Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prima Nur Wijayanto
Abstrak :
Data magnetotellurik biasanya digunakan untuk mengetahui sebaran resistivitas bawah permukaan, namun secara langsung tidak bisa memperkirakan gambaran bawah permukaan, karena hasil data dari proses akuisisi pada metode magnetotellurik masih dipengaruhi oleh distorsi. Hal tersebut akan terlihat ketika melakukan Inversion Modelling, di mana memungkinkan terjadi keraguan dalam memilih mode MT yang digunakan, sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam melakukan interpretasi. Maka, perlu dilakukan tahap pra-inversi, yakni melakukan analisis dimensionalitas bawah permukaan bumi berdasarkan data magnetotellurik. Penelitan ini melakukan pembuatan kode dalam python untuk membuat perangkat lunak dalam bentuk Graphical User Interface (GUI) sebagai program analisis dimensionalitas bawah permukaan yang dapat diakses dengan mudah untuk keperluan non-komersial. Analisis dimensionalitas yang dilakukan menggunakan metode Swift dan Bahr-Skew, Ellipticity, dan Strike Analysis. Dalam pembuatan GUI, dilakukan koreksi dan validasi terhadap dua jenis data yang digunakan, yaitu data sintetik dan data sekunder dalam format EDI File, terhadap model geologi dan Mteditor. Hasil dari proses koreksi dan validasi tersebut menghasilkan hasil yang cukup sesuai, namun ada beberapa parameter dimensionalitas yang diasumsikan memakai fungsi yang berbeda dan sifatnya bergantung pada dimensionalitasnya, sehingga menghasilkan hasil yang tidak sesuai. Namun secara kualitas, hasil dari pembuatan GUI dikatakan sesuai dan efektif dari dua jenis data yang digunakan.
Magnetotelluric (MT) data are usually used to determine the distribution of subsurface resistivity, but directly cannot estimate the subsurface images, because the results of data from the acquisition process on the magnetotelluric method are still affected by distortion. It will be seen when doing Inversion Modelling, which allows doubts to occur in choosing the MT mode used, thus causing errors in interpretation. So, it is necessary to do a pre-inversion stage, which is to analyze subsurface dimensionality based on magnetotelluric data. In this research makes code in python to make software in the form of Graphical User Interface (GUI) as a subsurface dimensionality analysis program that can be easily accessed for non-commercial purposes. Dimensionality analysis was performed using the Swift and Bahr-Skew, Ellipticity, and Strike Analysis methods. In making a GUI, correction and validation of two types of data are used, namely synthetic data and secondary data in the EDI File format, on the geological model and Mteditor. The results of the correction and validation process produce that are quite appropriate, but there are some of dimensionality parameters that are assumed to use different functions and their nature depends on their dimensionality, resulting in incompatible results. But in terms of quality, the results of making a GUI are said to be appropriate and effective of the two types of data used.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maulana
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis dimensionalitas merupakan parameter yang kuat untuk memilih pemodelan mana yang sesuai disetiap kondisi bawah permukaan. Hal ini karena sudah dikembangkannya teknologi inversi 1-D, 2-D dan 3-D. Selain itu analisis dimensionalitas dapat digunakan untuk mengetahui arah dari struktur utama. Pada penelitian ini digunakan dua parameter analisis dimensionalitas untuk dipelajari sebagai tahapan awal penelitian analisis dimensionalitas. Parameter diagram polar dan impedansi skew digunakan untuk menganalisis kondisi dimensionalitas model sintetik dan data riil lapangan panas Bumi. Selain itu juga dilakukan pembandingan inversi 1-D, 2-D dan 3-D pada setiap kondisi dimensionalitas bawah permukaan. Perbandingan menunjukkan inversi 3-D dapat menggambarkan kondisi dimensionalitas ideal 1-D, 2-D dan 3-D dengan baik sehingga analisis dimensionalitas untuk memilih pemodelan mana yang tepat tidak perlu lagi dilakukan. Namun, analisis dimensionalitas masih efektif untuk dilakukan dalam mengidentifikasi struktur bawah permukaan dan menentukan arah dari struktur sesuai dengan hasil yang telah ditunjukkan pada data sintetik dan data riil dari penelitian ini.
