Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Asmara
"ABSTRAK
Penulisan skripsi ini, selain merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, diharapkan pula dapat memberikan gambaran kepada pembaca me_ngenai tokoh Hong Xiuquan dan peranannya dalam pemberontakan Taiping (1850-1864). Dalam membahas skripsi ini, penulis mengguna_kan pendekatan yang bersifat deskriptif analistis dengan metode penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari buku-buku yang berisikan tentang masalah.tersebut. Hasil penelitian dari sumber bacaan tersebut di atas, penulis rangkaikan menjadi suatu karangan yang membahas studi sejarah Cina. Dalam tulisan penulis menitik beratkan pada Peranan Hong Xiuquan Dalam Pemberontakan Taiping...

"
Lengkap +
1986
S12961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidyawati
"Dalam kesusasteraan Cina modern, Su Manshu dikenal sebagai seorang sasterawan yang juga aktif sebagai salah seorang revolusioner pada akhir dinasti Qing. Sebagai .seorang pujangga, salah satu kelebihannya yang sangat menarik perhatian saya adalah pada kemampuannya untuk mengekspresikan perasaannya secara spontan sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi sepanjang hidupnya.Saya bermaksud untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai kehidupannya dan juga mengenai sajak-sajaknya secara lebih mendalam.Saya mendapatkan bahwa sudah banyak sarjana atau para cendekiawan dari Inggeris (Henry McAlley 1960), Jerman (Von Rottanscher 1947), serta sarjana Asia dari Cina sendiri (Liu Wu-chi 1968) yang menulis mengenai tokoh Su Manshu ini, namun sepengetahuan saya, belum banyak sarjana dari Indone_sia, atau bahkan mungkin belum ada yang secara khusus menu_liskannya. Hal ini juga yang lebih mendorong saya untuk me_ngambil. Su Manshu tokoh utama dari skripsi ini. Skripsi ini mencoba untuk memberikan gambaran secukupnya mengenai kehidupan Su-Manshu dan beberapa sajak hasil tulisannya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S13031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Christine
"Ci Xi adalah seorang wanita yang ambisius. Ia adalah seorang wanita yang berasal dari kalangan bang_sawan rendah yang bisa mencapai suatu kedudukan ter_tinggi di dalam masa dinasti Qing, dinasti terakhir di Cina. Dalam seluruh kehidupannya, ia berupaya untuk dapat meraih kedudukan yang diinginkannya. Setelah berhasil memperolehnya, ia berusaha mempertahankannya dengan segala cara. Di Cina, bagi suku bangsa Han ju_ga suku bangsa Man, yaitu suku bangsa darimana Ci Xi berasal, seorang wanita tidak mempunyai arti di dalam kehidupan masyarakatnya. Tetapi sebaliknya, Ci Xi ber_hasil menguasai negara yang besar itu. Faktor--faktor inilah yang kemudian menarik minat penulis untuk meng_ambilnya sebagai topik skripsi.Lingkup penelitian Walaupun sebelumnya sudah ada skripsi mengenai Ci Xi5, tetapi skripsi to rse but hanyalah membahas ten-tang peranan Ci Xi di dalam pemerintahan dan politik..."
Lengkap +
1986
S12966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Rahayu Saptari Dewi
"Dalam budaya Cina, puisi seringkali dikaitkan dengan lukisan. Lukisan dan puisi menjadi bagian karya seni dan sastra yang banyak dihasilkan oleh seniman Cina, khususnya pada masa kedinastian. Keduanya tidak jarang ditemukan secara bersamaan, karena dalam karya lukis Cina klasik dapat ditemui guratan aksara berbentuk puisi. Pada awal masa Dinasti Qing (1644-1912), salah satu seniman yang menghasilkan karya lukis dengan guratan puisi didalamnya ialah Shi Tao (石涛). Meskipun demikian, tidak banyak referensi lukisan-lukisan klasik Shitao yang dapat ditemukan. Akan tetapi, penelitian ini berhasil memperoleh beberapa referensi lukisannya melalui pencarian pustaka di perpustakaan, bahkan melalui koleksi buku di kelenteng. Dari tiga lukisan karya Shitao yang diperoleh, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna puisi yang terdapat dalam beberapa lukisan karya Shi Tao serta bagaimana Shi Tao merepresentasikan karya seni dengan gaya lukis impresionismenya.

