Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Efie Mariyam Nursari
Abstrak :
Latar Belakang: Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan massa tulang/densitas radiografik tulang dan kerusakan mikroarsi-tektur jaringan tulang. Berbagai indeks radiomorfometrik telah banyak digunakan untuk mengevaluasi tulang pada kasus osteoporosis radiograf panoramik dua dimensi. Analisis Fraktal Dimensi (FD) juga telah digunakan untuk mengidentifikasi struktur pada radio-graf dental dua dimensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hubungan peruba-han densitas radiografik tulang rahang terkait BMD dengan menggunakan modalitas pen-citraan tiga dimensi CBCT, yang diwakili pemeriksaan indeks radiomorfometrik (CTCI, CTMI, CTI-S, CTI-I) dan FD value dengan memperhitungkan faktor-faktor risiko yang berpengaruh pada densitas radiografik tulang rahang di antaranya usia, jenis kelamin, jumlah gigi yang tersisa dan ketinggian tulang mandibula. Tujuan: Mengembangkan me-tode deteksi perubahan densitas radiografik tulang rahang pada kasus-kasus kedokteran gigi dengan pemeriksaan CBCT pada individu yang berisiko untuk mendeteksi osteopo-rosis. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 87 data set file DICOM CBCT dari pasien lansia dengan rentang usia 50-79 tahun di Klinik Radiologi Kedokteran Gigi RSKGM FKG UI dan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Penilaian indeks radio-morfometrik CTCI, jumlah gigi yang tersisa, ketinggian tulang mandibula dilakukan me-lalui panoramik rekonstruksi CBCT dengan slice thickness 30 mm. Pengukuran indeks radiomorfometrik CTMI, CTI-S, CTI-I dan FD value dilakukan pada potongan koronal mandibula di regio foramen mentale terlihat paling jelas dan jarak mesiodistal terlebar. Penilaian FD dilakukan pada dua Region of Interest (ROI) berbentuk persegi berukuran 3x3 mm pada tulang trabekular dan kortikal. Hasil: Indeks radiomorfometrik CTCI, CTMI, CTI-S, CTI-I menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p=0.000) dengan FD value ROI tulang kortikal, sementara ROI tulang trabekular tidak menunjuk-kan hubungan yang bermakna. CTCI menunjukkan perbedaan bermakna dengan faktor risiko ketinggian tulang mandibula (p=0.004). CTMI menunjukkan perbedaan bermakna dengan jumlah gigi yang tersisa (p= 0.027) dan ketinggian tulang mandibula (p=0.010). Sementara FD value pada kedua ROI dan faktor risiko usia, jenis kelamin, jumlah gigi yang tersisa serta ketinggian tulang mandibula tidak menunjukkan hubungan yang ber-makna secara statistik. Kesimpulan: Penelitian ini merupakan penelitian pertama meng-gunakan modalitas CBCT yang membandingkan indeks radiomorfometrik melalui pano-ramik rekonstruksi dan analisis FD pada ROI trabekular dan kortikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran FD value pada tulang kortikal lebih dapat diandalkan dibandingkan tulang trabekular untuk mendeteksi perubahan densitas radiografik tulang rahang terkait osteoporosis. ...... ackground: Osteoporosis is a systemic bone disease characterized by decreased bone mass/radiographic bone density and changes in bone microarchitecture. Various radio-morphometric indices have been widely used to evaluate bone in osteoporosis cases on two-dimensional panoramic radiographs. Fractal Dimension (FD) analysis has also been used to identify structures on two-dimensional dental radiographs. This study was con-ducted to evaluate the relationship of radiographic density changes of the jawbones re-lated to BMD by using a three-dimensional imaging modality CBCT, represented by ra-diomorphometric indices (CTCI, CTMI, CTI-S, CTI-I) and FD value taking into account the risk factors that affect the radiographic density of the jawbone including age, gender, number of remaining teeth and mandibular bone height. Objective: To develop a method for detecting radiographic density changes of the jawbone in dental cases by CBCT ex-amination in individuals at risk for detecting osteoporosis. Methods: This study used sec-ondary data in the form of 87 DICOM CBCT file data sets from elderly patients with an age range of 50-79 years at the RSKGM FKG UI and Pondok Indah Hospital Jakarta. Assessment of the CTCI, number of remaining teeth, and mandibular bone height were performed through CBCT panoramic reconstruction with a slice thickness of 30 mm. The CTMI, CTI-S, CTI-I, and FD values were measured on the coronal section of the mandi-ble in the mental foramen region which was most clearly visible and the widest mesi-odistal distance. FD assessment was carried out in two Regions of Interest (ROI) with a rectangular shape measuring 3x3 mm in trabecular and cortical bone. Results: The radi-omorphometric indices CTCI, CTMI, CTI-S, and CTI-I showed a statistically significant correlation (p=0.000) with the FD value ROI of cortical bone, while the ROI of trabecular bone did not show a significant correlation. CTCI showed a significant difference with risk factors for mandibular bone height (p=0.004). CTMI showed a significant difference in the number of remaining teeth (p=0.027) and mandibular bone height (p=0.010). Mean-while, the FD value for both ROI and risk factors for age, sex, number of remaining teeth, and mandibular bone height did not show a statistically significant correlation. Conclu-sion: This study is the first study using the CBCT modality comparing radiomorphomet-ric indices through panoramic reconstruction and FD analysis on ROI of trabecular and cortical bone. The results showed that measuring the FD value of cortical bone is more reliable than trabecular bone for detecting radiographic density changes of the jawbone associated with osteoporosis