ABSTRAK
Development of 1-D, 2-D and 3-D inversion has causing dimensionality analysis as a powerful parameter that select which type of approach is more suitable to accomplish modeling, or interpretation : one dimensionality, two dimensionality and three dimensionality. It because 1-D, 2-D and 3-D inversion already developed. Moreover, dimensionality analysis can be used to know the path of geoelectrical strike. This thesis use two parameters of dimensionality analysis as the beginning of dimensionality analysis research. Polar Diagram and impedance skew parameter are used for analizing the dimensionality condition from syntetic model and real data of geothermal field. In this thesis, comparison of 1-D, 2-D and 3-D inversion has been made in each subsurface dimensionality condition. The comparison result show 3-D inversion could imaged the proper condition of ideal dimensionality 1-D, 2-D and 3-D, so the dimensioanlity analysis is not strictly necessary for selecting the more suitable inversion modeling. Otherwise, dimensionality analysis is still recommended in order to identify the subsurface structure, as likes the application of syntethic data and real data in this thesis.
2016
S64208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Firdaus
Abstrak :
Telah diketahui dengan baik bahwa impedansi magnetotellurik (MT) dapat terdistorsi oleh ketidakhomogenan dekat permukaan (NSI) serta kurang sensitif terhadap struktur geolistrik dalam, hal ini dapat mengganggu interpretasi bawah permukaan dan menghasilkan model yang kurang akurat. Dikarenakan interpretasi 1-D dan 2-D tidak cukup untuk mendeskripsikan model geolistrik yang kompleks, maka dalam penelitian ini dilakukan pemodelan inversi 3-D pada full impedance (MT) dan gabungan full impedance (MT) dengan tipper (MV) pada lapangan panas bumi “R” serta analisis dimensionalitas untuk mengetahui karakteristik dimensi bawah permukaan. Penambahan data tipper pada proses inversi didasarkan pada fakta bahwa ia tidak terpengaruh oleh efek distorsi galvanik. Permasalahan inversi 3-D MT diselesaikan menggunakan algoritma metode Non-Linear Conjugate Gradient (NLCG) dengan program ModEM. Hasil analisis dimensionalitas menunjukkan terdapat dominasi struktur 3-D pada kedalaman dalam dan struktur 2-D pada kedalaman dangkal dengan arah geoelectrical strike dominan N 20° E atau berarah timur laut-barat daya. Pemodelan inversi 3-D menunjukkan kehadiran pola persebaran lapisan penudung (clay cap) dengan ketebalan 1000 – 2000 m pada elevasi 500 m hingga -1500 m serta zona reservoir yang muncul pada elevasi -1500 m dengan orientasi timur laut-barat daya berlokasi di sekitar puncak Gunung S. Hasil komparasi inversi menggunakan mode MT dengan gabungan MT MV menunjukkan penambahan data tipper pada inversi full impedance memberikan informasi yang lebih akurat mengenai gambaran tepi atau batas dan bentuk anomali konduktif dibawah profil yang terletak di lingkungan 3-D daripada melakukan inversi full impedance saja. ......It is well known that the magnetotelluric impedance (MT) can be distorted by near-surface inhomogeneities (NSI) and is less sensitive to deep geoelectrical structures; this can interfere with subsurface interpretation and result in less accurate models. Since 1-D and 2-D interpretations are not sufficient to describe complex geoelectrical models, this study carried out 3-D inversion modeling on full impedance (MT) and a combination of full impedance (MT) and tipper (MV) in geothermal fields "R" and dimensionality analysis to determine the characteristics of the subsurface dimensions. The addition of a data tipper to the inversion process is based on the fact that it is not affected by galvanic distortion. The 3-D MT inversion problem is solved using the Non- Linear Conjugate Gradient (NLCG) algorithm with the ModEM program. The results of the dimensionality analysis show that 3-D structures are dominant at deep depths and 2- D structures at shallow depths with a dominant geoelectrical strike direction of N 20° E or northeast-southwest. 3-D inversion modeling shows a clay cap distribution with a thickness of 1000 – 2000 m at an elevation of 500 m to -1500 m and a reservoir zone that appears at an elevation of -1500 m with a northeast-southwest orientation located around the peak. Gunung S. The comparison of inversion using MT mode with join MT MV shows that the addition of tipper data on full impedance inversion provides more accurate information about the edge or boundary and shape of the conductive anomaly under a profile located in a 3-D environment rather than performing a full impedance inversion alone.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library