dari kelompok difabel pada perusahaan DCTT dalam Proses Hubungan Industrial. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus tunggal dengan triangulasi sumber sebagai validitas data, serta menekankan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mendasari terbentuknya habitus para difabel di DCTT: 1) Budaya Kompetitif, 2) Faktor Ketenagakerjaan, 3) Latar belakang kehidupan, 4) Ketimpangan Sosial, 5) Peluang Kerja, 6) Konstruksi masyarakat terhadap penyandang difabilitas, 7) Beragamnya jenis kedifabilitasan para penyandang difabel, 8) Kreativitas (ide/gagasan), 9) Support Stakeholders, 10) Hasrat untuk merubah hidup menjadi lebih baik. Modal penyandang difabilitas fisik di dalam DCTT sangat kuat, yang pertama memang karena mereka termasuk difabel dengan kategori ringan, modal sosial yang terbentuk kuat (adanya jaringan/ relasi, trust, resiprositas), modal ekonomi kuat (sponsor relasi dari jaringan pengusaha, anggota yang solid dalam proses industri, ketersediaan perlengkapan), modal budaya kuat (hadirnya modal intelektual yang progresif dalam melihat dan mengeksekusi setiap peluang, pembuatan aplikasi difaBike, promosi di media lokal maupun nasional melalui media televisi maupun radio), modal simbolik kuat (yang paling terlihat adalah kendaraan modifikasi yang unik, pengendara yang merupakan penyandang difabilitas fisik, simbol (logo sebagai branding) dan atribut (jaket, stiker pada armada DCTT, pamflet sebagai media promosi) sebagai pembentukkan identitas). Arena penyandang difabel menjadi tempat pertaruhan modal dan digunakan untuk mempertahankan status dan kedudukan DCTT di tengah-tengah masyarakat Kota Yogyakarta, di mana pertarungan dalam memperebutkan modal terjadi dalam 3 ranah yaitu, ranah industri, ranah sosial dan ranah kerja. Praktik sosial penyandang difabilitas fisik mewujud dalam kegiatan yang mereka lakukan dalam proses hubungan industrial DCTT di Yogyakarta. DCTT menjadi sebuah wadah pemberdayaan bagi kalangan difabilitas di Yogyakarta, Indonesia. Mereka bergerak secara independen, dari, oleh dan untuk masyarakat difabel.
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2018
360 UI-MIPKS 42:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Zaenal Hakim
Abstrak :
Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pemberdayaan penyandang cacat melalui Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), yang dilaksanakan dikelurahan Dago kecamatan Coblong kota Bandung. Sebagai wujud dari keterlibatan masyarakat dan pamerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat, program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) bagi penyandang cacat ini telah membina penyandang cacat melalui keberadaan kader RBM dalam melakukan pembinaan pembinaan dan rehabilitasi menyangkut rehabilitasi medis, pendidikan, keterampilan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat dalam keluarga dan masyarakat. Untuk melihat hasil yang telah dicapai penyandang cacat melalui program RBM ini, maka peneliti mencoba menelusuri pelaksanaan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat bagi penyandang cacat tersebut. Tipe penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu bermaksud untuk membuat penggambaran (deskriptif) tentang pemberdayaan penyandang cacat melalui Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM). Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif karena bertujuan untuk memahami dan menafsirkan proses pelaksanaan pemberdayaan penyandang cacat melalui RBM Sesuai dengan katakteristik dari penelitian kualitatif, digunakan pendekatan studi kasus melalui pengumpulan serangkaian informasi yang luas, secara lebih mendalam, dan lebih mendetail terhadap beberapa kasus pelaksanaan pemberdayaan penyandang cacat yang telah dipilih. Untuk mendapatkan informasi tersebut, dalam penelitian ini dilaksanakan wawancara mendalam, pengamatan dan studi dokw-nentasi yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif, ditafsirkan dan diimplementasikan terhadap data tersebut serta ditarik implikasi teoritiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyandang cacat memiliki latar beiakang kecacatan baik disebabkan sejak lahir maupun diluar kelahiran sebagai akibat dari kecelakaan, menderita penyakit, dan karena permasalahan kehidupan keluarga yang dihadapi. Penyandang cacat mengalami kondisi ketidakberdayaan baik secara internal maupun eksternal. Keluarga yang anggotanya mengalami kecacatan, mengalami situasi kesedihan dan duka cita yang mendalam, perasaan pasrah dan menerima kecacatan yang dihadapi tanpa ada upaya perubahan, kurang memberikan perhatian, serta kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap kecacatan. Dalam pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan, tingkat kemandirian yang dicapai penyandang cacat sesuai dengan 23 kriteria kemandirian belum dapat memberikan kemampuan dan keberdayaan penyandang cacat secara penuh, menyangkut kemampuannya dalam pilihan personal dan kesempatan hidup, pemenuhan kebutuhan, pengungkapan gagasan, ide, pemanfaatan sumber, aktifitas ekonorni, serta reproduksi, Kemampuan Kader RBM dalam mendeteksi kecacatan belum mencakup kemampuan dalam mendeteksi kecacatan meliputi aspek medis, pendidikan, keterampilan dan aspek sosial. Masyarakat pada akhirnya belum secara aktif terlibat secara penuh dalam program RBM. Kurang tercapainya tujuan program RBM diatas, didasari atas proses pelaksanaan pemberdayaan yang lebih didominasi oleh Kader RBM, sehingga peran penyandang cacat, keluarga dan masyarakat tidak nampak dalam proses ini. Berbagai upaya perubahan dan perbaikan perlu dilakukan, khususpya dalam upaya meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan kemampuan Kader RBM. Kader harus diberikan kemampuan dan keterampilan yang luas terutama menyangkut deteksi kecacatan secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan dalam perannya sebagai educator, fasilitator, representator dan tehnikal, serta pencapaian kemandirian dan kemampuan penyandang cacat secara penuh. Proses pemberdayaan yang dilakukan harus diarahkan pada penampilan peran yang seimbang dan terpadu antara Kader RBM, penyandang cacat, keluarga dan masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wimala Tiastrinindita Purwa
Abstrak :
Penelitian ini merupakan suatu penelitian untuk melihat tingkat depresi pada penyandang carat fisik. Untuk melihat tingkat depresi penelitian ini menggunakan Beck Depression Inventory. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat fisik yang tinggal di Panti Sasana Bina Daksa Budhi Bakti di Cipayung & Pondok Bambu serta penyandang cacat fisik yang tinggal di Yayasan Sinar Pelangi di Jati Kramat, Pondok Gede. Subyek yang menjadi sample penelitian adalah penyandang cacat fisik yang berusia 17 hingga 40 tahun (N = 44). Uji validitas BDI adalah menggunakan validitas kriteria di mana item yang ada dalam BDI mengacu pada kriteria depresi yang disebutkan di dalam DSM IV. Hasil uji analisis data menunjukkan skala BDI memiliki koefisien alpha Cronbach sebesar 0.797. Koefisien korelasi bergerak antara 0,0352 hingga 0,6105. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi dari subyek penelitian. Jumlah subyek yang diwawancara adalah sebanyak enam orang, dua orang merupakan subyek yang tergolong dalam kategori faking good, dua orang merupakan subyek yang tergolong depresi ringan dan dua orang yang tergolong dalam kategori depresi berat.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasuki
Abstrak :