In Chinese culture, poetry is often associated with painting. Paintings and poems are part of works of art and literature that are produced by many Chinese artists, especially in the days of certainty. Both are not uncommon to be found simultaneously, because in classical Chinese painting we can find stylized characters in the form of poetry. At the beginning of the Qing Dynasty (1644-1912), one of the artists who produced paintings with poetry strokes in it was Shi Tao (石涛). However, there are not many references to Shitaos classic paintings that can be found. Nevertheless, this study succeeded in obtaining several references to his paintings through library searches in the library, even through book collections in temples. From the three paintings by Shitao obtained, this study aims to determine the meaning of poetry that contained in several paintings by Shi Tao as well as how Shi Tao represented his impressionistic artwork."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Agustin Putri
"Perdagangan adalah kegiatan penting yang stabilitasnya dipengaruhi oleh komoditas yang diperjual-belikan. Sejak masuknya teh Cina ke Inggris,dibawa oleh pedagang Belanda ke Eropa, teh Cina perlahan menjadi komoditas yang sangat penting di Inggris. Karena kondisi sosial dan ekonomi di Inggris serta kebijakan perdagangan Tiongkok, teh Cina menjadi komoditas yang sangat diminati Inggris yang juga menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi permintaan teh masyarakatnya. Kerajaan Inggris pun mulai mencari cara untuk mempertahankan perdagangan teh dengan menanam opium di India dalam jumlah besar dan menjual opium tersebut ke Tiongkok. Penggunaan opium di Tiongkok kemudian perlahan memengaruhi masyarakat dan juga pemerintah kedinastian secara negatif. Dampak negatif ini memaksa Tiongkok, yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Qing, untuk mencoba berbagai cara untuk menghentikan perdagangan opium yang pada akhirnya memicu peperangan antara Tiongkok dan Inggris. Penelitian ini menganalisis sejauh mana teh Cina memengaruhi terjadinya Perang Opium I di Tiongkok (1839-1842). Maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apa yang disebut dengan teh Cina, bagaimana proses masuk dan berkembangnya teh di Inggris, serta sampai sejauh mana pengaruh teh Cina terhadap pecahnya Perang Opium I di Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh Cina memang memengaruhi terjadinya Perang Opium I. Penulis menggunakan metode kualitatif dan mengolah data dengan teknik deskriptif analisis serta pendekatan historis.

Trade is an important activity whose stability is affected by the traded goods. Since Chinese tea was introduced to the English market, brought by the Dutch to Europe, it has slowly established itself as an important commodity in England. Due to social and economic condition in England and the Chinese governments` trading policy, tea became a highly sought after commodity for England which was facing some difficulties to fulfil its` people demand for tea. The English government then began to look for ways to maintain tea trade with the Chinese by planting opium in India in massive quantity and selling it to them. The use of opium then slowly affects parts of the Chinese society and imperial government in a negative sense. This negative impact forced China, which was then ruled by the Qing Dynasty, tried various ways to stop the opium trades which at the end ignited a war between China and England. This study tries to analyze how deeply Chinese tea affects the Opium War I in China (1839-1842). The purpose of this study is to understand what is classified as Chinese tea, how it entered and developed in England, and analyze to what extent it affects the Opium War I in China. This study shows that Chinese tea did help incite the Opium War I. Methods used in this study includes qualitative methods, descriptive analysis techniques in data processing, and analysis through a historical approach."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Delvin Emilio
"Kebijakan Baru Akhir Dinasti Qing 清末新政Qīngmò Xīnzhèng atau disingkat sebagai Kebijakan Baru adalah serangkaian pembaharuan yang dilakukan oleh Dinasti Qing. Sebelumnya, pembaharuan serupa, yakni Reformasi Seratus Hari, pernah hampir dilaksanakan oleh Qing, tetapi harus dihentikan akibat terlibat konspirasi dengan Janda Permaisuri Cixi dan kelompok penentang pembaharuan lainnya. Cixi baru menyadari akan perlunya pembaharuan setelah gagalnya upaya Qing dalam upaya mendukung Gerakan Boxer melawan bangsa asing pada tahun 1901. Di tahun yang sama, Kebijakan Baru pertama kali diusulkan oleh Cixi melalui dekret atas nama Kaisar Guangxu pada Januari 1901 dan baru mulai dilaksanakan pada tahun 1902. Dalam penerapan Kebijakan Baru, peran Cixi sebagai wali Kaisar Guangxu dan pemegang otoritas tertinggi dalam istana sangat penting. Saat itu, Cixi tidak hanya sebagai pemberi persetujuan terhadap penerapan pembaharuan, tetapi juga sebagai pemikir langsung dari sejumlah pembaharuan dalam Kebijakan Baru. Tugas akhir ini menggunakan pendekatan historis untuk menjelaskan dan menganalisis apa dan bagaimana Kebijakan Baru dilaksanakan, apa peran Janda Permaisuri Cixi di dalamnya, dan apa dampak serta hasil dari Kebijakan Baru terhadap Dinasti Qing.