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Djunaidy
Abstrak :
Makalah ini membahas perbandingan kinerja dari dua perangkat lunak data mining untuk menemukan pola asosiasi dari suatu basis data. Perangkat lunak yang pertama didasarkan pada metode yang berbasis pada graf asosiasi, sedang perangkat lunak yang kedua didasarkan pada penerapan metode dimensi frakta. Untuk memperoleh satu set pola asosiai pengguna dari kedua perangkat lunak harus menspesifikasi item-item dalam bagian antecedent dan consequent pada sistem antar-muka yang disediakan oleh masing-masing perangkat lunak. Pada perangkat lunak yang didasarkan pad agraf asosiasi, kualitas pola asossiasi yang dicari hanya didasarkan pada parameter minimum support dan minimum sonfidence. Sedang pada perangkat lunak yang didasarkan pada dimensi fraktal selain kedua parameter tersebut, dua parameter tambahan dilibatkan dalam mengukur kualitas pola aosiasi yang dihasilkan yaitu window support dan nilai ambang batas fraktal. Hasil kajian perbandingan terhadap kinerja dari kedua perangkat lunak secara umum dapat disimpulkan bahwa metode dimensi fraktal dapat menghasilkan jumlah asosiasi yang jauh lebih banyak dibandingkan metode yang didasarkan pada graf asosiasi. Selain itu waktu komputasi yang diperlukan oleh metode dimensi fraktal jauh lebih kecil dibandingkan dengan metode graf aasosisai untuk spesifikasi pola asosiasi yang sama.
2001
JIKT-1-2-Okt2001-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Eka Permana
Abstrak :
Fraktal adalah penggalan sebuah bentuk geometri yang bisa dibagi lagi menjadi bagian-bagian. Setiap bagian tersebut akan terlihat mirip dengan bentuk keseluruhannya. Derajat dari batas penggalan suatu fraktal disebut dimensi fraktal. Fraktal mempunyai tiga tingkat keserupaan diri: serupa diri secara persis, lemah dan statistic. Metode-metode yang dapat digunakan untuk perhitungan dimensi fraktal dapat digunakan: Metode Segitiga Planar, Covering Blanket, Flat Structuring Element dan Box-Counting. Aplikasi dari Fraktal analisis dapat digunakan dalam penentuan kualitas resapan bahan berserat. Pada penelitian ini analisis fraktal digunakan pada proses fingering yang terjadi pada aliran celah sempit dengan fluida non-newtonian dengan divariasikan pada lebar celah (b), sudut kemiringan (?), dan jarak heater (dT/dx). Dengan menggunakan software MATLAB akan didapatkan nilai dimensi fraktal (Df) yang digunakan untuk menganalisa penelitian yang dilakukan. Dari penelitian ini dihasilkan pola aliran karakteristik pada fluida non-newtonian dimana nilai dimensi fraktal menunjukkan pertumbuhan fingering yang terjadi pada waktu spesifik tertentu. Pada gradien negatif (dT/dx0) dan tanpa gradien (dT/dx=0). Selain itu didapatkan bahwa perbedaan sudut kemiringan dan lebar celah tidak mempengaruhi karakteristik fluida. Nilai t/t* terletak pada jangkauan 0.25 - 3.5 dan nilai Df terletak pada 0.8 - 2. Viskositas fluida menurun ketika terjadi kenaikan temperatur dan berhubungan dengan meningkatnya dimensi fractal (Df). Karakteristik fluida Newtonian dan non Newtonian berbeda. Dengan perbandingan antara dimensi fractal (Df) dan t/t*, nilai maksimal pada penelitian ini diperoleh pada fluida non Newtonian t/t* = 3.5 sedangkan pada fluida Newtonian dapat mencapai t/t* = 10 pada nilai Df yang sama.
Fractal geometry is a fragment of a form which can be subdivided into parts. Each section will look similar (at least approximately) overall shape. Degrees from the boundary of a fractal fragment is called fractal dimension. Fractal self-similarity has three levels: self-similar precisely, weak and statistics. The methods can be used for the calculation of fractal dimension can be used: Method of Planar Triangle, Covering Blanket, Flat Structuring Element and Box-Counting. Application of Fractal analysis can be used in determining the quality of absorbing fibrous material. In this study, fractal analysis is used to fingering processes that occurred in the narrow gap flow with non-Newtonian fluid with variation in gap width (b), inclination angle (?), and the distance between heater (dT / dx). By using MATLAB to obtain the fractal dimension (Df) used to analyze the research undertaken. Results from this study resulted in the flow pattern characteristic of non-Newtonian fluid in which the value of fractal dimension shows the growth of fingering which occurs at a specific time. On the negative gradient (dT / dx 0) and without a gradient (dT / dx = 0). In addition it was found that the difference angle and width of the gap does not affect the characteristics of the fluid. The value of t / t * lies in the 0.25 range - 3.5 and Df value lies in the 0.8 - 2. Inversely proportional to fluid viscosity decreases with increasing temperature and is associated with increasing the fractal dimension (Df). Characteristics of Newtonian and non Newtonian fluids are different. By comparison between fractal dimension (Df) and t / t *, a maximum value in this study non-Newtonian fluid was obtained at the t / t * = 3.5, while in Newtonian fluids can reach the t / t * = 10 at the same value of Df.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50914
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library