Pembangunan kesejahteraan sosial terhadap penyandang cacat (tubuh) dewasa ini telah banyak yang berhasil mengangkat harkat dan martabat sebahagian penduduk miskin dan rentan, khususnya bagi penyandang cacat Pembangunan itu dilaksanakan melalui program rehabilitasi vokasional baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada lembaga sosial atau panti-panti sosial penyandang cacat. Upaya tersebut merupakan perjuangan untuk mewujudkan memperoleh hak yang sama dalam mendapatkan pekerjaan guna memperbaiki kesejahteraan dan kondisi kehidupan para penyandang cacat. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Jepang (IMCA) membangun Pusat Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (PRVBD) di Cibinong Bogor. Pusat ini merupakan salah satu lembaga di bawah Departemen Sosial RI yang melaksanakan program pemberdayaan para penyandang cacat berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tujuan utama PRVBD adalah meningkatkan sumber daya manusia penyandang cacat di bidang keahlian maupun keterampilan dalam bidang tertentu seperti : elektronik, penjahitan, percetakan, komputer dan meta/ work. Kegiatan evatuasi program rehabilitasi vokasional dalam pemberdayaan pelayanan dimaksudkan untuk mempelajari dan mendalami perencanaan strategis dan pelaksanaan manajemen kinerja, dalam upaya penyaluran pendayagunaan tenaga kerja penyandang cacat di masyarakat. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauh mana keberhasilan kinerja pemberdayaan yang telah banyak dilakukan oleh lembaga pelayanan sosial dapat dimonitor. Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui beberapa cara antara lain dengan membandingkan rencana strategis dan rencana operasional dengan kenyataan yang terjadi. Berbagai indikator mengenai rencana strategis dan program ditentukan untuk mengukur kinerja agar dapat diketahui tingkat perkembangan maupun kemajuannya. Analisis SWOT dikerjakan untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan lembaga dalam mernanfaatkan peluang, dan kesempatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan dengan mengurangi ancamannya. Untuk melengkapi informasi juga dilaksanakan wawancarai, diskusi, dan observasi terhadap kinerja PRVBD. Berdasarkan hasil kajian di lapangan diperoleh fakta bahwa posisi pelayanan sebagai petaksana kegiatan program rehabilitasi vokasional menunjukkan lancarnya pelaksanaan bimbingan dan keterampilan, dapat menyerap pengetahuan dan dapat mengembangkan kualitas diri secara integritas dengan kinerja, serta sistematis dalam proses pemberdayaan. Prinsipnya terietak pada faktor kekuatan dan hambatan diri dalam proses pemberdayaan itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran pendayagunaan tenaga lokal selama empat angkatan pada umumnya dapat ditempatkan dalam pasar tenaga kerja. Pada akhir pembahasan pelaksanaan hasil evaluasi program rehabilitasi vokasional bina daksa, untuk kegiatan tidak lanjut bagi arah perkembangan lembaga pelayanan sosial penyadang cacat di masa depan, dapat di rumuskan formulasi strategi kebijaksanaan berupa penetapan dari beberapa rekomendasi bagi kegiatan kinerja pelayanan. Penetapan kebijakan ini akan menjadi pola acuan pelaksanaan program dalam mencapai keberhasilan menghadapi masa depan organisasi, antara lain sebagai berikut : 1. Mendukung tersedianya peluang pasar tenaga kerja kelayan berdasarkan kompetensi manajemen. 2. Meningkatkan strategi manajemen organisasi dalam resosialisasi penyaluran penempatan tenaga kerja kelayan. 3. Meningkatkan soslalisasi program PRVBD terhadap Iembagal instansi/ perusahaan dalam upaya mengatasi kompetisi tenaga kerja di masyarakat. 4. Memperkuat kompetensi staff dan manajemen dalam mengantisipasi pengaruh giobalisasi. 5. Meningkatkan kemampuan kinerja kerjasama guna memanfaatkan UU Penyandang cacat dan PP UPKS Penyandang carat terhadap peluang pasar tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan. 6. Meningkatkan kepedulian program pemberdayaan penyandang cacat tubuh kepada perusahaan-perusahaan. 7. Meningkatkan kerjasama inter/ antar Iembagal perusahaan di dukung staf dan perlengkapan saranal prasarana kantor.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T1326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library