The New Policy of the Late Qing Dynasty 清末新政 Qīngmò Xīnzhèng or simply referred to as the New Policy is a series of reforms carried out by the Qing Dynasty. Previously, a similar reform, namely the Hundred Days Reform, was almost carried out by the Qing, but had to be stopped due to a conspiracy with Empress Dowager Cixi and other groups opposed to the reform. Cixi only realized the need for reform after the failed Qing attempt to support the Boxer Rebellion against foreign nations in 1901. In the same year, the New Policy was first proposed by Cixi by decree on behalf of Emperor Guangxu in January 1901 and was not implemented until 1902. In the implementation of the New Policy, Cixi's role as Guangxu Emperor's regent and supreme authority in the court was very important. At that time, the role of Cixi was not only a giver of approval for the implementation of reforms, but also as the direct thinker of a number of reforms in the New Policy. The research of this final project carried out through the historical approach to explain and analyze what and how the New Policy was implemented, what was Empress Dowager Cixi's role in it, and what was the impact and outcome of the New Policy on the Qing Dynasty."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Dian Ardiati
"Pada akhir periode pemerintahan Dinasti Qing, terdapat dua buah peristiwa besar yang memiliki peran penting terhadap runtuhnya sistem kekaisaran Cina selama berabad-abad lamanya. Kedua peristiwa tersebut antara lain Pemberontakan Taiping (1850-1864) dan Revolusi Xinhai (1911) yang merupakan respon terhadap perubahan sosial dan ekonomi dan ideologi di Cina saat itu. Penelitian ini akan menganalisis keterkaitan antar kedua peristiwa ini terhadap revolusi modern Cina 1911 dengan melihat dari kondisi politik dan ideologi Cina di akhir periode kekaisaran Manchu. Melalui pengamatan dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua peristiwa ini memiliki keterkaitan berupa pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap terjadinya revolusi modern Cina. Pengaruh langsung dapat dilihat dari ideologi “Tiga Prinsip Rakyat” yang dicetuskan oleh Sun Yat-sen sebagai dasar awal berdirinya Cina sebagai negara republik. Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat dilihat dari menurunnya pengaruh pemerintah pusat (sentralisasi) Dinasti Qing dan menguatnya kekuatan lokal (desentralisasi). Penulis menggunakan metode kualitatif dan teknik deskriptif serta pendekatan sejarah.

At the end reign of the Qing dynasty, there were two major events which played an important role in the collapse of the Chinese imperial system over the centuries. The two events included Taiping Rebellion (1850-1864) and Xinhai Revolution (1911) which were a response to social economic changes and ideology in China at that time. This study will analyze the relationship between these two events to the Chinese modern revolution in 1911 by looking at the political and ideological conditions of China at the end of Manchu Empire. Through observations of these aspects, it can be concluded that these two events were related in the form of a direct and indirect influence on the occurrence of the modern Chinese revolution. The direct influence can be seen from the ideology of the "Three Principles of the People" which was initiated by Sun Yat-sen as the initial basis for the establishment of China as a republic. Meanwhile, the indirect effect can be seen from the decline in the influence of central government of Qing Dynasty (centralization) and the strengthening of local power (decentralization). The author uses qualitative methods with descriptive techniques and historical approaches."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zhang Shanlai
"昭代丛书合刻" (Zhāodài Cóngshū Hékè) adalah sebuah kompilasi besar karya sastra dan ilmiah yang disusun selama Dinasti Qing di Tiongkok, yang berlangsung dari tahun 1644 hingga 1912. Koleksi ini mencakup berbagai genre, termasuk sejarah, filsafat, sains, dan sastra klasik. Disusun dengan tujuan melestarikan dan mendokumentasikan pengetahuan serta budaya Tiongkok pada masa itu, "昭代丛书合刻" menjadi salah satu upaya signifikan untuk mengumpulkan karya-karya penting dari berbagai bidang. Penyusunannya melibatkan banyak sarjana dan menggunakan teknik pencetakan kayu tradisional. Koleksi ini tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi tetapi juga berfungsi sebagai sumber berharga bagi para peneliti yang ingin memahami lebih dalam tentang pemikiran, ilmu pengetahuan, dan budaya pada masa Dinasti Qing.
"昭代丛书合刻"是一部清朝时期编纂的大型文献和科学作品集。该合集涵盖了多种体裁,包括历史、哲学、科学和经典文学。编纂此书的目的是为了保存和记录当时的中国知识与文化,是清朝时期收集各领域重要作品的重要努力之一。编纂过程涉及许多学者,并使用了传统的木刻印刷技术。这部合集不仅具有极高的历史价值,而且作为研究人员深入了解清朝时期思想、科学和文化的重要资源"
Lengkap +
Yang zhou: Guang ling shu she, 1700-1912
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Sawitri Ekapartiwi
"Kaum Ksim di Cina menjelang akhir Dinasti Qing. Kaum kasim adalah sekelompok atau segolongan laki-laki yang te1ah menjalani 'pengebirian' sebagai bagian dari kodratnya. Kelompok ini muncul dalam jumlah yang cukup besar di negara Cina sejak zaman dinasti Zhou (+1122-256 BC) hingga hancurnya dinastiitu (16144-1912). Pada jaman 1416, pengaruh kaum kasim tidak la_gi sebesar seperti jaman dinasti-dinasti sebelumnya. Penulis mengambil jaman peralihan dari dinasti ke republik, yaitu jaman dinasti Qing ke pemerintahan moderen, dapat mewakili kaum kasim keseluruhan di negeri itu. Pada awalnya kaum kasim merupakan orang-orang hukuman yang dihukum rata, secara perlahan-lahan dengan jalan mengebiri alat vital mereka. Namun hukuman ini tidak membuat mereka segera arti seperti yang diharapkan para penguasa, sehingga bebera_pa penguasa mengambil kebijkasanaan untuk memakai tenaga mereka. Pada jaman dinasti Tang (610--907) pengaruh dan kedudukan mereka semakin berkembang luas, hal ini disebabkan campur tangan per_maisuri atau ibusuri. Dorongan yang terkuat untuk memporkokoh kedudukan mereka datang dari kaisar yang masih kanak-kanak atau kaisar yang tidak bijaksana, dengan menunjuk kaum kasim ini dengan penasehat/menteri, bahkan kadang-kadang mewakili kaisar menemui pejabat--pejabat pemerintah lainnya. Kesempatan seperti ini merupakan peluang besar bagi kaum kasim untuk mengorgani_sir kelampoknya ke dalam satu wadah politik dengan nama Tian Li Jiao (organisasi Jalan Surga). Ambisi politik kaum kasim kadang berhasil, tetapi kebanyakan tenggelam dalam persaingan pribadi. Mereka yang kalah dalam persaingan biasanya dibunuh, begitu te_rus menerus dari satu dinasti ke dinasti lainnya. Gejolak pemberontakan dan runtuhnya satu dinasti dapat dikatakan sebagai akibat adanya kaum kasim ini. Ibusuri Ci Xi, kasim An Dehai dan Li Lianying adalah tiga serangkai pendukung runtuhnya kejayaan dinasti-dinasti di Cina. Ambisi politik dan keporcayaan Ibusuri Ci Xi yang be_sar terhadap dua kasim terdekatnya, tidak lagi dapat memperko_koh pemerintah Qing yang memang telah keropos. Kehancuran moral, pejabat-pejabat banyak yang korupsi, kaisar yang dikendalikan ibusuri, dan kaum kasim yang terlalu banyak ikut campur semakin membawa ke puncak kehancuran. Dinasti Qing hanya tinggal namanya saja"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Daisyati A.
"ABSTRAK
Pada saat Eropa mengalami masa Renaissance (abad 15-16), Para Jesuit berhasil masuk ke Cina (abad l6/masa dinasti Ming), dengan tujuan menyebarkan agama Kristen. Untuk menarik simpati masyarakat Cina dan untuk mendukung misi agama mereka, para Jesuit ini memanfaatkan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang kebetulan sedang mengalaai masa perkembangan pesat di Eropa itu. Usaha para Jesuit tersebut di atas, kemudian berhasil dengan baik. Ilmu pengetahuan Barat dapat diterima oleh masyarakat Cina, khususnya di kalangan pejabat istana. Selanjutnya ilmu pengetahuan Barat mengalaai perkembangan yang pesat, sampai akhirnya berhasil mencapai masa kejayaannya di Cina pada masa pemerintahan Kang Xi (abad 17). Bersamaan dengan itu, agama Kristen juga turut mengalami perkembangan di Cina, walaupun tidak sepesat ilmu pengetahuan Barat. Skripsi ini akan menguraikan tentang perkembangan dan pengaruh berbagai bidang ilmu pengetahuan Barat di Cina, khususnya pada masa pemerintahan Kang Xi.

"
Lengkap +
1989
S13061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>